Jangan Ketinggalan, Kaum Muda Juga Mulai Harus Berinvestasi
A
A
A
JAKARTA - Generasi milenial sudah mulai memikirkan berbagai hal untuk simpanan masa depan. Selain tabungan konvensional di bank, mereka juga mulai mencari-cari instrumen-instrumen lain yang bisa menjamin masa depan mereka.
Berinvestasi adalah salah pilihan hidup paling tepat bagikaum muda ketimbang terus menerus konsumtif. Merekabisa membangun masa depan lebih baik dengan investasi yang telah ditanamkannya.
Sebetulnya banyak model danproduk investasi yang dapatdipilih anak-anak muda.Semua bergantung padakebutuhan dan kepercayaanmereka. Bagi yang masihpercaya dengan emas sebagaiinstrumen investasi terbaik, kini bisadiperoleh dengan lebih mudah. Misalnya tabungan emas di Pegadaian, itu dapat membuat seseorang memiliki emas batangan dengan cara dicicil.
Begitu juga produk investasi di pasar modal, pun kini semakin memiliki daya tarik luar biasa bagi generasi milenial dalam lima tahun terakhir. Praktisi pasar modal Nicky Hogan menjelaskan bahwa investasi pasar modal sendiri ada banyak pilihan. Untuk pemula misalnya, mereka bisa mencoba produk yang ditawarkan pemerintah untuk individu, yaitu Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) dan Suku Ritel (Sukuk).
Kedua produk tersebut merupakan surat utang negara (SUN). Misalnya jika Anda beli Sukuk yang memiliki tenor tiga tahun, setiap bulan investor akan mendapat imbal hasil. Setelah jatuh tempo, uang investor tersebut dapat dikembalikan seluruhnya. “Sukuk atau ORI ini lebih aman karena pemerintah yang menerbitkan. Imbal hasilnya sudah pasti, begitu juga dana kita akan dikembalikan saat jatuh tempo,” ujar Nicky.
Selain itu, di luar pemerintah ada Manajer Investasi (MI) yang mengeluarkan reksa dana. Reksa dana juga merupakan produk investasi yang aman karena investor membeli reksa dana yang kemudian akan dikelola para MI. Namun,Nicky mengingatkan calon investor hanya perlu berhati-hati untuk memilih MI.
“Investor harus pilih yang memilik track record bagus, dan sudah ada sejak lama agar tidak menemukan masalah di masa depan, yaitu investasi mereka tidak dijalankan dengan benar atau ada ketidakberesan dalam pengelolaan dananya,” jelas mantan direktur pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini.
Pilihan lainnya, generasi milenial juga dapat berinvestasi saham atau memiliki rekening untuk dapat membeli saham langsung. Di Indonesia sudah lebih dari 600 perusahaan terbuka yang memungkinkan untuk dibeli sahamnya.
Nicky menegaskan, para investor baru ini persepsinya harus benar. Investasi bukan untuk trading atau langsung ditransaksikan dalam jangka pendek. “Trading jangka pendek itu butuh banyak keahlian, risiko tinggi, serta tenaga dan mental harus yang kuat, sebab tidak mudah untuk menjadi seorang trader,” ucapnya.
Untuk itu, bagi investor pemula lebih baik membeli investasi jangka panjang. Mereka harus memiliki persepsi sebagai pemegang saham perusahaan sehingga menunggu minimal satu tahun untuk bisa mendapatkan dividen.
Anak-anak muda juga harus punya rencana jangka panjang untuk alokasi investasinya, misalnya untuk menikah, pendidikan anak, hingga dana pensiun. Jika semua itu dilakukan sedini mungkin, hasilnya bisa lebih menjanjikan.
“Memulai dari usia muda itu sesuatu yang luar biasa karena konteks jangka panjang atau investasi itu memberikan return lebih tinggi dari pada instrumen investasi lain,” ungkapnya.
Para pemula memang lebih aman untuk menjadi seorang investor, bukan spekulan. Berinvestasi saham misalnya, dimulai dari memilih perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Pilih saham dari perusahaan yang dikenal investor, termasuk yang produknya ada di pasar. Mulai perbankan, telekomunikasi, automotif, farmasi, konsumer, hingga produk-produk lainnya yang terkait dalam kehidupan sehari-hari.
Nicky juga mengajak anak-anak muda untuk berinvestasi saham dengan persepsi menabung. Seperti buku yang pernah ditulisnya “Yuk, Nabung Saham”, Nicky ingin generasi muda kembali membudidayakan menabung yang dahulu sering diajarkan orang tua, namun kini dalam bentuk saham.
“Ya sama saja, uang yang ditabung dapat dibelikan saham. Saham itu yang kita perbanyak setiap bulan jika memiliki dana lebih untuk jangka panjang,” jelasnya.
Nicky juga kini membina Komunitas Investor Saham Pemula yang cabangnya sudah berkembang di lebih dari 60 kota di Indonesia. Latar belakang pekerjaan anggotanya pun beragam, mulai mahasiswa, baru lulus kuliah, baru mulai bekerja, hingga pekerja yang usianya sudah tua.
