Kepala BRG: Sekat Kanal Sangat Efektif Cegah Karhutla
A
A
A
DUMAI - Badan Restorasi Gambut (BRG) terus membangun infrastruktur pembasahan gambut, diantaranya adalah pembangunan sekat kanal di sejumlah lahan gambut yang menjadi target restorasi BRG. Pembangunan sekat kanal ini diyakini mampu memcegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Badan Rstorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, mengatakan hingga tahun 2019, pihaknya sudah membangun sebanyak 5.936 unit sekat kanal di tujuh provinsi yang menjadi target restorasi gambut oleh BRG.
"Khusus di Riau saja, pertama kali itu dari tahun 2017 ada 309 se-Riau. Lalu pada 2018, 669. Tahun ini di Riau ada sekitar 250 dan ditambah penugasan di konservasi itu 47," kata Nazir Foead di Dumai, Provinsi Riau, Kamis (10/10/2019).
Masalah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau memang sering terjadi tiap tahunnya. Selama 2019, saja totalnya mencapai 6.464 hektar. Kabarnya karhutla yang terjadi di tahun 2019 ini pun menjadi yang terparah dari tahun-tahun sebelumnnya.
Nazir tak memungkiri hal itu, Namun ia mengklaim bahwa karhutla di Riau tahun ini tak separah seperti Jambi dan lainnya. Menurutnya, ada beberapa penyebabnya. Pertama dikarenakan kemarau tahun ini sangat panjang dan ekstrim dikarenakan fenomena alam dari Samudera Hindia yang disebut Indian Ocean Dipole (IOD).
"Kalau El Nino itu di Lautan Pasifik, jadi fenomena El Nino itu menarik uap air dari Indonesia ke Lautan Pasifik, makanya kita kekeringan. Sebaliknya ada juga El Nino di Samudera India yang namanya IOD itu. Kalau IOD-nya positif, uap air dari Indonesia dan Australia ditarik ke bagian barat Lautan Hindia," terangnya.
Penyebab kedua, lanjut Nazir, bahwa masih ada orang yang membuka lahan dengan cara membakar dan itu dilakukan secara terorganisir.
"Dan itu memang ada, bisa terlihat dari udara. Jadi gambut yang sedang kita pulihkan itu belum sehat betul, kena kemarau panjang, kering dan dibakar secara masif," ungkapnya.
"Dan Kanal ini kalau tidak disekat akan mengeringkan gambut, jadi air yang mestinya tersimpan di tanah-tanah gambut itu, tersedot karena memang lebih rendah kan ada gravitasi," tambahnya.
Untuk itu, tegas Nazir, atas perintah presiden pihaknya terus melakukan pembangunan sekat kanal di berbagai lahan gambut terdampak karhutla. Sehingga air hujan yang turun bisa sebanyak mungkin tersimpan di tanah gambut, dan juga di kanal tersebut.
Dia pun menegaskan sekat kanal ini sangat efektif dalam pembasahan kembali lahan-lahan gambut yang sudah kering walaupun di musim kemarau. Pasalnya, di berbagai tempat sekat kanal ini sudah terbukti sangat efektif.
"Dan tentu juga karena tanahnya lebih lembab jadi lebih susah terbakar," imbuhnya.
Kepala Badan Rstorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, mengatakan hingga tahun 2019, pihaknya sudah membangun sebanyak 5.936 unit sekat kanal di tujuh provinsi yang menjadi target restorasi gambut oleh BRG.
"Khusus di Riau saja, pertama kali itu dari tahun 2017 ada 309 se-Riau. Lalu pada 2018, 669. Tahun ini di Riau ada sekitar 250 dan ditambah penugasan di konservasi itu 47," kata Nazir Foead di Dumai, Provinsi Riau, Kamis (10/10/2019).
Masalah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau memang sering terjadi tiap tahunnya. Selama 2019, saja totalnya mencapai 6.464 hektar. Kabarnya karhutla yang terjadi di tahun 2019 ini pun menjadi yang terparah dari tahun-tahun sebelumnnya.
Nazir tak memungkiri hal itu, Namun ia mengklaim bahwa karhutla di Riau tahun ini tak separah seperti Jambi dan lainnya. Menurutnya, ada beberapa penyebabnya. Pertama dikarenakan kemarau tahun ini sangat panjang dan ekstrim dikarenakan fenomena alam dari Samudera Hindia yang disebut Indian Ocean Dipole (IOD).
"Kalau El Nino itu di Lautan Pasifik, jadi fenomena El Nino itu menarik uap air dari Indonesia ke Lautan Pasifik, makanya kita kekeringan. Sebaliknya ada juga El Nino di Samudera India yang namanya IOD itu. Kalau IOD-nya positif, uap air dari Indonesia dan Australia ditarik ke bagian barat Lautan Hindia," terangnya.
Penyebab kedua, lanjut Nazir, bahwa masih ada orang yang membuka lahan dengan cara membakar dan itu dilakukan secara terorganisir.
"Dan itu memang ada, bisa terlihat dari udara. Jadi gambut yang sedang kita pulihkan itu belum sehat betul, kena kemarau panjang, kering dan dibakar secara masif," ungkapnya.
"Dan Kanal ini kalau tidak disekat akan mengeringkan gambut, jadi air yang mestinya tersimpan di tanah-tanah gambut itu, tersedot karena memang lebih rendah kan ada gravitasi," tambahnya.
Untuk itu, tegas Nazir, atas perintah presiden pihaknya terus melakukan pembangunan sekat kanal di berbagai lahan gambut terdampak karhutla. Sehingga air hujan yang turun bisa sebanyak mungkin tersimpan di tanah gambut, dan juga di kanal tersebut.
Dia pun menegaskan sekat kanal ini sangat efektif dalam pembasahan kembali lahan-lahan gambut yang sudah kering walaupun di musim kemarau. Pasalnya, di berbagai tempat sekat kanal ini sudah terbukti sangat efektif.
"Dan tentu juga karena tanahnya lebih lembab jadi lebih susah terbakar," imbuhnya.
(ven)