Perluas Jaringan hingga ke Kota Ketiga

Kamis, 26 Desember 2019 - 14:10 WIB
Perluas Jaringan hingga ke Kota Ketiga
Perluas Jaringan hingga ke Kota Ketiga
A A A
Tingkat pengguna internet di Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya. Di sisi lain persaingan di bisnis provider juga semakin ketat. Untuk itu dibutuhkan sejumlah terobosan agar mampu bersaing dengan perusahaan penyedia jasa internet lainnya di Tanah Air.

Sebagai perusahaan infrastruktur digital terintegrasi di Indonesia yang menyediakan layanan internet, data center, cloud computing, dan IPTV, Biznet Networks masih akan tetap fokus mengembangkan jaringan melalui skema business to business atau B to B.Meski demikian ke depan Biznet juga akan melebarkan pangsa pasarnya hingga ke kota-kota kecil atau kota ketiga di Indonesia. Hal ini terutama untuk mendukung segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar bisa memasarkan produknya melalui e-commerce.

Biznet Networks juga berkomitmen untuk membangun infrastruktur modern dengan tujuan mengurangi kesenjangan digital Indonesia dengan negara berkembang lainnya. Biznet memiliki dan mengoperasikan jaringan fiber optic tercanggih dan data center terbesar di Indonesia. Lalu bagaimana potensi bisnis ini di masa yangakan datang? Berikut ini petikan wawancara Presiden Direktur PT Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks) Adi Kusma bersama KORAN SINDO di Jakarta belum lama ini.Bisa diceritakan bagaimana perkembangan kondisi bisnis internet services provider secara umum di Indonesia?
Kalau kita bandingkan internet di Indonesia, ketinggalannya mungkin sekarang hanya tinggal lima tahun bila dibandingkan dengan negara maju. Tapi bisa dibilang internet sudah menjadi kebutuhan hidup yang sangat besar. Kita juga bisa melihat jumlah smartphone saat ini besar sekali untuk di Indonesia.Penggunannya bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak, bahkan balita.

Misalnya balita, kalau nggak sekalian nonton video di YouTube nggak mau makan. Jadi pasti bapak atau ibunya langsung cari internet.Begitu pula untuk anak-anak, disuruh ke rumah kakeknya pengen cepat pulang karena nggak ada WiFi.Jadi memang kebutuhan ini sangat besar. Kita bisa lihat jumlah populasi smartphone juga sudah melebihi jumlah penduduk. Karena penyebaran teknologi kita itu sudah merata. Jadi kebutuhannya sangat tinggi dan makin kritikal. Kita bisa lihat, internet itu sama halnya seperti kita membutuhkan air dan listrik, inisudah menjadi utilitas. Jika dulu tahun 2000-an internet mati sehari atau dua hari masih dimaklumi, tapi untuk sekarang jika internet mati dua menit saja sudah banyak yang complain.

Apakah hal ini turut dipengaruhi oleh perkembangan media sosial yang juga sangat besar?
Jadi hal-hal seperti ini, dengan adanya mediasosial dan lain-lain dari segi personal sudah sangat penting. Apalagi kalau berbicaran perusahaan. Media saja sekarang semua sudah online. Semua mau punya data center. Jadi hal ini mendukung kemajuan internet di Indonesia. Kebutuhan komersial dan personal itu sudah semakin tinggi. Internet mati di kantor, oh nggak bisa kerja nih, padahal hanya digunakan nonton video di kantor dan main game.

Artinya pasarnya juga lebih terlihat dengan semakin banyaknya pengguna ponsel dan gawai?
Bukan gadget (gawai) kalau menurut saya, namun kebiasaan ya, habit-nya berubah. Saya selalu melihat future bisnis itu ada di anak-anak karena mereka yang dominan lah ya di awal-awal dan nanti anak-anak ini tumbuh menjadi remaja hingga dewasa. Saat ini di sekolah, PR (pekerjaan rumah) saja sudah bisa dikerjakan secara online, belajar juga bisa dilakukan lewat online. Ada yang gratis dan ada juga yang berbayar.

Lalu bagaimana posisi Biznet bila dibandingkan perusahaan lain di industri ini?
Kalau kita melihat Biznet posisi hari ini sudah mempunyai beberapa kantor perwakilan. Jadi bukan hanya ada di Jakarta. Kita ada di Bali, mulai dari Kuta bahkan hingga ke Singaraja. Biznet juga sudah ada di Pontianak. Sebentar lagi kita buka di Manado, Sumatera, dan empat kota. Di Batam itu sudah satu pulau. Kalau saya melihat semua itu punya market masing-masing, jadi yang diuntungkan sebetulnya pelanggan. Karena pelanggan jadi punya pilihan. Kalau kita nggak punya pilihan ya susah. Yang nggak punya pilihan itu hanya listrik. Kalau air itu masih punya pilihan. Pakai PAM, bisa bordan air hujan, jadi masih ada pilihan.

Saya kira untuk industri seluler juga sangat terbuka. Indonesia menurut saya masih menganut open market . Jadi yang diuntungkan sebenarnya pelanggan, yang dicari pelanggan adalah value performance. Bukan berarti harus paling mahal, bukan berarti juga harus paling murah. Internet saat ini yang penting hidup. Itu penting. Saya melihat, dulu satu hari bisa diterima. Sekarang dua menit tidak bisa diterima.

Untuk Biznet sendiri, segmen bisnis apa yang paling besar porsinya? Ya kita masih paling besar memang di B to Bya, porsinya mencapai 80%. Memang kita banyak support ke perbankan. Jadi jaringannya sampai ke kota-kota kecil. Kita sedang membangun di kota kecilnbaru yang akan selesai dalam satu dua bulan ke depan, yaitu di Jepara. Karena Jepara ini sepertinya kota ekspor ya, terutama untuk mebel dan furniturnya bagus dan berkualitas.

