Bank Mandiri Catat Laba Bersih Rp20,3 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat kenaikan laba bersih 11,9% dari Rp18,1 triliun menjadi Rp20,3 triliun pada kuartal III 2019.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri, Hery Gunardi, mengatakan raihan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,9% dari Rp40,43 triliun menjadi Rp43,94 triliun.
"Pertumbuhan laba bersih tidak lepas dari pendapatan bunga bersih dan cara kami mengelola biaya operasional yang efisien, perbaikan kualitas kredit sehingga menurunkan biaya kredit," ujar Hery di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Dia melanjutkan, kenaikan pendapatan bunga bersih ditopang pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,8% dari Rp781,1 triliun menjadi Rp841,9 triliun.
"Penyaluran kredit ditopang oleh dua segmen utama yakni kredit korporasi dan ritel terutama kredit mikro dan konsumer," jelasnya.
Adapun, kredit segmen korporasi sebesar 7,6% dari Rp305,2 triliun menjadi Rp327,7 triliun. Sedangkan penyaluran kredit segmen mikro tumbuh 19,4% dari Rp97,5 triliun menjadi Rp116,4 triliun dan konsumer tumbuh 4,1% dari Rp85 triliun menjadi Rp88,5 triliun.
Akan tetapi, kenaikan kredit lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 13,6%. Hery mengakui terjadi perlambatan pertumbuhan kredit, terutama dari sektor konsumer dan kredit korporasi. Jika pada kuartal ini, dua segmen penopang kredit Bank Mandiri hanya mampu tumbuh satu digit, maka tahun lalu kreditnya bisa tumbuh dua digit.
Selain itu, Bank Mandiri juga mengalihkan kredit dari yang risiko tinggi ke risiko rendah. Imbasnya, Bank Mandiri merevisi target pertumbuhan kredit dari 12%-13% menjadi hanya 8%-9%.
"Pertumbuhan kredit kami dari yang berisiko tinggi seperti di komersial. Kami ingin fokus tidak hanya dari sisi pertumbuhan volume tapi juga menjaga dari segi kualitas," katanya.
Strategi tersebut berhasil menekan rasio kredit macet (NPL) bank pelat merah ini dari 3,01% jadi 2,53%.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Panji Irawan, mengatakan angka NPL itu merupakan yang terendah sejak kuartal III 2015. Perbaikan ini membuat Bank Mandiri dapat menurunkan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 6,27%.
Berkat kinerja itu, aset Bank Mandiri tumbuh 8,69% dari Rp1.173,6 triliun menjadi Rp1.275,7 triliun.
"Jadi perbaikan NPL di Bank Mandiri sudah bagus dan berjalan sesuai jalurnya," tandasnya.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri, Hery Gunardi, mengatakan raihan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,9% dari Rp40,43 triliun menjadi Rp43,94 triliun.
"Pertumbuhan laba bersih tidak lepas dari pendapatan bunga bersih dan cara kami mengelola biaya operasional yang efisien, perbaikan kualitas kredit sehingga menurunkan biaya kredit," ujar Hery di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Dia melanjutkan, kenaikan pendapatan bunga bersih ditopang pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,8% dari Rp781,1 triliun menjadi Rp841,9 triliun.
"Penyaluran kredit ditopang oleh dua segmen utama yakni kredit korporasi dan ritel terutama kredit mikro dan konsumer," jelasnya.
Adapun, kredit segmen korporasi sebesar 7,6% dari Rp305,2 triliun menjadi Rp327,7 triliun. Sedangkan penyaluran kredit segmen mikro tumbuh 19,4% dari Rp97,5 triliun menjadi Rp116,4 triliun dan konsumer tumbuh 4,1% dari Rp85 triliun menjadi Rp88,5 triliun.
Akan tetapi, kenaikan kredit lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 13,6%. Hery mengakui terjadi perlambatan pertumbuhan kredit, terutama dari sektor konsumer dan kredit korporasi. Jika pada kuartal ini, dua segmen penopang kredit Bank Mandiri hanya mampu tumbuh satu digit, maka tahun lalu kreditnya bisa tumbuh dua digit.
Selain itu, Bank Mandiri juga mengalihkan kredit dari yang risiko tinggi ke risiko rendah. Imbasnya, Bank Mandiri merevisi target pertumbuhan kredit dari 12%-13% menjadi hanya 8%-9%.
"Pertumbuhan kredit kami dari yang berisiko tinggi seperti di komersial. Kami ingin fokus tidak hanya dari sisi pertumbuhan volume tapi juga menjaga dari segi kualitas," katanya.
Strategi tersebut berhasil menekan rasio kredit macet (NPL) bank pelat merah ini dari 3,01% jadi 2,53%.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Panji Irawan, mengatakan angka NPL itu merupakan yang terendah sejak kuartal III 2015. Perbaikan ini membuat Bank Mandiri dapat menurunkan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 6,27%.
Berkat kinerja itu, aset Bank Mandiri tumbuh 8,69% dari Rp1.173,6 triliun menjadi Rp1.275,7 triliun.
"Jadi perbaikan NPL di Bank Mandiri sudah bagus dan berjalan sesuai jalurnya," tandasnya.
(ven)