Produksi Freeport Turun, Ekonomi Papua Minus di 2019
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02% di sepanjang 2019. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi tak terjadi di seluruh pulau. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua selama 2019 terkontraksi -7,4%. Padahal hampir seluruh wilayah di Indonesia perekonomiannya tumbuh positif.
Rinciannya pertumbuhan di Maluku 5% dan Maluku Utara 6,3% sedangkan Papua negatif 15,72%. "Yang membuat (pertumbuhan Pulau Maluku dan Papua) menarik ke bawah karena pertumbuhan ekonomi di Papua kontraksi negatif 15,72%," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang negatif sudah terjadi di Papua sejak kuartal IV-2018. Pada periode itu pertumbuhan ekonomi Papua tercatat negatif 17,95%, padahal kuartal sebelumnya mampu tumbuh 6,20%.
"Kemudian ekonomi Papua pada kuartal I-2019 tercatat tumbuh negatif 18,66%, kuartal II-2019 negatif 23,91%, kuartal III-2019 negatif 15,05%, dan kuartal IV-2019 negatif 3,73%," jelasnya.
Suhariyanto menjelaskan, penurunan ini imbas dari penurunan produksi tambang PT Freeport Indonesia yang memang berlokasi di Papua. Perusahaan raksasa tambang asal Amerika Serikat (AS) itu melakukan pealihan sistem tambang ke underground atau penambangan bawah tanah. "Penyebab utamanya adalah Freeport, penurunan produksi karena ada pengalihan sistem tambang," katanya.
Rinciannya pertumbuhan di Maluku 5% dan Maluku Utara 6,3% sedangkan Papua negatif 15,72%. "Yang membuat (pertumbuhan Pulau Maluku dan Papua) menarik ke bawah karena pertumbuhan ekonomi di Papua kontraksi negatif 15,72%," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang negatif sudah terjadi di Papua sejak kuartal IV-2018. Pada periode itu pertumbuhan ekonomi Papua tercatat negatif 17,95%, padahal kuartal sebelumnya mampu tumbuh 6,20%.
"Kemudian ekonomi Papua pada kuartal I-2019 tercatat tumbuh negatif 18,66%, kuartal II-2019 negatif 23,91%, kuartal III-2019 negatif 15,05%, dan kuartal IV-2019 negatif 3,73%," jelasnya.
Suhariyanto menjelaskan, penurunan ini imbas dari penurunan produksi tambang PT Freeport Indonesia yang memang berlokasi di Papua. Perusahaan raksasa tambang asal Amerika Serikat (AS) itu melakukan pealihan sistem tambang ke underground atau penambangan bawah tanah. "Penyebab utamanya adalah Freeport, penurunan produksi karena ada pengalihan sistem tambang," katanya.
(akr)