Bangun Industri Baterai Lithium, Indonesia Dilirik Tiga Negara
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan Korea Selatan, Tiongkok, dan negara di Eropa berminat berinvestasi baterai lithium di Indonesia. Hal tersebut diutarakan usai mendampingi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan pihak BASF, perusahaan kimia terbesar dunia di Ludwigshafen, Jerman.
BASF sendiri merupakan perusahan kimia terbesar dunia. BASF telah menjadi pemasok utama bahan-bahan kimia baik bagi industri makanan, otomotif, hingga infrastruktur. Lebih lanjut, Bahlil berharap akan ada pembangunan industri baterai lithium di Indonesia.
“Kita berharap akan ada pembangunan industri baterai litium di Indonesia. Ada beberapa investor potensial yang akan masuk ke Indonesia yakni dari Korea Selatan, Tiongkok dan Eropa. Ini merupakan hal yang baik dan strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman,” ujar Bahlil di Kantor Pusat BASF, Ludwigshafen, Jerman, Jumat (29/11/2019).
Bahlil mengatakan, BASF sangat tertarik dengan penjelasan yang disampaikan oleh Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menkomarves. Dimana cadangan mineral khususnya nikel yang merupakan komponen dominan pembuatan baterai litium untuk kendaraan listrik, sangat besar di Indonesia
“Tadi juga dipaparkan informasi tentang rencana Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan menghasilkan harga listrik yang sangat murah yang akan mendukung industri baterai lithium dan smelter di Indonesia,” tambah Bahlil.
Pada kesempatan itu, Menko Luhut juga menjelaskan upaya Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi dibidang manufaktur kendaraan listrik. Selain itu, potensi pasar Indonesia yang sangat besar. Sehingga peluang ini dapat menciptakan permintaan akan investasi di sektor baterai kendaraan listrik.
Dipaparkan juga pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No.55/2019 tentang Percepatan Program KBL Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. ”Pak Luhut juga sampaikan tadi ke depan yang akan menjadi tren adalah kendaraan listrik, dibandingkan kendaraan hybrid apalagi dari energi fosil,” ucap Bahlil.
Pada kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari perusahaan asal Tiongkok. Perusahaan-perusahaan ini telah berinvestasi di Weda Bay Nickel (WBN), Halmahera, Maluku Utara. Perusahaan-perusahaan ini telah berinvestasi di bidang pembuatan bahan untuk baterai litium di Indonesia.
“Kami merasa terhormat diundang dan dilibatkan oleh pemerintah (Indonesia) dalam kunjungan ini. Eropa adalah market yang sangat penting untuk produk baterai untuk kendaraan listrik. Kami mendapat dukungan penuh dari semua tingkatan pemerintah Indonesia, dan juga kami mendapatkan dukungan bahan baku yang melimpah,” ujar Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Xuehua Chen.
Sambung dia mengungkapkan, sebagai salah satu perusahaan terdepan di bidang baterai untuk kendaraan listrik, Huayou merasa percaya diri akan sukses di Indonesia. Chen menjelaskan Huayou merupakan salah satu pemain baru utama di bidang industri energi baterai li-ion.
Bahkan Huayou telah menguasai pangsa pasar kobalt dunia. Guna mendorong daya saing di industri ini, pihaknya telah memulai di beberapa proyeknya di Indonesia. “Proyek-proyek kami sudah jalan. Tidak ada kendala-kendala berarti untuk proyek kami di Indonesia,” tegas Chen.
Dikatakan Chen, Indonesia tak hanya kaya akan laterite ore, bahan material baterai li-ion. Namun juga pemerintah Indonesia sudah menciptakan iklim yang bagus buat bisnis ini. Faktor inilah yang membuat pihaknya optimistis dengan kelangsungan investasi dan proyek-proyeknya di Indonesia di masa depan. Sebab itu, Chen menargetkan perusahaannya akan membangun kawasan industri global terdepan kelas dunia di industri baterai di Indonesia.
