Perusahaan Startup Turvo Pecat CEO Karena Jamu Klien ke Klub Striptis

Sabtu, 14 Desember 2019 - 17:58 WIB
Perusahaan Startup Turvo Pecat CEO Karena Jamu Klien ke Klub Striptis
Perusahaan Startup Turvo Pecat CEO Karena Jamu Klien ke Klub Striptis
A A A
CALIFORNIA - Aturan baru mengenai kepengurusan dan pengawasan di perusahaan tidak hanya menjadi fokus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perusahaan startup asal Silicon Valley, California, Amerika Serikat, Turvo Inc., mengeluarkan aturan ketat bagi pegawainya mengenai masalah etika dan kepatutan dalam menjalankan praktik usaha yang sehat.

Melansir dari Bloomberg, Sabtu (14/12/2019), Chief Executive Officer Turvo Inc., yang baru, Scott Lang, menerbitkan aturan mengenai etika dan kepatutan bagi karyawan perusahaan. Salah satunya karyawan tidak boleh menjamu klien ke klub striptis.

Aturan yang melarang karyawan menjamu klien ke tempat hedonis ini untuk tidak mengulangi kesalahan CEO sebelumnya. Dewan perusahaan memecat Eric Gillmore, co-founder dan mantan CEO karena ketauan pergi ke tempat striptis dan mengeluarkan biaya USD76.120 dari uang perusahaan, selama jangka waktu tiga tahun.

Gillmore, 39 tahun, mengakui kesalahannya. Tetapi dia menggugat perusahaan karena menurutnya, Dewan tidak mengikuti protokol yang tepat soal pemutusan hubungan kerja. Namun Gillmore menolak berkomentar kepada media massa.

Sang pengganti, Scott Lang, yang baru bergabung dengan Turvo di awal Desember 2019, langsung melakukan bersih-bersih, dengan mengeluarkan aturan mengenai etika dan kepatutan perusahaan. Lang mengatakan aturan ini dibuat untuk meningkatkan kinerja Turvo, perusahaan startup yang bergerak dibidang logistik dan pelacakan pergerakan barang.

Kasus Gillmore yang pergi ke tempat striptis dan untuk menjamu klien memenangkan tender, menambah panjang daftar pelanggaran seksual oleh beberapa petinggi perusahaan teknologi. Seperti pada kasus Kris Duggan dari Betterworks Systems Inc., Andy Rubin dari Essential Products Inc., Justin Caldbeck yaitu investor dari Binary Capital, dan Shervin Pishevar, investor keturunan Iran yang ikut membiayai perusahaan startup Airbnb, Uber, dan Munchery.

Gillmore sendiri adalah mantan eksekutif di Microsoft Corp, dan mulai membangun usaha logistik dan platform deteksi barang Turvo pada 2014. Ia mendapat pendanaan dari Mubadala Investment Co., perusahaan investasi yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dengan gelontoran dana USD60 juta. Usai mendapat suntikan dana, Gillmore langsung merekrut sejumlah eksekutif dari perusahaan teknologi lainnya untuk membesarkan Turvo.

Namun usaha Gillmore untuk membesarkan Turvo tidak sesuai dengan kepatutan. Ia kerap menggunakan uang perusahaan untuk menjamu klien ke klub-klub striptis. Perilakunya tersebut akhirnya ketauan oleh Dewan. Meski sudah dipecat dari perusahaan, Gillmore menolak untuk menandatangani perjanjian perpisahan.

Orang dekat Gillmore mengatakan ia adalah pemegang saham terbesar perusahaan. Sehingga dirinya menggugat Turvo atas pemecatan tersebut.

Scott Lang, CEO Turvo yang baru, berharap aturan mengenai etika dan kepatutan bisa menggairahkan kembali bisnis Turvo. "Perusahaan saat ini masih bergulat dengan situasi yang melemahkan moral. Aturan soal etika dan kepatutan ini diharap bisa meningkatkan kinerja perusahaan," ujarnya.

Lang yang mantan CEO Silver Spring Networks, lantas memuji timnya yang terdiri dari 200 orang, karena baru-baru ini berhasil memenangkan beberapa kontrak besar dan membubukan pertumbuhan "besar" bagi perusahaan. Namun Lang menolak untuk merinci berapa nilai kontrak besar tersebut.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7553 seconds (0.1#10.140)