Melintas Bukit Menembus Hutan demi Tol Listrik Sulsel-Sultra
A
A
A
KOLAKA - Membentang sepanjang 797 kilometer sirkuit (kms), terdiri dari 1.263 menara (tower) dan melintasi 6 gardu induk berkapasitas total 180 megavolt ampere (MVA), jaringan transmisi bertegangan 150 kilovolt (kV) yang dibangun PT PLN (Persero) telah menyatukan sistem kelistrikan di dua provinsi, yakni Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kini, surplus daya sebesar 400 megawatt (MW) di Sulawesi Selatan dapat dinikmati oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara. Tak hanya itu, keandalan sistem serta efisiensi juga meningkat. PLN pun optimis mampu menambah pelanggan sekaligus mendukung kebutuhan industri smelter yang diproyeksikan berkembang pesat di Sultra 5-6 tahun mendatang.
Namun, upaya mewujudkan "tol listrik" tersebut tidaklah mudah. Butuh perjuangan berat, waktu, komitmen serta biaya tak sedikit untuk merealisasikan proyek yang menjadi bagian dari upaya menginterkoneksikan seluruh sistem kelistrikan di Sulawesi tersebut.
Seperti diungkapkan oleh Manager Bagian Teknik Unit Pelaksana Proyek Pembangkit dan Jaringan Sulawesi Tenggara Muhammad Ridha T saat mengajak wartawan meninjau proses pemeliharaan Tower 271 jalur transmisi 150 kilovolt Lasusua-Kolaka, Rabu (17/10/2019), bahwa untuk membangun menara bagi jaringan transmisi itu saja butuh upaya luar biasa.
"Seperti yang bisa dilihat, untuk menuju ke lokasi ini kita harus melewati medan yang cukup terjal. Umumnya lokasi tower berada di daerah perbukitan," tuturnya.
Memang, untuk menuju Tower 271 tersebut, rombongan media harus mendaki bukit melalui jalan setapak yang cukup terjal sekira 30 menit dari tepi jalan raya. Lokasi tersebut tergolong "mudah" karena masih berada dekat dengan infrastruktur jalan raya. Beberapa lokasi tower lainnya tak hanya mengharuskan petugas PLN mendaki bukit, namun juga membuka jalan menembus hutan.
Bayangkan, total ada 1.263 tower yang mesti dibangun dalam kondisi demikian untuk membangun tol listrik Sulsel-Sultra tersebut. Mengangkut material untuk membangun menara, menarik kabel, semua menjadi tantangan yang luar biasa.
Tak cukup di situ, setelah semua selesai dibangun, PLN pun mesti rutin melakukan pemeliharaan, termasuk menjaga agar tidak ada pohon yang tumbuh tinggi di sekitar jalur transmisi yang dapat mengganggu arus listrik. Setidaknya, kata Ridha, dua kali dalam sebulan pihaknya melakukan pemeliharaan yang diperlukan.
Belum selesai di situ, PLN juga harus membangun infrastruktur kelistrikan pendukung lainnya guna menunjang pertumbuhan investasi pasca-interkoneksi sistem Sulsel-Sultra. Salah satunya, gardu induk yang dikunjungi rombongan media pada hari yang sama. PLN Sultra membangun gardu induk 150 kV Kolaka Smelter yang berkapasitas 30 MVA di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.
Gardu induk Kolaka Smelter ini sementara dibangun untuk menopang kebutuhan listrik bagi smelter PT Ceria Nugraha indotama yang merupakan pelanggan premium platinum PLN sejak akhir tahun 2018. Dimulai sejak Januari 2019, pembangunan gardu induk ini ditargetkan rampung dan beroperasi pada kuartal pertama tahun 2020 mendatang.
