Berpotensi Kerek Investasi, Proyek Kilang Balongan Mampu Serap 35 Ribu Pekerja
A
A
A
JAKARTA - PT. Pertamina menyatakan proyek kilang terintegrasi Petrochemical Complex Refinery Unit (RU) VI Balongan, akan terus berjalan dan memberikan manfaat besar bagi warga sekitar. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, proyek peningkatan kapasitas kilang minyak existing di Indramayu, Jawa Barat akan diintegrasikan dengan kilang petrokimia beserta produk turunannya.
Selain dapat meningkatkan kapasitas kilang minyak menjadi 350 ribu barel per hari, proyek tersebut akan mengolah feedstock atau bahan baku petrokimia yakni Nafta sekitar 2,5 juta per tahun. Sambung dia menerangkan kilang minyak ini diproyeksikan menjadi salah satu pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
"Pertamina sudah memiliki bisnis hulu, midstream, dan downstream. Dengan proyek integrasi ini, kami membuka peluang ekspansi yang lebih besar dan menargetkan pasar ekspor," ujar Dirut Nicke Widyawati saat kunjungan ke kantor Gubernur Jawa Barat di Bandung, Jawa Barat.
Selain potensi meningkatnya investasi di dalam negeri, tambah Nicke, proyek raksasa ini akan mampu menyerap tenaga kerja hingga sekitar 35 ribu orang pada saat proses konstruksi, dan sekitar 600-800 pekerja saat proyek mulai beroperasi. Diharapkan, keseluruhan proyek selesai pada 2025 dan beroperasi pada 2026.
Sementara itu Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyambut baik rencana investasi tersebut dan menyatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berkomitmen untuk mempercepat proses perijinan serta memberi dukungan penuh pada proyek kilang Pertamina. Untuk mendukung proyek petrokimia yang terintegrasi kilang minyak dengan nilai investasi terbesar di Jawa Barat ini, Pemprov akan mengamankan tata ruang dan menunjukkan lokasi wilayah yang diminta Pertamina.
"Yang terpenting Pertamina komit mayoritas pekerja lokal. Ada inovasi dari beliau, sambil menunggu operasi, warga Indramayu akan disekolahkan dan dilatih dulu. Sehingga pada saat operasi, anak-anak Indramayu sudah punya ilmu tentang petrokimia," ujarnya.
Menurut dia, kehadiran proyek ini tidak hanya sebagai national exposure, tapi memiliki multiplier effect yang akan membantu pengembangan Indramayu pada khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya. "Efeknya pada ekonomi seperti berkembangnya sektor horeka, suplai material, serta penambahan lapangan kerja bagi masyarakat asli Indramayu," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil.
Tak hanya membahas potensi pengembangan bisnis Pertamina di Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mendukung upaya-upaya komunikasi yang telah dilakukan Pertamina di masyarakat. Dalam kesempatan ini, ia juga mengapresiasi langkah Pertamina dalam mengatasi ceceran minyak di Blok YY PHE ONWJ yang lebih cepat 30 hari. Ridwan juga meyakini Pertamina akan berkomitmen untuk membayar kompensasi kepada masyarakat terdampak.
"Pertamina itu sangat profesional sejak awal. Yang berhubungan dengan kewajaran dan pergantian sudah dilakukan dengan baik. Limbahnya juga dikonversi oleh Pertamina menjadi batu batako untuk konstruksi. Jadi ada nilai manfaatnya,” katanya.
Kunjungan Nicke Widyawati juga diikuti Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang, Direktur Manajemen Aset M Haryo Yunianto, Project Coordinator Petrochemical Jawa Barat Dhani Prasetyawan, Direktur Patra Jasa Dani Adriananta, serta GM Pertamina MOR III Tengku Fernanda.
Selain dapat meningkatkan kapasitas kilang minyak menjadi 350 ribu barel per hari, proyek tersebut akan mengolah feedstock atau bahan baku petrokimia yakni Nafta sekitar 2,5 juta per tahun. Sambung dia menerangkan kilang minyak ini diproyeksikan menjadi salah satu pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
"Pertamina sudah memiliki bisnis hulu, midstream, dan downstream. Dengan proyek integrasi ini, kami membuka peluang ekspansi yang lebih besar dan menargetkan pasar ekspor," ujar Dirut Nicke Widyawati saat kunjungan ke kantor Gubernur Jawa Barat di Bandung, Jawa Barat.
Selain potensi meningkatnya investasi di dalam negeri, tambah Nicke, proyek raksasa ini akan mampu menyerap tenaga kerja hingga sekitar 35 ribu orang pada saat proses konstruksi, dan sekitar 600-800 pekerja saat proyek mulai beroperasi. Diharapkan, keseluruhan proyek selesai pada 2025 dan beroperasi pada 2026.
Sementara itu Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyambut baik rencana investasi tersebut dan menyatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berkomitmen untuk mempercepat proses perijinan serta memberi dukungan penuh pada proyek kilang Pertamina. Untuk mendukung proyek petrokimia yang terintegrasi kilang minyak dengan nilai investasi terbesar di Jawa Barat ini, Pemprov akan mengamankan tata ruang dan menunjukkan lokasi wilayah yang diminta Pertamina.
"Yang terpenting Pertamina komit mayoritas pekerja lokal. Ada inovasi dari beliau, sambil menunggu operasi, warga Indramayu akan disekolahkan dan dilatih dulu. Sehingga pada saat operasi, anak-anak Indramayu sudah punya ilmu tentang petrokimia," ujarnya.
Menurut dia, kehadiran proyek ini tidak hanya sebagai national exposure, tapi memiliki multiplier effect yang akan membantu pengembangan Indramayu pada khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya. "Efeknya pada ekonomi seperti berkembangnya sektor horeka, suplai material, serta penambahan lapangan kerja bagi masyarakat asli Indramayu," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil.
Tak hanya membahas potensi pengembangan bisnis Pertamina di Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mendukung upaya-upaya komunikasi yang telah dilakukan Pertamina di masyarakat. Dalam kesempatan ini, ia juga mengapresiasi langkah Pertamina dalam mengatasi ceceran minyak di Blok YY PHE ONWJ yang lebih cepat 30 hari. Ridwan juga meyakini Pertamina akan berkomitmen untuk membayar kompensasi kepada masyarakat terdampak.
"Pertamina itu sangat profesional sejak awal. Yang berhubungan dengan kewajaran dan pergantian sudah dilakukan dengan baik. Limbahnya juga dikonversi oleh Pertamina menjadi batu batako untuk konstruksi. Jadi ada nilai manfaatnya,” katanya.
Kunjungan Nicke Widyawati juga diikuti Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang, Direktur Manajemen Aset M Haryo Yunianto, Project Coordinator Petrochemical Jawa Barat Dhani Prasetyawan, Direktur Patra Jasa Dani Adriananta, serta GM Pertamina MOR III Tengku Fernanda.
(akr)