Pertanian RI Pakai Big Data, Luhut: Jangan Berkelahi Lagi Soal Impor Pangan

Selasa, 04 Februari 2020 - 21:26 WIB
Pertanian RI Pakai Big Data, Luhut: Jangan Berkelahi Lagi Soal Impor Pangan
Pertanian RI Pakai Big Data, Luhut: Jangan Berkelahi Lagi Soal Impor Pangan
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian membangun koneksi jaringan dan informasi data terintegrasi pertanian seluruh Indonesia melalui Agriculture War Room (AWR). Melalui sistem digital terintegrasi tersebut seluruh kegiatan pertanian dapat dipantau dan dikendalikan langsung dari Kementan.

Sistem terintegrasi tersebut terkoneksi dengan Agriculture Operational Room (AOR) yang tersebar di semua wilayah Indonesia, dari tingkat provinsi hingga kecamatan. Adapun data yang dihasilkan oleh sistem terintegrasi tersebut meliputi luas lahan baku sawah, pasokan pupuk hingga panen raya.

“Big data ini sangat penting dalam konteks kekinian. Dengan integrasi data ini dapat dilihat langsung padi tumbuh hingga tingkat kesuburannya langsung dari Kementeran Pertanian. Saya minta fungsinya harus ditata lebih baik lagi supaya manajemennya dapat diatur dengan benar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat meresmikan AWR, di Gedung Kementan, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Luhut berharap kehadiran sistem pertanian terintegrasi tersebut tidak terjadi lagi perbedaan terkait data impor beras dan kebijakan lainnya yang terkait dengan sektor pertanian. Pihaknya meminta seluruh kementerian/lembaga terkait dapat mematuhi data tersebut dan melakukan harmonisasi kebijakan.

“Saya berharap tidak berkelahi lagi soal impor atau kebijakan pangan lainnya. Kehadiran big data ini harapannya dapat di-manage dengan benar dan yang terpenting saling bantu membangun team work,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, melalui interkoneksi data akan lebih mudah memantau kegiatan pembangunan pertanian di daerah. Melalui AWR tersebut kegiatan penanaman hingga panen dapat dipantau langsung dari Kementerian Pertanian.

Sistem tersebut, kata Syahrul, akan dijadikan sebagai pusat komunikasi dan pengawasan antara pusat dan daerah mulai dari penyediaan bibit dan pupuk bersubsidi, masa vegetasi tanaman, hingga operasional alat dan mesin pertanian yang diberikan Kementerian Pertanian.

“Dari sini kita bisa lihat situasi di setiap daerah. Dengan alat ini kami ingin pertanian ke depan lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern untuk hasil yang memuaskan,” kata dia.

Dia melanjutkan, dengan teknologi ini nantinya akan menjadi alat ukur dalam melakukan pengawasan sekaligus mapping area lahan nasional. Oleh sebab itu, pihaknya memastikan ke depan tidak ada lagi perbedaan data statistik.

Pihaknya juga berharap melalui teknologi tersebut dapat memenuhi ketersediaan pangan di dalam negeri dan meningkatkan ekspor. “Ekspor beras Insha Allah kita siapkan panen raya Maret-April diatas 5-7 juta ton termasuk ke China,” kata dia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4751 seconds (0.1#10.140)