Semua upaya tersebut tentunya tak sia-sia, PLN memproyeksikan pertumbuhan pelanggan besar di Sulawesi Tenggara pada tahun 2025 sebesar 710 MW. Terlepas dari itu, yang lebih penting adalah ketersediaan dan keandalan listrik membuka peluang bagi masuknya investasi baru, memperluas akses listrik bagi masyarakat dan mendorong geliat ekonomi secara keseluruhan.
Kini, surplus daya sebesar 400 megawatt (MW) di Sulawesi Selatan dapat dinikmati oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara. Tak hanya itu, keandalan sistem serta efisiensi juga meningkat. PLN pun optimis mampu menambah pelanggan sekaligus mendukung kebutuhan industri smelter yang diproyeksikan berkembang pesat di Sultra 5-6 tahun mendatang.
Namun, upaya mewujudkan "tol listrik" tersebut tidaklah mudah. Butuh perjuangan berat, waktu, komitmen serta biaya tak sedikit untuk merealisasikan proyek yang menjadi bagian dari upaya menginterkoneksikan seluruh sistem kelistrikan di Sulawesi tersebut.
Seperti diungkapkan oleh Manager Bagian Teknik Unit Pelaksana Proyek Pembangkit dan Jaringan Sulawesi Tenggara Muhammad Ridha T saat mengajak wartawan meninjau proses pemeliharaan Tower 271 jalur transmisi 150 kilovolt Lasusua-Kolaka, Rabu (17/10/2019), bahwa untuk membangun menara bagi jaringan transmisi itu saja butuh upaya luar biasa.
"Seperti yang bisa dilihat, untuk menuju ke lokasi ini kita harus melewati medan yang cukup terjal. Umumnya lokasi tower berada di daerah perbukitan," tuturnya.
Memang, untuk menuju Tower 271 tersebut, rombongan media harus mendaki bukit melalui jalan setapak yang cukup terjal sekira 30 menit dari tepi jalan raya. Lokasi tersebut tergolong "mudah" karena masih berada dekat dengan infrastruktur jalan raya. Beberapa lokasi tower lainnya tak hanya mengharuskan petugas PLN mendaki bukit, namun juga membuka jalan menembus hutan.
Bayangkan, total ada 1.263 tower yang mesti dibangun dalam kondisi demikian untuk membangun tol listrik Sulsel-Sultra tersebut. Mengangkut material untuk membangun menara, menarik kabel, semua menjadi tantangan yang luar biasa.
Tak cukup di situ, setelah semua selesai dibangun, PLN pun mesti rutin melakukan pemeliharaan, termasuk menjaga agar tidak ada pohon yang tumbuh tinggi di sekitar jalur transmisi yang dapat mengganggu arus listrik. Setidaknya, kata Ridha, dua kali dalam sebulan pihaknya melakukan pemeliharaan yang diperlukan.
Belum selesai di situ, PLN juga harus membangun infrastruktur kelistrikan pendukung lainnya guna menunjang pertumbuhan investasi pasca-interkoneksi sistem Sulsel-Sultra. Salah satunya, gardu induk yang dikunjungi rombongan media pada hari yang sama. PLN Sultra membangun gardu induk 150 kV Kolaka Smelter yang berkapasitas 30 MVA di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.
Gardu induk Kolaka Smelter ini sementara dibangun untuk menopang kebutuhan listrik bagi smelter PT Ceria Nugraha indotama yang merupakan pelanggan premium platinum PLN sejak akhir tahun 2018. Dimulai sejak Januari 2019, pembangunan gardu induk ini ditargetkan rampung dan beroperasi pada kuartal pertama tahun 2020 mendatang.
Semua upaya tersebut tentunya tak sia-sia, PLN memproyeksikan pertumbuhan pelanggan besar di Sulawesi Tenggara pada tahun 2025 sebesar 710 MW. Terlepas dari itu, yang lebih penting adalah ketersediaan dan keandalan listrik membuka peluang bagi masuknya investasi baru, memperluas akses listrik bagi masyarakat dan mendorong geliat ekonomi secara keseluruhan.
(fjo)