China Pompa Miliaran Dolar di Tengah Ketakutan Virus Corona Hantam Ekonomi
A
A
A
BEIJING - China memompa dana bersih mencapai 150 miliar Yuan atau setara dengan USD22 miliar ke perekonomian untuk membantu memberikan perlindungan di tengah ketakutan dampak penyebaran cepat virus Corona bakal menghantam pertumbuhan ekonomi. Bank Sentral China menerangkan, langkah ini untuk memastikan ada cukup likuiditas dalam sistem perbankan dan membantu menyediakan pasar mata uang yang stabil.
Dilansir BBC, virus Corona sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 14.000 orang di daratan China. Dana tersebut disebarkan ketika pasar saham China dibuka kembali hari ini. Kucuran dana besar ini menandai kembalinya bursa saham setelah libur tahun baru Imlek diperpanjang akibat wabah virus corona Wuhan, dengan harapan bisa mengurangi penyebaran virus.
Regulator sektor keuangan Negeri Tirai Bambu -julukan China- menyakini dampak terhadap melambatnya ekonomi hanya 'jangka pendek'. Tapi analis mengatakan dampak dari virus yang sudah menyebar hingga lintas negara dan benua berpotens bisa merugikan bagi pertumbuhan, apabila wabah virus Corona terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Sektor perjalanan dan pariwisata China telah mengalami hantaman sangat berat, sementara bioskop dipaksa untuk tutup untuk mencoba meminimalisir penyebaran virus. Di sisi lain banyak pabrik yang menghentikan sementara produksi, dan telah memerintah karyawan untuk bekerja dari rumah. Bahkan seperti Foxconn, Toyota, Starbucks, Mcdonald's dan Volkswagen serta perusahaan raksasa lain memilih menghentikan operasi serta pabrik di China.
Perlambatan Ekonomi
Ekonomi China sendiri sebelum penyebaran wabah virus Corona telah mengalami tekanan, dimana tahun lalu pertumbuhannya mencapai 6,1% atau yang paling lambat dalam tiga dekade. Sebagian besar akibat dampak dari perang perdagangan berkepanjangan dengan Amerika Serikat. Namun kesepakatan fase pertama berhasil mengurangi ketegangan awal bulan ini, meski sebagian besar tarif tinggi masih berjalan.
Ekonom George Magnus dari Oxford University's China Centre mengutarakan, injeksi bank sentral merupakan cerminan bahwa para pembuat kebijakan tengah khawatir tentang kondisi ekonomi. "Reaksi virus corona pada perekonomian menandai kemunduran dalam perekonomian selama setahun terakhir, termasuk beberapa kegagalan bank memicu ketakutan, memaksa bank sentral untuk menjadi lebih murah hati dengan ketentuan dari likuiditas ke pasar," ungkap George.
Dilansir BBC, virus Corona sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 14.000 orang di daratan China. Dana tersebut disebarkan ketika pasar saham China dibuka kembali hari ini. Kucuran dana besar ini menandai kembalinya bursa saham setelah libur tahun baru Imlek diperpanjang akibat wabah virus corona Wuhan, dengan harapan bisa mengurangi penyebaran virus.
Regulator sektor keuangan Negeri Tirai Bambu -julukan China- menyakini dampak terhadap melambatnya ekonomi hanya 'jangka pendek'. Tapi analis mengatakan dampak dari virus yang sudah menyebar hingga lintas negara dan benua berpotens bisa merugikan bagi pertumbuhan, apabila wabah virus Corona terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Sektor perjalanan dan pariwisata China telah mengalami hantaman sangat berat, sementara bioskop dipaksa untuk tutup untuk mencoba meminimalisir penyebaran virus. Di sisi lain banyak pabrik yang menghentikan sementara produksi, dan telah memerintah karyawan untuk bekerja dari rumah. Bahkan seperti Foxconn, Toyota, Starbucks, Mcdonald's dan Volkswagen serta perusahaan raksasa lain memilih menghentikan operasi serta pabrik di China.
Perlambatan Ekonomi
Ekonomi China sendiri sebelum penyebaran wabah virus Corona telah mengalami tekanan, dimana tahun lalu pertumbuhannya mencapai 6,1% atau yang paling lambat dalam tiga dekade. Sebagian besar akibat dampak dari perang perdagangan berkepanjangan dengan Amerika Serikat. Namun kesepakatan fase pertama berhasil mengurangi ketegangan awal bulan ini, meski sebagian besar tarif tinggi masih berjalan.
Ekonom George Magnus dari Oxford University's China Centre mengutarakan, injeksi bank sentral merupakan cerminan bahwa para pembuat kebijakan tengah khawatir tentang kondisi ekonomi. "Reaksi virus corona pada perekonomian menandai kemunduran dalam perekonomian selama setahun terakhir, termasuk beberapa kegagalan bank memicu ketakutan, memaksa bank sentral untuk menjadi lebih murah hati dengan ketentuan dari likuiditas ke pasar," ungkap George.
(akr)