Rupiah Terlalu Perkasa, Gubernur BI Tak Segan Ubah Haluan
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, tidak segan untuk mengerahkan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar. Hal ini akan dilakukan apabila kurs rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang tercatat berada dalam kisaran Rp13.606,5 per dolar AS.
"Kami yakinkan kalau rupiah menguat terlalu jauh dan engga berdampak terhadap ekonomi, kami enggak segan-segan mengarahkan nilai tukar sesuai dengan fundamental, mekanisme pasar, dan stabil," ujar Perry di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Lebih lanjut Ia menekankan, hingga saat ini penguatan rupiah masih berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Posisi nilai tukar rupiah sendiri di target pemerintah dalam APBN 2020 berada di kisaran Rp14.400/USD.
Perry mengungkapkan, penguatan rupiah sejauh ini mendorong impor karena kebutuhan dalam negeri sebagian besar kandungan impor cukup tinggi serta berdampak ke investasi dalam negeri. "Produksi dalam negeri juga seperti alat kesehatan ada kandungan impor tinggi, penguatan rupiah dorong produksi dalam negeri ekspor dan penggunaan dalam negeri dan dorong investasi," jelasnya
Sambung dia menambahkan, penguatan rupiah akan berdampak ke penerimaan eksportir namun volume bagus dan harga komoditas juga bagus. "Memang penerimaan rupiah akan rendah kalo ekspor komoditas tapi jika ekspor manufaktur justru akan meningkat sebab biaya produksi lebih rendah dan kompetitif. Oleh karena itu ekspor elektronik garment, komoditas mesin meningkat," papar Perry.
"Kami yakinkan kalau rupiah menguat terlalu jauh dan engga berdampak terhadap ekonomi, kami enggak segan-segan mengarahkan nilai tukar sesuai dengan fundamental, mekanisme pasar, dan stabil," ujar Perry di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Lebih lanjut Ia menekankan, hingga saat ini penguatan rupiah masih berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Posisi nilai tukar rupiah sendiri di target pemerintah dalam APBN 2020 berada di kisaran Rp14.400/USD.
Perry mengungkapkan, penguatan rupiah sejauh ini mendorong impor karena kebutuhan dalam negeri sebagian besar kandungan impor cukup tinggi serta berdampak ke investasi dalam negeri. "Produksi dalam negeri juga seperti alat kesehatan ada kandungan impor tinggi, penguatan rupiah dorong produksi dalam negeri ekspor dan penggunaan dalam negeri dan dorong investasi," jelasnya
Sambung dia menambahkan, penguatan rupiah akan berdampak ke penerimaan eksportir namun volume bagus dan harga komoditas juga bagus. "Memang penerimaan rupiah akan rendah kalo ekspor komoditas tapi jika ekspor manufaktur justru akan meningkat sebab biaya produksi lebih rendah dan kompetitif. Oleh karena itu ekspor elektronik garment, komoditas mesin meningkat," papar Perry.
(akr)