Krisis Pendapatan, Fashion Show Victoria’s Secret Dibatalkan

Senin, 25 November 2019 - 07:02 WIB
Krisis Pendapatan, Fashion...
Krisis Pendapatan, Fashion Show Victoria’s Secret Dibatalkan
A A A
COLUMBUS - Dengan adanya perubahan selera konsumen dan gerakan #MeToo,L Brands Inc didera sejumlah krisis di berbagai lini. Perusahaan fashion dengan pendapatan USD 12,63 miliar (Rp177,9triliun) pada 2017 itu bahkan membatalkan acara fashion show Victoria’s Secret untuk pertama kali sejak 1995.

Keputusan itu diambil L Brands menyusul derasnya kritikan atas eksploitasi tubuh perempuan. Selain itu L Brands mengalami krisis keuangan. Penjualannya terus menurun setiap tahun. Pada kuartal ketiga (Q3) tahun ini penjualannya menurun 7% bila dibandingkan dengan Q3 2018 yang juga turun sekitar 2%.

L Brands juga gagal menarik pelanggan lewat fashion show Victoria’sSecret. Program marketing pakaian minim yang dipamerkan super model internasional itu bahkan tidak mampu menarik penonton baru.

Pada tahun lalu penonton Victoria’s Secret hanya 3,3 juta, turun dari 9,7 juta pada 2013 dan 12 juta pada 2001. “Kami kira kami perlu melakukan perubahan strategi marketing untuk Victoria’s Secret,” ujar Chief Financial Officer (CFO)L Brands, Stuart Brugdoerfer, Kamis (21/11) lalu, seperti dikutip Reuters. “Kami akan berbicara kepada para pelanggan dan mungkin akan menggelar acara lain, tapi tidak semegah fashion show,” tambahnya.

Sebelum ditutup secara keseluruhan, L Brands sempat menyatakan fashion show Victoria’s Secret tidak akan ditayangkan di televisi. Sejak saat itu rumor mengenai prospek Victoria’s Secret ramai diperbincangkan. Konferensi pers yang digelar Stuart merupakan konfirmasi resmi per tama terkait isu itu yang mengakhiri rumor.

L Brands dalam hal ini Victoria’s Secret merupakan pemimpin pasar di bidang pakaian minim di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa dekade terakhir. Namun belakangan ini Victoria’s Secret goyah akibat sejumlah tantangan. Para konsumen memandang negatif Victoria’s Secret karena dianggap menjual tubuh wanita.

Beberapa model internasional bahkan memandang fantasi dan idealisme tubuh perempuan ala Victoria’s Secret tidak relevan dengan kenyataan. “Kami muak melihat pameran tubuh yang begitu eksklusif. Setiap perempuan seharusnya diwakili. Jika tidak, acara itu akan membosankan,” kata model Kate Upton.

Senada dengan Kate, model lainnya Robyn Lawley mengatakan pemasaran Victoria’s Secret cenderung mengabaikan perbedaan tubuh perempuan danterkesan hanya pantas dikenakan perempuan berbadan super model. Foto model Australia itu mendesak semua perempuan untuk memboikot fashion show Victoria’s Secret.
Pada saat bersamaan, Victoria’s Secret juga memecat sekitar 15% dari total karyawannya di Columbus, Ohio, AS. L Brandsber harap brand pakaian minim itu akan kembali bangkit meski sedang didera situasi yang sulit. Stuart optimistis Victoria’s Secret mampu menawarkan produk yang berkualitas, glamor, dan bergaya. “Kami akan memberikan dukungan dengan menanamkan modal terhadap produk yang memiliki performa bagus. Sejauh ini kategori pakaian ti dur mendapat respons positif,” ujar Stuart seperti dilansir CNBC. Dia juga yakin pembatalan fashion show Victoria’s Secret tidak akan memengaruhi penjualan L Brands pada Q4. L Brands patut menganggap pembatalan fashion show Victoria’s Secret sebagai sebuah kemunduran. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0717 seconds (0.1#10.140)