Kilang Arab Saudi Diserang Drone, Pasokan Minyak ke Indonesia Tak Terganggu
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memastikan serangan pada fasilitas kilang minyak milik Saudi Aramco di Arab Saudi akhir pekan lalu tidak berpengaruh terhadap pasokan minyak mentah negara itu ke Indonesia.
Impor minyak mentah dari Arab Saudi tercatat sebesar 110.000 barel per hari (bph), relatif kecil jika dibandingkan total produksi dari fasilitas kilang Saudi Aramco yang mencapai 13,6 juta bph.
"Tidak terganggu, karena impor kita dari sana itu cuma 110.000 bph sedangkan produksi Saudi Aramco 13,6 juta bph. Akibat dari kejadian itu produksi Saudi Aramco yang terganggu 5,7 juta bph, artinya masih sisa 7,9 juta bph," papar Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurut dia Saudi Aramco tetap akan memenuhi komitmen ekspor bagi negara-negara yang sudah berkontrak. Apalagi produksi minyak dari Saudi Aramco masih cukup untuk memenuhi komitmen impor dari Indonesia. "Jadi logikanya produksi dari fasilitas yang terganggu otomatis dihentikan tetapi komitmen dengan yang lain tetap harus dipenuhi," jelasnya.
Kendati demikian, pemerintah tetap menyiapkan pengamanan pasokan minyak di dalam negeri guna mengantisipasi apabila terjadi gangguan dari luar. Pemerintah berencana membeli minyak perdana bagian dari ExxonMobil di Blok Cepu sebesar 600.000 barel. Rencananya pembelian perdana akan dilakukan pada 20 September 2019 mendatang.
"Kalau nanti ada gangguan kita akan beli minyak dari ExxonMobil di Cepu. Di situ ada bagian Exxon, nanti kita beli minyaknya Exxon kalau itu terganggu," ujar Djoko.
Hal senada juga dikatakan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. Menurut dia serangan kilang minyak Saudi Aramco tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak mentah ke Indonesia. "Kalau impor kan sudah komitmen tertentu dan saya kira tidak ada masalah. Tinggal masalahnya terkait harga saja," tandas dia.
Ia memperkirakan gejolak yang ditimbulkan dari kebakaran fasilitas kilang milik Saudi Aramco tidak berpengaruh besar terhadap naiknya harga minyak dunia. Mantan direktur utama Pertamina tersebut memprediksi naiknya harga minyak dunia akibat gejolak politik di Timur Tengah tersebut tidak bertahan lama. "Ini kan kebakaran dari fasilitas penyimpanan, kalau diperbaiki akan kembali normal. Kalau dilihat dari kenaikan juga tidak banyak," kata dia.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman memastikan Saudi Aramco masih tetap berkomitmen memberikan kuota eskpor ke Indonesia. Adapun komitmen tersebut telah disampaikan pihak Saudi Aramco kepada Pertamina. "Kita sudah komunikasi intens dengan mereka bahwa tidak ada dampak apa-apa. Sampai sekarang mereka optimis tidak ada penjadwalan ulang," ungkap Fajriyah.
Fajriyah juga memastikan cadangan minyak masih dalam kondisi aman karema kegiatan impor minyak tidak hanya bergantung dari Saudi Aramco. Bahkan sebentar lagi Pertamina akan mendapatkan pasokan minyak mentah dari ExxonMobil di Blok Cepu. "Untuk produk kita dari mana-mana, kita ngambil dari banyak tempat. Ada memang dari Arab Saudi tapi tidak signifikan," kata dia.
Impor minyak mentah dari Arab Saudi tercatat sebesar 110.000 barel per hari (bph), relatif kecil jika dibandingkan total produksi dari fasilitas kilang Saudi Aramco yang mencapai 13,6 juta bph.
"Tidak terganggu, karena impor kita dari sana itu cuma 110.000 bph sedangkan produksi Saudi Aramco 13,6 juta bph. Akibat dari kejadian itu produksi Saudi Aramco yang terganggu 5,7 juta bph, artinya masih sisa 7,9 juta bph," papar Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurut dia Saudi Aramco tetap akan memenuhi komitmen ekspor bagi negara-negara yang sudah berkontrak. Apalagi produksi minyak dari Saudi Aramco masih cukup untuk memenuhi komitmen impor dari Indonesia. "Jadi logikanya produksi dari fasilitas yang terganggu otomatis dihentikan tetapi komitmen dengan yang lain tetap harus dipenuhi," jelasnya.
Kendati demikian, pemerintah tetap menyiapkan pengamanan pasokan minyak di dalam negeri guna mengantisipasi apabila terjadi gangguan dari luar. Pemerintah berencana membeli minyak perdana bagian dari ExxonMobil di Blok Cepu sebesar 600.000 barel. Rencananya pembelian perdana akan dilakukan pada 20 September 2019 mendatang.
"Kalau nanti ada gangguan kita akan beli minyak dari ExxonMobil di Cepu. Di situ ada bagian Exxon, nanti kita beli minyaknya Exxon kalau itu terganggu," ujar Djoko.
Hal senada juga dikatakan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. Menurut dia serangan kilang minyak Saudi Aramco tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak mentah ke Indonesia. "Kalau impor kan sudah komitmen tertentu dan saya kira tidak ada masalah. Tinggal masalahnya terkait harga saja," tandas dia.
Ia memperkirakan gejolak yang ditimbulkan dari kebakaran fasilitas kilang milik Saudi Aramco tidak berpengaruh besar terhadap naiknya harga minyak dunia. Mantan direktur utama Pertamina tersebut memprediksi naiknya harga minyak dunia akibat gejolak politik di Timur Tengah tersebut tidak bertahan lama. "Ini kan kebakaran dari fasilitas penyimpanan, kalau diperbaiki akan kembali normal. Kalau dilihat dari kenaikan juga tidak banyak," kata dia.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman memastikan Saudi Aramco masih tetap berkomitmen memberikan kuota eskpor ke Indonesia. Adapun komitmen tersebut telah disampaikan pihak Saudi Aramco kepada Pertamina. "Kita sudah komunikasi intens dengan mereka bahwa tidak ada dampak apa-apa. Sampai sekarang mereka optimis tidak ada penjadwalan ulang," ungkap Fajriyah.
Fajriyah juga memastikan cadangan minyak masih dalam kondisi aman karema kegiatan impor minyak tidak hanya bergantung dari Saudi Aramco. Bahkan sebentar lagi Pertamina akan mendapatkan pasokan minyak mentah dari ExxonMobil di Blok Cepu. "Untuk produk kita dari mana-mana, kita ngambil dari banyak tempat. Ada memang dari Arab Saudi tapi tidak signifikan," kata dia.
(fjo)