Jadi kita juga ingin agar kota itu bisa maju. Selain di Jepara, Biznet juga ada di Purwodadi. Pertimbangannya saya lihat, pertama jumlah penduduk. Kedua mungkin perekonomiannya. Saya mengharapkan Purwodadi itu suatu saat kotanya terkenal karena frozen cake. Misalnya di Palembang yang terkenal karena empek-empek. Sekarang jika ingin membeli empek-empek dari Palembang ke seluruh Indonesia cukup memesan melalui online.Jadi saya melihat dengan adanya internet,pelaku usaha UMKM tidak harus berbisnis darikota-kota besar seperti Jakarta. Dia bisamengembangkan usahanya di mana saja melalui e-commerce. Sekarang online shop sudah dimana-mana. Semua bisnis sudah online. Untuk itu ke depan Biznet juga akan masuk ke level kabupaten dan kecamatan atau kota ketiga.

Bisa dijelaskan lebih lanjut, segmen bisnis yang dibidik Biznet pada level daerah kabupaten atau kecamatan tersebut?
Memang yang paling besar itu UMKM. Indonesia itu perekonomiannya 90% disokong oleh industri UMKM dan 20% sisanya untuk residensial yang mana sudah hampir menjangkau seratus kota seperti Patih, Juwana, Purwodadi. Di Jawa Timurada Lumajang, Jember yang kota-kotanya nggak ada mal. Kota yang tidak memiliki mal tapi terdapat jaringan internet, menurutsaya, perkembangan e-commerce-nya akan tumbuhlebih besar melalui markets place.

Bagaimana rencana bisnis Biznet ke depan? Tahun depan target kita ingin menambah 10-20 kota dulu. Kita target tambah 30 kantor cabang sampai per hari ini ada hampir seratus kantor. Jumlah karyawan 2.700 dan itu tersebar di seluruh Nusantara. Jadi Nusantara ya bukan hanya Jakarta. Ritel juga banyak, misalnya di Pamanukan, Cikampek Selatan sudah dari bawah sampai ke Bayuwangi bawah. Kemudian Jember,Garut, Tasik, Cilacap, Banjar.

Perseroan setiap tahun kurang lebih mengalokasikan sekitar USD100 juta.Seperti tahun ini, kita membangun 11.000km. Jadi per tahun kita konsisten bangun segitu. Adapun pendanaannya sebagian kita berasal dari cashflow. Yang bayar ya semua dari pelanggan-pelanggan kita. Total jumlah unit pelanggan B to B. Kita total pelanggan sekitar100.000 untuk B to B. Kita juga tidak pernah melakukan akuisisi atau merger dengan perusahaan lain. Kita belum ada rencana lain untuk aksi korporasi, jadi perkembangannya masih secara organik.

Setiap tahun rata-rata kita targetkan tumbuh 20-30% itu didorong dari jumlah capex dan kemudian demand yang berubah. Seperti diketahui, pemerintah berencana membangun ibu kota baru di Kalimantan, apakah Biznet berminat masuk wilayah tersebut?
Kita lihat potensinya. Untuk Kalimantan kita sudah ada di Pontianak. Semua bisajadi peluang. Jadi begini, internet itu tidak melihat apakah itu kota baru atau kota lama. Adapun yang mendoronginternet itu sebenarnya populasi. Kalau kota baru penduduknya cuma 1.000 orang ya kecil. Kalau sudah 10 juta orangya besar potensinya. Pokoknya kalau penggunaan listrik banyak tentu potensi juga akan besar.

Yang pasti sekolah juga banyak. Kalau kita mikirnya selalu komersial, menurut saya pemain infrastruktur nggak bisa jalan. Maksud saya harus ada pemerataan. Di bisnis ini jugaber laku pemerataan. Gemuk ya pasti di mana harga tanah paling mahal. Populasi kan seperti itu.

Soal isu perang tarif itu masih relevan?
Kalau saya melihat kalau perang ya perang saja ya. Tapi sampai kapan? Kita justru tahun depan naik harga hampir 10%. Market saat ini tidak melihat yang paling murah, yang penting adalah kualitas. Kalau pengguna pertama tentu mau mendapat yang paling murah. Jadi barang itu belum tentu harus paling murah, yang penting sesuai dengan apa yang dijanjikan. Jika perang tarif ya saling bunuh juga akhirnya. Saya bilang, konsumen itu tidak punya loyalitas diinternet.

Dulu ojek online pakai provider yang paling murah. Sekarang smartphone harus hidup terus dengan sinyal paling kuat biarbisa dapat order. Kita nggak mau masuk ke wilayah itu. Kalau produk atau jasa.

Bisa cerita sedikit agak ke belakang, bagaimana awalnya Biznet bisa tumbuh sebesar sekarang?
Saya rasa kami punya tim di market yang luar biasa ya, saya bilang the best malah. Saya kira lebih pada people management. Saya awalnya tahun 2000 itu sebetulnya membuat personal yang belum banyak. Biznet itu memang awalnya buat bisnis ya. Salah satu dominan sebetulnyaialah e-mail itu menggantikan faks. Faks zaman dulu kirim dokumen belum bisa edit.

Jadi kita melihat itu, pertama e-mail menggantikan faks. Website menggantikan katalog. Jadi semacam katalog, brosur digital saja kan ya seperti company profile dan sebagainya. Itulah dasarnya mengapa internet bisa begitu maju. Tahun 2000 belum ada namanya influencer, youtuber. Jadi semangatnya dua itu. E-mail dan website. Dokumen dan katalog. (Ichsan Amin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3308 seconds (0.1#10.140)