Raih Dana IPO Rp359,3 Triliun, Aramco Geser Alibaba
A
A
A
RIYADH - Raksasa minyak dunia asal Arab Saudi Aramco menorehkan sejarah baru. Perusahaan itu menyingkirkan Alibaba Group Holding Ltd sebagai perusahaan dengan Penawaran Saham Perdana (IPO) terbesar di dunia. Aramco berhasil mengantongi dana segar sekitar USD25,6 miliar (Rp359,3 triliun). Dana sebesar itu hanya untuk 1,5% saham yang dilepas ke publik.
Sedangkan Alibaba hanya meraup dana sebesar USD25 miliar (Rp350,8 triliun) selama IPO di Bursa Saham Hong Kong pada 2014 sikan. Saat itu, Alibaba menjadi perusahaan dengan IPO terbesar di dunia. Seperti dilansir Bloomberg, Alibaba melepas 500 juta saham dengan harga diskon sebesar HK$176 per lembar.
IPO Alibaba di Hong Kong membuka peluang bagi investor China. Mereka dapat bertransaksi langsung di Bursa Saham Hong Kong.
Adapun Aramco, dengan masuknya dana publik, valuasi perusahaan itu naik menjadi USD1,7 triliun (Rp23.855 triliun). Meski demikian, angka tersebut masih kurang dari target valuasi yang ditetapkan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman sebesar USD2 triliun.
Nilai pasar Aramco juga mengalahkan Microsoft Corp yang selama ini berpredikat sebagai perusahaan paling berharga di dunia. Pada kuartal ke-3 (Q3), valuasi Microsoft mencapai USD1,04 triliun (Rp14.790,3 triliun) atau USD109 juta lebih tinggi dibanding Apple. Performa yang dijaga Microsoft sejak 2018 itu kini tergilas.
Aramco memasang harga sekitar USD8,5 (Rp119 ribu) per lembar. Pembeli saham Aramco terbagi dari dalam dan luar negeri. Mayoritas berasal dari perusahaan investasi dan pribadi dengan penawaran ditaksir mencapai USD11,6 miliar.
Sekitar 4,9 juta investor pribadi asal Arab Saudi membeli saham di Aramco, termasuk 2,3 juta investor pribadi berusia 31-45 tahun. Aramco berencana untuk memperbesar jumlah saham yang akan diperdagangkan di pasar demi meningkatkan kapasitas perdagangan hingga USD29,4 miliar (Rp412,5 triliun).
Para ahli mengatakan penjualan saham Aramco juga didorong misi ambisius Pangeran Mohammed yang berupaya mendiversifikasi sumber keuangan Arab Saudi dengan melepaskan ketergantungan terhadap ekspor minyak. Dia telah meluncurkan program Visi 2030 dan memperlonggar peraturan di berbagai bidang.
“Jumlah IPO yang diraih Aramco itu sendiri menunjukkan ukuran ekonomi dan kebutuhan dana yang diperlukan demi menyukseskan rencana transformasi,” ujar Kepala Ekonom Abu Dhabi Commercial Bank, Monica Malik, dikutip Reuters.
Pemerintah Arab Saudi mendorong masyarakatnya untuk membeli saham Aramco, termasuk dengan menawarkan pinjaman tanpa bunga. Bahkan, 0,5% atau 1/3 saham perusahaan yang diperjualbelikan dikhususkan bagi warga Arab Saudi. Aramco juga berencana membagikan dividen senilai USD75 miliar pada 2020.
Investasi di Aramco diprediksi tetap menguat, sekalipun harga minyak dan pertumbuhan penawaran minyak mentah dunia diramalkan melambat pada 2025 mengingat adanya pemangkasan emisi gas rumah kaca dan penggunaan mobil listrik. Aramco juga diprediksi tetap menjadi perusahaan minyak terbesar.
Para investor dunia sebelumnya meragukan ketepatan waktu IPO Aramco menyusul serangan di fasilitas minyak perusahaan itu pada 14 September silam. Aramco membutuhkan waktu beberapa bulan untuk memulihkan operasi setelah kehilangan produksi minyak sebanyak 5,7 juta barel per hari atau 5% dari suplai minyak global.
Aramco awalnya akan membuka IPO pada November. Namun, rencana itu dibatalkan. Saat itu, Aramco berharap setidaknya dapat menjual 1% sahamnya pada tahun ini dengan potensi perdagangan senilai USD20 miliar dan 1% saham lainnya pada 2020 menjelang penjualan saham secara internasional di Riyadh.
