Edukasi dalam Memilih Investasi yang Tepat
A
A
A
Perencana keuangan Safir Senduk menilai masyarakat perlu waspada terhadap penawaran instrumen investasi yang memberikan imbal hasil yang tidak masuk akal. Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga perlu memberikan edukasi hingga ke daerah. Sebab penawaran investasi saat ini sudah mengarah ke kabupaten/kota. “Pengawasan dan edukasi perlu terus digencarkan hingga ke daerah,” katanya.
Produk-produk investasi konvensional seperti saham, reksadana, dan deposito menjadi salah satu instrumen yang cukup aman. Selain dikeluarkan oleh lembaga resmi, dana nasabah juga dijamin oleh otoritas. Misalnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk produk deposito dan tabungan.
Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sujanto mengakui industri pengelolaan investasi memang terus menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dalam kurun lima tahun terakhir (2015–2019), total dana kelolaan di industri pengelolaan investasi meningkat hampir dua kali lipat (96,6%), dari Rp414 triliun pada awal tahun 2015 menjadi Rp814 triliun per 14 November 2019.
"Saya mengucapkan apresiasi kepada pihak-pihak yang secara konsisten mengedukasi produk exchange traded fund (ETF) kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan salah satu misi OJK dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi produk keuangan, terutama produk ETF," tuturnya.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan ETF merupakan salah satu produk investasi yang banyak diminati investor ritel dan institusional karena return yang ditawarkan dan keunggulan lainnya sebagai alat investasi yang efisien dan praktis.
Di kawasan ASEAN, saat ini Indonesia menempati posisi pertama dari sisi jumlah produk ETF berbasis local index, sedangkan dari sisi total jumlah produk ETF, Indonesia menempati posisi kedua setelah Singapura yang memiliki 51 ETF. "Semakin banyaknya pelaku pasar yang masuk ke pasar ETF saat ini juga mencerminkan keyakinan pasar akan potensi pertumbuhan produk ETF sebagai salah satu alternatif produk investasi bagi investor di Pasar Modal Indonesia, baik kalangan ritel maupun institusi," tegasnya.
Sejalan dengan momentum perkembangan ETF saat ini, BEI berupaya untuk terus mendorong pendalaman pasar ETF dengan mereviudan merumuskan berbagai kebijakan mengenai ETF dengan melibatkan OJK, manajer investasi, dealer partisipan, dan pihak terkait lainnya.
Sedangkan Direktur Utama IndoPremier Sekuritas, Moleonoto The, mengatakan para stakeholder di ekosistem investasi harus terlibat bersama-sama dengan regulator dan pelaku pasar untuk terus berinovasi dalam pengembangan produk dan teknologi di pasar modal. Para stakeholder perlu terus mengenalkan produk investasi secara lebih luas kepada seluruh investor di Indonesia.
Dia memberikan contoh, sejak diluncurkan pertama kali atas inisiatif PT Indo Premier Sekuritas pada 18 Desember 2007 lalu, produk ETF telah berkembang dengan baik. Ini dapat dilihat dari data AUM produk ETF yang pada awal pencatatan sebesar Rp557 miliar, tetapi saat ini telah mencapai Rp15,2 triliun. (Anton C/Aprilia S Andyna)
Produk-produk investasi konvensional seperti saham, reksadana, dan deposito menjadi salah satu instrumen yang cukup aman. Selain dikeluarkan oleh lembaga resmi, dana nasabah juga dijamin oleh otoritas. Misalnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk produk deposito dan tabungan.
Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sujanto mengakui industri pengelolaan investasi memang terus menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dalam kurun lima tahun terakhir (2015–2019), total dana kelolaan di industri pengelolaan investasi meningkat hampir dua kali lipat (96,6%), dari Rp414 triliun pada awal tahun 2015 menjadi Rp814 triliun per 14 November 2019.
"Saya mengucapkan apresiasi kepada pihak-pihak yang secara konsisten mengedukasi produk exchange traded fund (ETF) kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan salah satu misi OJK dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi produk keuangan, terutama produk ETF," tuturnya.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan ETF merupakan salah satu produk investasi yang banyak diminati investor ritel dan institusional karena return yang ditawarkan dan keunggulan lainnya sebagai alat investasi yang efisien dan praktis.
Di kawasan ASEAN, saat ini Indonesia menempati posisi pertama dari sisi jumlah produk ETF berbasis local index, sedangkan dari sisi total jumlah produk ETF, Indonesia menempati posisi kedua setelah Singapura yang memiliki 51 ETF. "Semakin banyaknya pelaku pasar yang masuk ke pasar ETF saat ini juga mencerminkan keyakinan pasar akan potensi pertumbuhan produk ETF sebagai salah satu alternatif produk investasi bagi investor di Pasar Modal Indonesia, baik kalangan ritel maupun institusi," tegasnya.
Sejalan dengan momentum perkembangan ETF saat ini, BEI berupaya untuk terus mendorong pendalaman pasar ETF dengan mereviudan merumuskan berbagai kebijakan mengenai ETF dengan melibatkan OJK, manajer investasi, dealer partisipan, dan pihak terkait lainnya.
Sedangkan Direktur Utama IndoPremier Sekuritas, Moleonoto The, mengatakan para stakeholder di ekosistem investasi harus terlibat bersama-sama dengan regulator dan pelaku pasar untuk terus berinovasi dalam pengembangan produk dan teknologi di pasar modal. Para stakeholder perlu terus mengenalkan produk investasi secara lebih luas kepada seluruh investor di Indonesia.
Dia memberikan contoh, sejak diluncurkan pertama kali atas inisiatif PT Indo Premier Sekuritas pada 18 Desember 2007 lalu, produk ETF telah berkembang dengan baik. Ini dapat dilihat dari data AUM produk ETF yang pada awal pencatatan sebesar Rp557 miliar, tetapi saat ini telah mencapai Rp15,2 triliun. (Anton C/Aprilia S Andyna)
(nfl)