Lepas Gelar Pesawat Terlaris, Airbus Salip Dominasi Boeing

Rabu, 20 November 2019 - 05:40 WIB
Lepas Gelar Pesawat...
Lepas Gelar Pesawat Terlaris, Airbus Salip Dominasi Boeing
A A A
LEIDEN - Setelah memegang gelar sebagai pesawat paling laris selama 55 tahun, Boeing 737 akhirnya harus tunduk terhadap Airbus A320. Sejak dilanda krisis kepercayaan menyusul jatuhnya 737 MAX di Indonesia dan Etiopia, Boeing tidak mampu mempertahankan reputasi dan kalah bersaing dengan Airbus.

Hingga akhir Oktober 2019, Airbus berhasil menerima 15.193 pesanan pesawat A320, sedangkan Boeing 15.136 pesawat jenis 737. Airbus bahkan menerima 70 pesanan pesawat baru senilai USD30 miliar dari maskapai Uni Emirates Arab (UEA), Emirates (USD16 miliar), dan Air Arabia (USD14 miliar) selama Dubai Air Show.

Airbus baru kali ini mampu melampaui Boeing, meski selama beberapa tahun terakhir mampu bersaing lebih baik dengan pemasaran yang lebih gencar. Pada 2018, pesanan Airbus tertinggal 400 unit dibandingkan Boeing. "Perubahan ini merupakan masa yangsangat sulit,” kata Kepala Komersial Boeing Kevin McAllister. “Namun, tanpa diragukan lagi, ini juga menjadi masa yang penting bagi kita semua. Kita perlu mengambil pelajaran dan melakukan introspeksi diri serta memastikan kecelakaan seperti ini tidak kembali terulang di masa depan,” ujarnya. diduga tidak terlepas dari dirilisnya versi terbaru A320NEO yang diklaim memiliki fitur canggih.

Kendati demikian, 737 masih lebih unggul dibandingkan A320 dalam hal distribusi pesawat. Jika kebijakan pengandangan 737 MAX sudah dicabut, Boeing juga dapat kembali memulihkan distribusi dan mencatat rekor penjualan pada 2020. Namun, Airbus juga patut optimistis dan dapat mengirimkan lebih banyak pesawat.

Boeing diperkirakan menerima sertifikasi baru bulan depan. Saat ini penjualan Boeing kemungkinan dapat didekati Airbus yang berhasil memperkenalkan seri A321XLR. A321XLR merupakan pesawat berukuran sedang (NMA) yang belum memiliki pesaing mengingat Boeing belum mengeluarkan model baru.

Pesawat itu juga dipamerkan selama Paris Airshow di Le Bourget, Prancis. A321XLR memiliki kapasitas bahan bakar RCT yang lebih besar dibandingkan pendahulunya dan gear landing MTOW yang lebih kuat.

Kepala Penjualan Airbus Christian Scherer mengatakan pesawat tersebut sudah dipesan sebanyak 200 unit.

“Dengan pesawat itu, kita dapat mengudara dari Asia Timur Laut ke Asia Selatan, dari Timur Tengah ke Bali, atau dari Jepang ke wilayah jauh Australia,” kata Scherer, dikutip Reuters. Perusahaan leasing, Air Lease Corp, menjadi pelanggan pertama yang memesan A321XLR. Mereka berencana membeli 100 unit lainnya.

Airbus A321XLR merupakan pesawat dengan desain ramping. Hal ini sesuai dengan tuntutan pasar yang menginginkan fleksibilitas dan mesin yang hemat bahan bakar. Meski kakak-adik, A321XLR 15% lebih tangguh dibandingkan A321LR. Pesawat itu bahkan diperkirakan akan mampu menggeser dominasi Boeing seri 757.

“A321XLR merupakan pesawat yang sangat efektif untuk berbagai macam rute, termasuk rute yang dapat digarap NMA, konsep pesawat segmen kelas menengah,” ujar CEO Air Leas, John Plueger. Namun apakah para penumpang akan merasa nyaman terbang jarak jauh di dalam pesawat kecil, masih menjadi perdebatan.

Sejauh ini, Airbus tidak mengungkap harga A321XLR. Namun, pendahulunya––A321neo, memiliki banderol USD129,5 juta. Boeing menyatakan A321XLR hanya akan mengeruk keuntungan dari segmen pasar yang ditargetkan NMA. Pada awal perdagangan, saham Airbus merangkak naik 0,9% menjadi 123,50 euro.

Boeing saat ini juga sedang berupaya meluncurkan 777X. Jadwal peluncurannya tertunda oleh beberapa faktor. Salah satunya error dalam mesin turbin terbaru GE9X pabrikan General Electric (GE). GE9X mengalami masalah saat uji coba dan harus menjalani rancangan ulang sehingga membutuhkan waktu lebih lama. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0738 seconds (0.1#10.140)