Taspen Jamin Dana Nasabah Aman dengan Strategi Konvensional
A
A
A
JAKARTA - PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) menjamin keamanan dana para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pejabat negara dengan investasi yang berorientasi konvensional atau tidak mengejar untung besar. Perseroan menggunakan prinsip berinvestasi dengan PAHALA yaitu Pastikan Aman, Hasil, Likuid, dan Antisipatif.
Direktur Utama Taspen, Antonius N. S. Kosasih mengatakan, dalam mengelola dana peserta, pihaknya melakukan investasi secara hati-hati dan aman. Selain itu, memperhatikan tingkat risiko yang diterima, kondisi pasar, yield/return yang optimal dan juga harus likuid.
"Kebijakan investasi kami berorientasi konservatif sehingga aman. Pertama itu harus aman kemudian juga likuid. Kami kelola saham seolah-olah itu bisa dijual besok, jadi selalu waspada," ujar Antonius saat berkunjung ke Gedung SINDO di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Saat ini tercatat total aset portofolio investasi sebesar Rp263, 25 triliun. Aset tersebut tersebar dengan mayoritas 86,2% atau sebesar Rp215 triliun ditempatkan di instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income) seperti surat utang dan deposito. Porsi surat utang mencapai 67,5% dengan mayoritas berada di surat utang negara atau SUN.
Selain itu investasi juga disebar 2,2% pada investasi langsung, 4,9% di saham, dan 6,7% reksa dana."Untuk menjaga likuiditas dan keamanan, hampir 80% deposito ditempatkan di Bank BUMN. Sisanya 18% di BPD dan 2% pada Bank Umum," ujarnya.
Dalam penempatan Saham, pihaknya khusus memilih emiten yang terdaftar pada indeks LQ-45 dan didominasi oleh saham BUMN dan Anak BUMN (saham-saham blue chips). Dalam pemilihan saham juga diperhatikan aspek makro ekonomi, fundamental, prospek bisnis, likuiditas, valuasi perusahaan serta faktor teknikal. Perseroan juga menjaga fokus pengelolaan saham dengan tidak terlalu banyak mengoleksi saham atau kurang dari 50 saham emiten.
"Kebijakan pemilihan saham kami bottom up atau pemilihan saham dari analis. Direksi tidak bisa sembarangan mengintervensi saham apa yang dibeli. Analis yang memprediksi risikonya besar atau tidak," ujarnya.
Hasilnya di tengah kondisi pasar yang sangat volatile, selama periode 2017-2019 Taspen berhasil mencatatkan pendapatan dari saham sebesar Rp2,7 triliun baik dari capital gain maupun dividen.
Untuk instrumen reksadana, perseroan juga berinvestasi melalui 15 Manajer Investasi (MI). Seluruh MI memiliki dana kelolaan (AUM) di atas Rp4 Triliun dan sebesar 90% menempati peringkat 15 MI. Selain itu, hampir 50% penempatan dana melalui MI BUMN.
Direktur Utama Taspen, Antonius N. S. Kosasih mengatakan, dalam mengelola dana peserta, pihaknya melakukan investasi secara hati-hati dan aman. Selain itu, memperhatikan tingkat risiko yang diterima, kondisi pasar, yield/return yang optimal dan juga harus likuid.
"Kebijakan investasi kami berorientasi konservatif sehingga aman. Pertama itu harus aman kemudian juga likuid. Kami kelola saham seolah-olah itu bisa dijual besok, jadi selalu waspada," ujar Antonius saat berkunjung ke Gedung SINDO di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Saat ini tercatat total aset portofolio investasi sebesar Rp263, 25 triliun. Aset tersebut tersebar dengan mayoritas 86,2% atau sebesar Rp215 triliun ditempatkan di instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income) seperti surat utang dan deposito. Porsi surat utang mencapai 67,5% dengan mayoritas berada di surat utang negara atau SUN.
Selain itu investasi juga disebar 2,2% pada investasi langsung, 4,9% di saham, dan 6,7% reksa dana."Untuk menjaga likuiditas dan keamanan, hampir 80% deposito ditempatkan di Bank BUMN. Sisanya 18% di BPD dan 2% pada Bank Umum," ujarnya.
Dalam penempatan Saham, pihaknya khusus memilih emiten yang terdaftar pada indeks LQ-45 dan didominasi oleh saham BUMN dan Anak BUMN (saham-saham blue chips). Dalam pemilihan saham juga diperhatikan aspek makro ekonomi, fundamental, prospek bisnis, likuiditas, valuasi perusahaan serta faktor teknikal. Perseroan juga menjaga fokus pengelolaan saham dengan tidak terlalu banyak mengoleksi saham atau kurang dari 50 saham emiten.
"Kebijakan pemilihan saham kami bottom up atau pemilihan saham dari analis. Direksi tidak bisa sembarangan mengintervensi saham apa yang dibeli. Analis yang memprediksi risikonya besar atau tidak," ujarnya.
Hasilnya di tengah kondisi pasar yang sangat volatile, selama periode 2017-2019 Taspen berhasil mencatatkan pendapatan dari saham sebesar Rp2,7 triliun baik dari capital gain maupun dividen.
Untuk instrumen reksadana, perseroan juga berinvestasi melalui 15 Manajer Investasi (MI). Seluruh MI memiliki dana kelolaan (AUM) di atas Rp4 Triliun dan sebesar 90% menempati peringkat 15 MI. Selain itu, hampir 50% penempatan dana melalui MI BUMN.
(ind)