Yang jelas, Nicky menegaskan bahwa investasi pasar modal kini telah banyak berubah. Jika dahulu pemahaman mengenai pasar modal identik dengan mahal dan harus memiliki modal besar, sekarang cukup dengan Rp50.000-100.000 sudah bisa membuka rekening saham.
Persepsi saham itu spekulasi dan termasuk judi pun sudah diluruskan. Menurutnya, saham itu bukan judi. Saham adalah bukti kepemilikan, dan banyak masyarakat yang lupa, bahkan tidak mengetahui hal ini. Saham juga dulu hanya untuk kalangan profesional, namun sekarang tidak lagi. Anak kuliahan pun bisa berinvestasi saham dengan uang jajan mereka.
Produk di pasar modal yang cocok juga untuk anak muda masa kini adalah reksadana. Michele Gabriela, investment analyst Sucorinvest Asset Management menjelaskan, reksa dana termasuk investasi yang lebih mudah dan tidak perlu repot. Investasi ini cocok bagi mereka yang baru belajar pasar modal karena sudah ada yang mengelola. Investor hanya perlu membandingkan sistemnya, berapa nilai indeks harga saham gabungan (IHSG), dan reksadana sahamnya.
“Jika penyimpangannya terlalu jauh,misalnya IHSG + 0,5% lalu reksa dananya -4%, berarti itu ada sesuatu yang salah. Karena itu, inisiasi terhadap IHSG-nya terlalu jauh,” jelasnya.
Reksa dana dapat mulai dari Rp100.000 tanpa harus menambahnya secara rutin setiap bulan walaupun idealnya seperti itu. Selain itu, reksa dana dapat dicairkan kapanpun. Itu semua dapat disesuaikan dengan profil risikonya. “Kalau profil risiko tinggi, berarti high return bisa mencapai 15-20%. Kalau money market bisa 5-7%,”ungkapnya.
Michele menambahkan, kini sedang tren reksa dana karena kalau seorang belajar forex atau belajar saham, itu lebih sulit. Pada investasi reksa dana, investorhanya perlu mencari profil risiko mereka, kemudian bisa langsung investasi.
“Tentu hal ini lebih mudah dibanding kita mencari tahu technical , laporan keuangan yang jauh lebih rumit pada saat seseorang berinvestasi di saham,” tuturnya.
BEI pun gencar melakukan sosialisasi investasi di pasar modal ini kepada generasi muda. Hasan Fawzi, direktur pengembangan BEI, mengakui bahwa tren investasi ini disambut baik oleh BEI denganbanyak menyelenggarakan acara dan program yang dikemas khusus untuk target investor usia muda.
BEI memiliki jaringan literasi di kampus, yakni dengan membangun galeri investasi BEI. Sampai saat ini, sudah ada 486 galeri yang tersebar di kampus seluruh Indonesia. Kampus yang dipilih menjadi mitra dengan BEI memiliki visi sama untuk mendorong anak muda berinvestasi, khususnya dipasar modal.
“Bentuknya seperti laboratorium ekonomi dan sangat lengkap, karena kami juga bermitra dengan anggota bursa sehingga dibantu memfasilitasi edukasinya,” jelas Hasan.
Di Galeri Investasi, ada suplai data transaksi sehingga mahasiswa bisa melakukan riset di sana. Kemudahan akses terhadap seluruh laporan keuangan korporat emiten. Di sana juga tersedia aplikasi sehingga mahasiswa bisa melakukan simulasi hingga transaksi langsung karena mitra bursa langsung berada di sana.
Galeri ini ditempatkan mayoritas masih di fakultas ekonomi, beberapa kampus sudah menempatkan di luar dari fakulta sekonomi atau di direktorat mereka. Namun, sebenarnya Galeri Investasi BEI ini dapat dikunjungi oleh semua sivitas akademika di kampus tersebut, bahkan menjangkau ke masyarakat di sekitarnya.
“Kami akan mewajibkan setiap tahunnya diadakan acara seperti seminar dan kompetisi, di galeri tersebut. Tujuannya agar lebih banyak mahasiswa yang mencari tahu. Bagi mereka yang sudah mulai berinvestasi untuk terus bersemangat dan bisa menularkan berinvestasi ke teman-temannya,” jelasnya.
BEI juga mendorong anggota bursa memiliki fasilitas untuk transaksi mobile online . Anggota bursa diminta untuk mengembangkan pelayanan mereka guna menyasar setiap investor muda. Menyediakan aplikasi mobile untuk transaksi di bursa efek, selain fleksibel, juga efisien, sehingga kalangan muda yang menyukai kepraktisan menjadi lebih senang.
BEI juga selalu meyakinkan generasi mudah untuk memilih investasi di pasar modal. “Mereka generasi yang memiliki risiko untuk pertumbuhan aset yang juga paling berisiko. Karena sumber daya kita semakin terbatas, menurut survei, paramilenial ini pada usia lanjut tidak akan memiliki aset rumah, karena pertumbuhan inflasi harga aset utama berupa rumah sangat cepat terjadi terutama diperkotaan,” jelas Hasan.