“Ini gabungan yang cakep antara kemampuan dan daya saing teknis kami di Huayou dan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Kita sama-sama kembangkan kedua pihak di Indonesia,” pungkas Chen.
BASF sendiri merupakan perusahan kimia terbesar dunia. BASF telah menjadi pemasok utama bahan-bahan kimia baik bagi industri makanan, otomotif, hingga infrastruktur. Lebih lanjut, Bahlil berharap akan ada pembangunan industri baterai lithium di Indonesia.
“Kita berharap akan ada pembangunan industri baterai litium di Indonesia. Ada beberapa investor potensial yang akan masuk ke Indonesia yakni dari Korea Selatan, Tiongkok dan Eropa. Ini merupakan hal yang baik dan strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman,” ujar Bahlil di Kantor Pusat BASF, Ludwigshafen, Jerman, Jumat (29/11/2019).
Bahlil mengatakan, BASF sangat tertarik dengan penjelasan yang disampaikan oleh Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menkomarves. Dimana cadangan mineral khususnya nikel yang merupakan komponen dominan pembuatan baterai litium untuk kendaraan listrik, sangat besar di Indonesia
“Tadi juga dipaparkan informasi tentang rencana Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan menghasilkan harga listrik yang sangat murah yang akan mendukung industri baterai lithium dan smelter di Indonesia,” tambah Bahlil.
Pada kesempatan itu, Menko Luhut juga menjelaskan upaya Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi dibidang manufaktur kendaraan listrik. Selain itu, potensi pasar Indonesia yang sangat besar. Sehingga peluang ini dapat menciptakan permintaan akan investasi di sektor baterai kendaraan listrik.
Dipaparkan juga pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No.55/2019 tentang Percepatan Program KBL Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. ”Pak Luhut juga sampaikan tadi ke depan yang akan menjadi tren adalah kendaraan listrik, dibandingkan kendaraan hybrid apalagi dari energi fosil,” ucap Bahlil.
Pada kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari perusahaan asal Tiongkok. Perusahaan-perusahaan ini telah berinvestasi di Weda Bay Nickel (WBN), Halmahera, Maluku Utara. Perusahaan-perusahaan ini telah berinvestasi di bidang pembuatan bahan untuk baterai litium di Indonesia.
“Kami merasa terhormat diundang dan dilibatkan oleh pemerintah (Indonesia) dalam kunjungan ini. Eropa adalah market yang sangat penting untuk produk baterai untuk kendaraan listrik. Kami mendapat dukungan penuh dari semua tingkatan pemerintah Indonesia, dan juga kami mendapatkan dukungan bahan baku yang melimpah,” ujar Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Xuehua Chen.
Sambung dia mengungkapkan, sebagai salah satu perusahaan terdepan di bidang baterai untuk kendaraan listrik, Huayou merasa percaya diri akan sukses di Indonesia. Chen menjelaskan Huayou merupakan salah satu pemain baru utama di bidang industri energi baterai li-ion.
Bahkan Huayou telah menguasai pangsa pasar kobalt dunia. Guna mendorong daya saing di industri ini, pihaknya telah memulai di beberapa proyeknya di Indonesia. “Proyek-proyek kami sudah jalan. Tidak ada kendala-kendala berarti untuk proyek kami di Indonesia,” tegas Chen.
Dikatakan Chen, Indonesia tak hanya kaya akan laterite ore, bahan material baterai li-ion. Namun juga pemerintah Indonesia sudah menciptakan iklim yang bagus buat bisnis ini. Faktor inilah yang membuat pihaknya optimistis dengan kelangsungan investasi dan proyek-proyeknya di Indonesia di masa depan. Sebab itu, Chen menargetkan perusahaannya akan membangun kawasan industri global terdepan kelas dunia di industri baterai di Indonesia.
“Ini gabungan yang cakep antara kemampuan dan daya saing teknis kami di Huayou dan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Kita sama-sama kembangkan kedua pihak di Indonesia,” pungkas Chen.
(akr)