Hadapi Serbuan Produk Asing, Agate Kembangkan Game Identitas Indonesia

Kamis, 21 November 2019 - 17:05 WIB
Hadapi Serbuan Produk Asing, Agate Kembangkan Game Identitas Indonesia
Hadapi Serbuan Produk Asing, Agate Kembangkan Game Identitas Indonesia
A A A
JAKARTA - Serbuan game asing ke industri Tanah Air, membuat produsen game di Indonesia babak belur. Keunggulan teknologi, modal dan promosi, membuat game luar lebih unggul ketimbang game produsen Tanah Air.

Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi pelaku industri game Tanah Air. Salah satunya datang dari CEO Co-Founder Agate International Arief Widhiyasa yang menurutnya, pasar industri game di Indonesia sangat potensial apabila digarap serius.

"Kalau pasar sangat terlihat. Kalau di zaman dulu, orang kalau mau main game mahal, sekarang tinggal pake HP. Apalagi dalam dua tahun belakangan e-sports lagi booming," kata Arief di Kampus Buddhi Dharma, Kamis (21/11/2019)

Kehadiran e-sports, menurut Arief, membantu meningkatkan pangsa pasar industri game di Indonesia untuk bertambah besar. Namun di tengah keuntungan itu, dia melihat produsen game lokal malah tidak mendapat untung. "Produsen lokal tidak bisa tumbuh. Idealnya kalau pasar tumbuh, produsen lokal dapat bagian dari situ. Tetapi yang ada kita kalah bersaing dengan industri global," ungkapnya.

Sebagai salah satu industri game terbesar Tanah Air, Ia mengaku Agate memiliki cara untuk tetap bertahan dari gempuran produk industri game asing. Sehingga, pangsa pasarnya tetap akan bermain di produk Agate. "Kalai di Agate, kita melihat ada satu yang kita pasti menang, yakni game yang punya identitas Indonesia. Itu yang akan kita jadikan game. Hampir semua game kita mengangkat identitas bangsa Indonesia," sambungnya.

Industri game lokal sambung Arief menambahkan, saat ini berada pada titik yang kurang menyenangkan, di mana persaingan semakin ketat, produksi semakin menurun, dan lama-lama hilang. "Berkarir di industri game itu sangat susah, dan tantangannya besar. Yang terbesar itu, kita harus berkejar-kejaran dengan industri global. Ya, memang semua karir juga susah. Di mana juga pasti akan sama," ungkapnya.

Sementara itu, Founder Techpolitan Sinarmas Land Rhesa Surya Atmadja mengatakan, dalam menghadapi persaingan itu pihaknya akan terus mengembangkan SDM yang ada. "Kita memposisikan diri di Digital Hub. Apa yang kita lakukan untuk meningkatkan daya saing? Yaitu dengan membuat masyarakat suka dulu, karena tekpolitan itu hub nya. Jadi kita buat dulu nih talent-talennya," jelasnya.

Lebih lanjut Rhesa menerangkan, Indonesia memiliki keunggulan yang serba banyak ketimbang negara lain. Mulai dari suku bangsa, bahasa, budaya, hingga jumlah manusianya yang cukup besar. "Untuk menghadapi daya saing global, harus bangun talent dulu. Kita selama ini dianggap sebagai negara konsumen dengan penduduk yang sangat besar, harusnya itu menjadi daya saing kita," sambung Rhesa.

Digital Hub Sinarmas Land, jelas Rhesa, saat ini memiliki tanggung jawab besar. Namun diakuinya mereka tidak bisa bekerja sendirian dalam mewujudkan SDM berdaya saing itu. "Kita saat ini masih sangat kekurangan talent. Kenapa Unicon bangun di India. Karena talent kita gak ada. Makanya, program Digital Hub kita bawa ke dalam kampus. Jadi kita harus semangati anak-anak Indonesia," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4601 seconds (0.1#10.140)