Brand Lokal, Kopi Kenangan Mulai Menggeliat Lewat 154 Outlet
A
A
A
JAKARTA - Brand lokal, Kopi Kenangan terus menggeliat dengan kini telah memiliki 154 outlet dan memasang target bisa mencapai 250 toko hingga akhir tahun. Meski terbilang sulit mencapai target ekspansi tersebut dengan masih mayoritas masyarakat Indonesia masih terbiasa minum kopi sasetan, hal ini diakui langsung oleh Co-founder sekaligus Chief Operating Officer (COO) Kopi Kenangan James Prananto.
"Perhari ini sudah ada 154 toko. Sebetulnya untuk kita bisa masuk 250 toko pada Desember 2019, mungkin belum ya," ujar James dalam ajang Festival Transformasi 2019 di Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Salah satu hambatan yang dihadapi Kopi Kenangan untuk memperluas jaringan toko ialah belum meratanya kemampuan masyarakat untuk membeli kopi fresh brew. Mayoritas masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi kopi kemasan yang harganya jauh lebih murah. "Dari 100 persen minum kopi 7 persen mengkonsumsi kopi ritel seperti Kopi Kenangan atau Starbucks. 93 persen masih sasetan," katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kopi Kenangan tengah fokus membuka toko di wilayah second tier. Harapannya, masyarakat mulai terbiasa mengkonsumsi kopi fresh brew dengan harga yang relatif lebih murah ketimbang produksi toko kopi asal luar negeri. "Tiga bulan terakhir sudah masuk ke kota Jakarta yang bisa dibilang second tier," katanya.
Selain itu, James menambahkan, Kopi Kenangan masih belum akan mengembangkan bisnisnya dengan skema franchise. "Kopi Kenangan ekspansi sendiri. Kita lihat bisnis Kopi Kenangan bukan bisnis yang 2-4 tahun ambil uang aja. Tapi 20 tahun ke depan masih ada," jelasnya.
"Perhari ini sudah ada 154 toko. Sebetulnya untuk kita bisa masuk 250 toko pada Desember 2019, mungkin belum ya," ujar James dalam ajang Festival Transformasi 2019 di Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Salah satu hambatan yang dihadapi Kopi Kenangan untuk memperluas jaringan toko ialah belum meratanya kemampuan masyarakat untuk membeli kopi fresh brew. Mayoritas masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi kopi kemasan yang harganya jauh lebih murah. "Dari 100 persen minum kopi 7 persen mengkonsumsi kopi ritel seperti Kopi Kenangan atau Starbucks. 93 persen masih sasetan," katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kopi Kenangan tengah fokus membuka toko di wilayah second tier. Harapannya, masyarakat mulai terbiasa mengkonsumsi kopi fresh brew dengan harga yang relatif lebih murah ketimbang produksi toko kopi asal luar negeri. "Tiga bulan terakhir sudah masuk ke kota Jakarta yang bisa dibilang second tier," katanya.
Selain itu, James menambahkan, Kopi Kenangan masih belum akan mengembangkan bisnisnya dengan skema franchise. "Kopi Kenangan ekspansi sendiri. Kita lihat bisnis Kopi Kenangan bukan bisnis yang 2-4 tahun ambil uang aja. Tapi 20 tahun ke depan masih ada," jelasnya.
(akr)