Pembentukan PIMD Dinilai Bisa Perkecil Defisit Neraca Dagang
A
A
A
JAKARTA - Pembentukan Pertamina International Marketing & Distribution, Pte Ltd (PIMD) dinilai dapat membantu memperkecil defisit neraca perdagangan Indonesia. Peneliti dari Indef Abra Talattov menerangkan, alasannya karena yang disasar adalah pangsa pasar internasional yaitu sebagai trading arm untuk mengekspor produk Pertamina.
“Jadi, sebenarnya PIMD sangat positif. Karena yang diincar oleh PIMD ini adalah pasar yang besar. Jika Pertamina dapat dipercaya oleh pasar global, maka PIMD ini dapat mendorong ekspor dan memperkecil defisit neraca perdagangan,” kata Abra dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Sambung dia menjelaskan, PIMD memiliki bisnis utama yang menyasar pasar bunker Asia Tenggara, terutama yang berada di Singapura. Karena Singapura merupakan pusat pelayaran internasional, maka pembentukan trading arm oleh Pertamina yang menyasar pada bisnis pasar bunker di negara tersebut, merupakan strategi yang tepat untuk memulai ekspansi di pasar global.
"Perusahaan perkapalan di Singapura sebelumnya lebih memilih berbisnis bunker dari perusahaan asal Singapura. Namun di situlah justru peluang pasar yang bisa dimasuki PIMD. Sebab, ada potensi pasar internasional yang terbuka,” katanya.
Keberadaan PIMD terang dia, tidak hanya menyasar pasar bunker di Asia Tenggara namun juga akan membangun bisnis retail guna memperkenalkan Pertamina ke pasar internasional. PIMD disebut diharapkan dapat membantu peningkatan penjualan bagi produk hilir Pertamina.
Target PIMD di tahap awal adalah sekitar 60.000MT per bulan, sedangkan targetnya akan meningkat terus hingga 200.000MT. Terkait strategi bisnis itulah, Abra juga menyebut bahwa pembentukan PIMD sebenarnya merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh badan usaha suatu negara.
“Ketika negara lain diperbolehkan untuk menanamkan modal di Indonesia, maka hal yang wajar jika kemudian Pertamina sebagai BUMN juga diharap dapat melakukan ekspansi ke negara lain dan mendatangkan penerimaan negara," katanya.
Terkait tudingan bahwa PIMD akan sama dengan Petral, Abra menegaskan bahwa itu adalah kekhawatiran yang tidak beralasan, karena keduanya sangat berbeda. “Petral melakukan impor BBM untuk dibeli oleh Pertamina di pasar domestik, sedangkan PIMD justru melakukan penjualan di pasar internasional melalui badan usaha di Singapura,” ujarnya.
“Jadi, sebenarnya PIMD sangat positif. Karena yang diincar oleh PIMD ini adalah pasar yang besar. Jika Pertamina dapat dipercaya oleh pasar global, maka PIMD ini dapat mendorong ekspor dan memperkecil defisit neraca perdagangan,” kata Abra dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Sambung dia menjelaskan, PIMD memiliki bisnis utama yang menyasar pasar bunker Asia Tenggara, terutama yang berada di Singapura. Karena Singapura merupakan pusat pelayaran internasional, maka pembentukan trading arm oleh Pertamina yang menyasar pada bisnis pasar bunker di negara tersebut, merupakan strategi yang tepat untuk memulai ekspansi di pasar global.
"Perusahaan perkapalan di Singapura sebelumnya lebih memilih berbisnis bunker dari perusahaan asal Singapura. Namun di situlah justru peluang pasar yang bisa dimasuki PIMD. Sebab, ada potensi pasar internasional yang terbuka,” katanya.
Keberadaan PIMD terang dia, tidak hanya menyasar pasar bunker di Asia Tenggara namun juga akan membangun bisnis retail guna memperkenalkan Pertamina ke pasar internasional. PIMD disebut diharapkan dapat membantu peningkatan penjualan bagi produk hilir Pertamina.
Target PIMD di tahap awal adalah sekitar 60.000MT per bulan, sedangkan targetnya akan meningkat terus hingga 200.000MT. Terkait strategi bisnis itulah, Abra juga menyebut bahwa pembentukan PIMD sebenarnya merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh badan usaha suatu negara.
“Ketika negara lain diperbolehkan untuk menanamkan modal di Indonesia, maka hal yang wajar jika kemudian Pertamina sebagai BUMN juga diharap dapat melakukan ekspansi ke negara lain dan mendatangkan penerimaan negara," katanya.
Terkait tudingan bahwa PIMD akan sama dengan Petral, Abra menegaskan bahwa itu adalah kekhawatiran yang tidak beralasan, karena keduanya sangat berbeda. “Petral melakukan impor BBM untuk dibeli oleh Pertamina di pasar domestik, sedangkan PIMD justru melakukan penjualan di pasar internasional melalui badan usaha di Singapura,” ujarnya.
(akr)