Infrastruktur Transporasi di Ibu Kota Baru Pertimbangkan Isu Lingkungan

Kamis, 10 Oktober 2019 - 18:51 WIB
Infrastruktur Transporasi di Ibu Kota Baru Pertimbangkan Isu Lingkungan
Infrastruktur Transporasi di Ibu Kota Baru Pertimbangkan Isu Lingkungan
A A A
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan pembangunan infrastruktur transportasi di Ibu Kota baru di Kalimantan Timur (Kaltim) akan sangat memperhatikan isu lingkungan.

“Mengingat Kalimantan Timur sebagai paru-paru dunia. Ibu Kota baru didesain sebagai Forest City yang mengusung konsep modern, smart dan green city, memakai energi baru dan terbarukan, tidak bergantung pada energi fosil,” jelas Menhub di Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Menurut dia, transportasi di Ibu Kota baru akan dibangun dengan mengedepankan transportasi massal yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan yang diterjemahkan dalam konsep “Smart City, Smart Mobility”. “Desain kota harus menjaga keseimbangan antara tata guna lahan, sistem transportasi, dan laju pertumbuhan penduduk,” ujar Menhub Budi.

Lebih lanjut, Menhub mejelaskan bahwa aksesbilitas merupakan hal utama penentu keberhasilan terbangunnya sebuah Ibu Kota baru. Pasalnya, di ibu kota baru ini para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat yang nantinya akan menempati berharap tidak menemui kemacetan dan polusi yang mengganggu kesehatan.

“Tugas dari kita (pemerintah) agar merencanakan dengan baik. Kalau kita bicara mengenai satu fungsi kota tertentu, maka transportasi begitu penting. Yang terpenting dalam membangun kota itu adalah aksesbilitas. Hal tersebutlah yang menjadi kunci keberhasilan semuanya,” terang dia.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor menjelaskan bahwa isu lingkungan ini memang menjadi perhatian utama. Isran mengatakan telah menyiapkan 366.000 hektar untuk pembangunan ibu kota baru yang di dalamnya ada kawasan hutan lindung. Dia menegaskan, hutan lindung tersebut dimasukkan bukan untuk dirusak, melainkan dipelihara.

“Soal lingkungan itu referensi utama dalam membangun sebuah kegiatan terutama dalam menciptakan Ibu Kota baru. Karena lingkungan itu kita diawasi oleh dunia internasional, dan kebutuhan kita sendiri. Semua kaidah lingkungan mulai pembangunan ibu kota negara itu dan disana memang ada kawasan hutan lindung dan itu akan dipelihara, maka dari itu dimasukan ke dalam kawasan. Jadi, pasti kita perhatikan,” ungkap Isran.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan Sugihardjo menjelaskan, dalam konsep transportasi “Smart City, Smart Mobility” di Ibu Kota baru terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu pergerakan di dalam kota dan pergerakan konektivitas regional (antarkota/antarwilayah).

“Kita optimalkan bandara yang ada baik bandara Balikpapan maupun yang di Samarinda. Di Balikpapan nanti kapasitas terminalnya jadi 30.000 penumpang dan runway-nya menjadi 3250 x 60 meter. Di Bandara Samarinda juga ditingkatkan kapasitasnya menjadi 20.000 penumpang untuk pergerakan masyarakat umum. Sedangkan untuk pergerakan tamu negara nanti akan ada bandara khusus agar tidak mengganggu penerbangan reguler,” paparnya.

Untuk angkutan laut, Kaltim memiliki beberapa pelabuhan seperti Pelabuhan Semayang, Pelabuhan Kariangau dan Pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal (KKT). Pelabuhan tersebut bisa dijadikan tempat distribusi logistik, atau bisa juga membangun teluk yang ada di sana dengan pendekatan smart and eco friendly.

“Beruntung sekali dengan lokasi yang ditetapkan ini ada teluk Balikpapan itu kalau seluruh Kalimantan yang paling ideal untuk pelabuhan itu Balikpapan. Kalau Pontianak ada penangkalan, kalau di pinggir laut itu ombaknya tinggi. Teluk itu ombaknya tidak ada,” jelas dia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7415 seconds (0.1#10.140)