Jumlah target IPO Aramco yakni 5% dari total saham perusahaan. Sebagai pengekspor minyak mentah terbesar dunia, Arab Saudi terus mempercepat rencana IPO Aramco. Arab Saudi bahkan menunjuk chairman baru dan memberi mandat kepada sembilan bank lokal untuk turut menyukseskan IPO itu. (Muh Shamil)
Sedangkan Alibaba hanya meraup dana sebesar USD25 miliar (Rp350,8 triliun) selama IPO di Bursa Saham Hong Kong pada 2014 sikan. Saat itu, Alibaba menjadi perusahaan dengan IPO terbesar di dunia. Seperti dilansir Bloomberg, Alibaba melepas 500 juta saham dengan harga diskon sebesar HK$176 per lembar.
IPO Alibaba di Hong Kong membuka peluang bagi investor China. Mereka dapat bertransaksi langsung di Bursa Saham Hong Kong.
Adapun Aramco, dengan masuknya dana publik, valuasi perusahaan itu naik menjadi USD1,7 triliun (Rp23.855 triliun). Meski demikian, angka tersebut masih kurang dari target valuasi yang ditetapkan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman sebesar USD2 triliun.
Nilai pasar Aramco juga mengalahkan Microsoft Corp yang selama ini berpredikat sebagai perusahaan paling berharga di dunia. Pada kuartal ke-3 (Q3), valuasi Microsoft mencapai USD1,04 triliun (Rp14.790,3 triliun) atau USD109 juta lebih tinggi dibanding Apple. Performa yang dijaga Microsoft sejak 2018 itu kini tergilas.
Aramco memasang harga sekitar USD8,5 (Rp119 ribu) per lembar. Pembeli saham Aramco terbagi dari dalam dan luar negeri. Mayoritas berasal dari perusahaan investasi dan pribadi dengan penawaran ditaksir mencapai USD11,6 miliar.
Sekitar 4,9 juta investor pribadi asal Arab Saudi membeli saham di Aramco, termasuk 2,3 juta investor pribadi berusia 31-45 tahun. Aramco berencana untuk memperbesar jumlah saham yang akan diperdagangkan di pasar demi meningkatkan kapasitas perdagangan hingga USD29,4 miliar (Rp412,5 triliun).
Para ahli mengatakan penjualan saham Aramco juga didorong misi ambisius Pangeran Mohammed yang berupaya mendiversifikasi sumber keuangan Arab Saudi dengan melepaskan ketergantungan terhadap ekspor minyak. Dia telah meluncurkan program Visi 2030 dan memperlonggar peraturan di berbagai bidang.
“Jumlah IPO yang diraih Aramco itu sendiri menunjukkan ukuran ekonomi dan kebutuhan dana yang diperlukan demi menyukseskan rencana transformasi,” ujar Kepala Ekonom Abu Dhabi Commercial Bank, Monica Malik, dikutip Reuters.
Pemerintah Arab Saudi mendorong masyarakatnya untuk membeli saham Aramco, termasuk dengan menawarkan pinjaman tanpa bunga. Bahkan, 0,5% atau 1/3 saham perusahaan yang diperjualbelikan dikhususkan bagi warga Arab Saudi. Aramco juga berencana membagikan dividen senilai USD75 miliar pada 2020.
Investasi di Aramco diprediksi tetap menguat, sekalipun harga minyak dan pertumbuhan penawaran minyak mentah dunia diramalkan melambat pada 2025 mengingat adanya pemangkasan emisi gas rumah kaca dan penggunaan mobil listrik. Aramco juga diprediksi tetap menjadi perusahaan minyak terbesar.
Para investor dunia sebelumnya meragukan ketepatan waktu IPO Aramco menyusul serangan di fasilitas minyak perusahaan itu pada 14 September silam. Aramco membutuhkan waktu beberapa bulan untuk memulihkan operasi setelah kehilangan produksi minyak sebanyak 5,7 juta barel per hari atau 5% dari suplai minyak global.
Aramco awalnya akan membuka IPO pada November. Namun, rencana itu dibatalkan. Saat itu, Aramco berharap setidaknya dapat menjual 1% sahamnya pada tahun ini dengan potensi perdagangan senilai USD20 miliar dan 1% saham lainnya pada 2020 menjelang penjualan saham secara internasional di Riyadh.
Jumlah target IPO Aramco yakni 5% dari total saham perusahaan. Sebagai pengekspor minyak mentah terbesar dunia, Arab Saudi terus mempercepat rencana IPO Aramco. Arab Saudi bahkan menunjuk chairman baru dan memberi mandat kepada sembilan bank lokal untuk turut menyukseskan IPO itu. (Muh Shamil)
(nfl)