BPBL Batam Jadi Broodstock Center Kembangkan Kakap Putih
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjuk Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam sebagai broodstock center kakap putih untuk mendukung pengembangan budidaya laut di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Broodstock center tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan sistem logistik benih kakap putih sehingga induk dan benih unggul yang dihasilkan mampu menjangkau sentra-sentra produksi budidaya.
"Dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sumber devisa, kakap putih akan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan untuk komoditas budidaya laut. Kita akan genjot produksi dengan mencetak sentra-sentra kawasan budidaya," ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Subjakto dalam keterangannya, Jumat (21/2/2020).
Menurut Slamet, salah satu strateginya adalah dengan mendorong sistem logistik benih yang efektif dan efisien. Disamping itu, sistem logistik benih kakap putih ini diharapkan dapat memicu munculnya segmentasi bisnis yang akan memperluas lapangan kerja dan nilai tambah bagi masyarakat pesisir.
Secara prinsip, Slamet mengatakan bahwa pengembangan sistem logistik diarahkan agar penyediaan benih dapat dilakukan secara terintegrasi sehingga di samping dapat menekan biaya logistik, benih-benih unggul dapat menjangkau sentra-sentra produksi secara berkelanjutan dengan jaminan kuantitas, kualitas dan ketelusuran yang baik.
"Sistem logistik benih ikan laut akan kita terintegrasikan mulai dari broodstock center sebagai pusat pemuliaan induk unggul dan penyedia benih bermutu, Balai Benih Ikan Sentral (UPTD) sebagai larvae center, masyarakat sebagai pendederan serta pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA). Untuk menginisiasi sistem logisitik benih dengan pola segmentasi ini KKP telah menunjuk BPBL Batam sebagai penanggungjawabnya," ungkap Slamet.
Sebelumnya KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya telah menandatangani kesepakatan bersama dengan Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk menetapkan dan mengembangkan sentra kawasan budidaya kakap putih. Dari Kawasan ini, KKP menargetkan produksi minimal 60 ton per tahun. KKP juga berencana menjalin kesepakatan yang sama untuk pengembangan sentra kawasan budidaya kakap putih di Provinsi Kepulauan Riau.
Terpisah, Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam Toha Tusihadi mengatakan, sebagai UPT yang ditunjuk sebagai broodstock center kakap putih, pihaknya tengah mengembangkan induk-induk unggul. Untuk mendukung program ini, BPBL Batam memiliki sumber daya genetik lokal yang diperoleh dari perairan Sumatera dan Bali serta sumber induk dari Australia.
"Kami sedang melakukan breeding program, sehingga mampu memanfaatkan sumber daya genetik tersebut untuk menghasilkan calon-calon induk unggul. Artinya kami siap untuk memenuhi suplai calon induk unggul dan benih bermutu untuk wilayah kerja kami," ungkap Toha.
Pada tahun 2020 BPBL Batam telah mengalokasikan benih ukuran 0,8 cm sebanyak 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan benih dalam pengembangan sentra kawasan budidaya laut di kawasan tersebut. "Sentra kawasan yang kami bangun di Meranti juga akan berdampak terhadap penyediaan benih di wilayah sekitarnya, yaitu Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai," ungkap Toha.
Dari 1 juta benih yang dialokasikan, ia berharap BPBL Batam mampu mendistribusikan benih di Kabupaten Meranti sebanyak 72.000 ekor ukuran 8 cm dengan target produksi 46 ton dan 100.000 ekor ukuran 2-3 cm, dengan target produksi 36 ton serta Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai sebanyak 205.000 ekor dengan target produksi 90 ton.
"Dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sumber devisa, kakap putih akan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan untuk komoditas budidaya laut. Kita akan genjot produksi dengan mencetak sentra-sentra kawasan budidaya," ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Subjakto dalam keterangannya, Jumat (21/2/2020).
Menurut Slamet, salah satu strateginya adalah dengan mendorong sistem logistik benih yang efektif dan efisien. Disamping itu, sistem logistik benih kakap putih ini diharapkan dapat memicu munculnya segmentasi bisnis yang akan memperluas lapangan kerja dan nilai tambah bagi masyarakat pesisir.
Secara prinsip, Slamet mengatakan bahwa pengembangan sistem logistik diarahkan agar penyediaan benih dapat dilakukan secara terintegrasi sehingga di samping dapat menekan biaya logistik, benih-benih unggul dapat menjangkau sentra-sentra produksi secara berkelanjutan dengan jaminan kuantitas, kualitas dan ketelusuran yang baik.
"Sistem logistik benih ikan laut akan kita terintegrasikan mulai dari broodstock center sebagai pusat pemuliaan induk unggul dan penyedia benih bermutu, Balai Benih Ikan Sentral (UPTD) sebagai larvae center, masyarakat sebagai pendederan serta pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA). Untuk menginisiasi sistem logisitik benih dengan pola segmentasi ini KKP telah menunjuk BPBL Batam sebagai penanggungjawabnya," ungkap Slamet.
Sebelumnya KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya telah menandatangani kesepakatan bersama dengan Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk menetapkan dan mengembangkan sentra kawasan budidaya kakap putih. Dari Kawasan ini, KKP menargetkan produksi minimal 60 ton per tahun. KKP juga berencana menjalin kesepakatan yang sama untuk pengembangan sentra kawasan budidaya kakap putih di Provinsi Kepulauan Riau.
Terpisah, Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam Toha Tusihadi mengatakan, sebagai UPT yang ditunjuk sebagai broodstock center kakap putih, pihaknya tengah mengembangkan induk-induk unggul. Untuk mendukung program ini, BPBL Batam memiliki sumber daya genetik lokal yang diperoleh dari perairan Sumatera dan Bali serta sumber induk dari Australia.
"Kami sedang melakukan breeding program, sehingga mampu memanfaatkan sumber daya genetik tersebut untuk menghasilkan calon-calon induk unggul. Artinya kami siap untuk memenuhi suplai calon induk unggul dan benih bermutu untuk wilayah kerja kami," ungkap Toha.
Pada tahun 2020 BPBL Batam telah mengalokasikan benih ukuran 0,8 cm sebanyak 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan benih dalam pengembangan sentra kawasan budidaya laut di kawasan tersebut. "Sentra kawasan yang kami bangun di Meranti juga akan berdampak terhadap penyediaan benih di wilayah sekitarnya, yaitu Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai," ungkap Toha.
Dari 1 juta benih yang dialokasikan, ia berharap BPBL Batam mampu mendistribusikan benih di Kabupaten Meranti sebanyak 72.000 ekor ukuran 8 cm dengan target produksi 46 ton dan 100.000 ekor ukuran 2-3 cm, dengan target produksi 36 ton serta Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai sebanyak 205.000 ekor dengan target produksi 90 ton.
(fjo)