Sejarah, Arab Saudi Luncurkan Visa Turis Demi Hapus Ketergantungan Minyak

Sabtu, 28 September 2019 - 16:56 WIB
Sejarah, Arab Saudi Luncurkan Visa Turis Demi Hapus Ketergantungan Minyak
Sejarah, Arab Saudi Luncurkan Visa Turis Demi Hapus Ketergantungan Minyak
A A A
RIYADH - Arab Saudi untuk pertama kalinya dalam sejarah akan menawarkan visa turis ke berbagai negara. Hal ini menjadi sinyal Arab Saudi mulai membuka pintunya terhadap wisatawan internasional sebagai bagian dari memberikan dorongan untuk mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap komoditas minyak mentah.

Dilansir BBC, pihak kerajaan menerangkan bakal meluncurkan visa wisatawan untuk 49 negara dan melonggarkan aturan berpakaian terhadap pengunjung wanita. Seperti diketahui sebelumnya Arab Saudi menerapkan aturan yang ketat soal berbusana bagi wisatawan wanita, dengan mewajibkan pakai pakaian tertutup.

Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Saudi Ahmad Al-Khateeb menggambarkannya, hal tersebut sebagai "momen bersejarah" bagi negara penghasil minyak terbesar dunia itu. Hingga saat ini, visa untuk orang asing hanya diberikan bagi jemaah haji dan umrah, pebisnis, dan pekerja asing.

Arab Saudi berharap kebijakan ini dapat meningkatkan investasi asing di industri pariwisata. Dimana Arab Saudi menargetkan pertumbuhan sektor pariwisata dapat meningkat, dari sebelumnya 3% menjadi 10% terhadap produk domestik bruto di tahun 2030.

Selain itu Arab Saudi menargetkan kunjungan internasional dan domestik menjadi 100 juta per tahun pada waktu yang sama. Ke depannya, sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kerjaan tersebut.

"Wisatawan akan terkejut ... oleh harta terpendam yang harus kita bagikan, dimana terdapat lima Situs Warisan Dunia UNESCO, budaya lokal yang semarak dan keindahan alam yang mempesona," kata Khateeb.

Para turis wanita tidak akan diminta untuk mengenakan jubah abaya yang menutupi tubuh, dimana dikenakan wanita Saudi saat berada di depan umum. Akan tetapi dengan batasan tetap berbusana yang sopan. Ditambah tidak akan ada batasan pada wanita yang tidak didampingi saat mengunjungi negara tersebut.

"Kami memiliki budaya. Kami percaya teman-teman dan tamu-tamu kami akan menghormati budaya itu, tapi jelas ini sederhana dan akan sangat jelas," kata Khateeb.

Non-Muslim masih belum diizinkan untuk mengunjungi kota suci Mekah dan Madinah dan larangan alkohol akan dipertahankan. Rincian lebih lanjut tentang skema, termasuk negara mana yang memenuhi syarat, akan diberikan selanjutnya.

Tetapi Khateeb mengatakan dia tidak percaya serangan baru-baru ini terhadap industri minyak Arab Saudi akan membuat wisatawan berkurang. "Kota-kota kami adalah kota yang paling aman secara global. Karena itu, kami tidak percaya sama sekali bahwa itu akan memengaruhi rencana kami," jelasnya.

Ia menekankan, memiliki banyak ekspatriat yang tinggal di Arab Saudi serta menikmati Arab Saudi. "Kami sangat aman," katanya. Langkah-langkah untuk membuka sektor pariwisata merupakan pusat dari program reformasi ekonomi Pangeran Mohammed bin Salman yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada minyak.

Berdasarkan rencana tersebut, Arab Saudi ingin meningkatkan kunjungan domestik dan internasional menjadi 100 juta per tahun pada tahun 2030. Pemerintah berharap dapat menciptakan satu juta pekerjaan dari pariwisata.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8647 seconds (0.1#10.140)