Gelar Energy Forum Ke-7, Pertamina Tekankan Upaya Kurangi Impor LPG
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) hari ini menggelar Pertamina Energy Forum 2019 bertema "Driving Factors: What Will Shape The Future of Energy Business" di Hotel Raffles, Jakarta. Melalui forum yang telah digelar untuk ke-7 kalinya ini, Pertamina bersama para pemangku kepentingan di bidang energi membahas perkembangan sektor energi dan bisnisnya.
"Kami berharap dari diskusi nanti akan ada masukan yang bermanfaat bagi pengembangan sektor energi," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Pada kesempatan ini Nicke juga menyampaikan upaya-upaya Pertamina untuk menurunkan impor gas elpiji (LPG). Salah satu upayanya, jelas dia, Pertamina mulai melakukan coal gasificiation, yakni mengubah batu bara menjadi DMA untuk mensubstitusi LPG. "Karena hingga saat ini, 70% LPG yang dikonsumsi masyarakat masih berasal dari impor," terangnya.
Pertamina, lanjut Nicke, bersama dengan para mitranya juga mulai melakukan pengembangan biorefinery, yaitu pemrosesan kelapa sawit menjadi biodiesel. "Pertamina juga sudah siap mengimplementasikan B30, yang sudah dimulai sejak 21 November lalu. Ini akan berkontribusi besar dalam menurunkan impor LPG dan meningkatkan pendapatan negara dari pajak maupun nonpajak," ujarnya.
Nicke menjelaskan bahwa perkembangan energi tidak luput dari global megatrend. Dimulai dari abad ke-18 dimana revolusi industri memulai eksploitasi sumber daya alam (SDA), yang kemudian menyebabkan keterbatasan SDA, masalah lingkungan, dan pertumbuhan populasi. Urbanisasi yang sedemikian cepat, terang Nicke, akan menambah permintaan dan konsumsi energi.
"Kita juga harus consider perubahan demand akibat lifestyle. Semoga masukan yang diperoleh dalam forum ini bisa dipertimbangkan juga oleh para regulator nantinya," tutup Nicke.
"Kami berharap dari diskusi nanti akan ada masukan yang bermanfaat bagi pengembangan sektor energi," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Pada kesempatan ini Nicke juga menyampaikan upaya-upaya Pertamina untuk menurunkan impor gas elpiji (LPG). Salah satu upayanya, jelas dia, Pertamina mulai melakukan coal gasificiation, yakni mengubah batu bara menjadi DMA untuk mensubstitusi LPG. "Karena hingga saat ini, 70% LPG yang dikonsumsi masyarakat masih berasal dari impor," terangnya.
Pertamina, lanjut Nicke, bersama dengan para mitranya juga mulai melakukan pengembangan biorefinery, yaitu pemrosesan kelapa sawit menjadi biodiesel. "Pertamina juga sudah siap mengimplementasikan B30, yang sudah dimulai sejak 21 November lalu. Ini akan berkontribusi besar dalam menurunkan impor LPG dan meningkatkan pendapatan negara dari pajak maupun nonpajak," ujarnya.
Nicke menjelaskan bahwa perkembangan energi tidak luput dari global megatrend. Dimulai dari abad ke-18 dimana revolusi industri memulai eksploitasi sumber daya alam (SDA), yang kemudian menyebabkan keterbatasan SDA, masalah lingkungan, dan pertumbuhan populasi. Urbanisasi yang sedemikian cepat, terang Nicke, akan menambah permintaan dan konsumsi energi.
"Kita juga harus consider perubahan demand akibat lifestyle. Semoga masukan yang diperoleh dalam forum ini bisa dipertimbangkan juga oleh para regulator nantinya," tutup Nicke.
(fjo)