Dia meminta jangan sampai menjadi kebiasaan menunda-nunda hingga terlambat. Kesadaran untuk berinvestasi yang telat itu, menurut Hasan, mendorong risiko anak muda tidak bisa memiliki aset dikemudian hari. Dilihat secara nasional pun akan sangat bermanfaat jika mendorong kaum milenial berinvestasi kesadaran dari awal. “Diharapkan, mereka menjadi kelompok yang ketika usia sudah lanjut memiliki kecukupan aset untuk membiayai hidupnya sendiri. Tidak menjadi beban bagi negara,” tutupnya. (Ananda Nararya)
Berinvestasi adalah salah pilihan hidup paling tepat bagikaum muda ketimbang terus menerus konsumtif. Merekabisa membangun masa depan lebih baik dengan investasi yang telah ditanamkannya.
Sebetulnya banyak model danproduk investasi yang dapatdipilih anak-anak muda.Semua bergantung padakebutuhan dan kepercayaanmereka. Bagi yang masihpercaya dengan emas sebagaiinstrumen investasi terbaik, kini bisadiperoleh dengan lebih mudah. Misalnya tabungan emas di Pegadaian, itu dapat membuat seseorang memiliki emas batangan dengan cara dicicil.
Begitu juga produk investasi di pasar modal, pun kini semakin memiliki daya tarik luar biasa bagi generasi milenial dalam lima tahun terakhir. Praktisi pasar modal Nicky Hogan menjelaskan bahwa investasi pasar modal sendiri ada banyak pilihan. Untuk pemula misalnya, mereka bisa mencoba produk yang ditawarkan pemerintah untuk individu, yaitu Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) dan Suku Ritel (Sukuk).
Kedua produk tersebut merupakan surat utang negara (SUN). Misalnya jika Anda beli Sukuk yang memiliki tenor tiga tahun, setiap bulan investor akan mendapat imbal hasil. Setelah jatuh tempo, uang investor tersebut dapat dikembalikan seluruhnya. “Sukuk atau ORI ini lebih aman karena pemerintah yang menerbitkan. Imbal hasilnya sudah pasti, begitu juga dana kita akan dikembalikan saat jatuh tempo,” ujar Nicky.
Selain itu, di luar pemerintah ada Manajer Investasi (MI) yang mengeluarkan reksa dana. Reksa dana juga merupakan produk investasi yang aman karena investor membeli reksa dana yang kemudian akan dikelola para MI. Namun,Nicky mengingatkan calon investor hanya perlu berhati-hati untuk memilih MI.
“Investor harus pilih yang memilik track record bagus, dan sudah ada sejak lama agar tidak menemukan masalah di masa depan, yaitu investasi mereka tidak dijalankan dengan benar atau ada ketidakberesan dalam pengelolaan dananya,” jelas mantan direktur pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini.
Pilihan lainnya, generasi milenial juga dapat berinvestasi saham atau memiliki rekening untuk dapat membeli saham langsung. Di Indonesia sudah lebih dari 600 perusahaan terbuka yang memungkinkan untuk dibeli sahamnya.
Nicky menegaskan, para investor baru ini persepsinya harus benar. Investasi bukan untuk trading atau langsung ditransaksikan dalam jangka pendek. “Trading jangka pendek itu butuh banyak keahlian, risiko tinggi, serta tenaga dan mental harus yang kuat, sebab tidak mudah untuk menjadi seorang trader,” ucapnya.
Untuk itu, bagi investor pemula lebih baik membeli investasi jangka panjang. Mereka harus memiliki persepsi sebagai pemegang saham perusahaan sehingga menunggu minimal satu tahun untuk bisa mendapatkan dividen.
Anak-anak muda juga harus punya rencana jangka panjang untuk alokasi investasinya, misalnya untuk menikah, pendidikan anak, hingga dana pensiun. Jika semua itu dilakukan sedini mungkin, hasilnya bisa lebih menjanjikan.
“Memulai dari usia muda itu sesuatu yang luar biasa karena konteks jangka panjang atau investasi itu memberikan return lebih tinggi dari pada instrumen investasi lain,” ungkapnya.
Para pemula memang lebih aman untuk menjadi seorang investor, bukan spekulan. Berinvestasi saham misalnya, dimulai dari memilih perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Pilih saham dari perusahaan yang dikenal investor, termasuk yang produknya ada di pasar. Mulai perbankan, telekomunikasi, automotif, farmasi, konsumer, hingga produk-produk lainnya yang terkait dalam kehidupan sehari-hari.
Nicky juga mengajak anak-anak muda untuk berinvestasi saham dengan persepsi menabung. Seperti buku yang pernah ditulisnya “Yuk, Nabung Saham”, Nicky ingin generasi muda kembali membudidayakan menabung yang dahulu sering diajarkan orang tua, namun kini dalam bentuk saham.
“Ya sama saja, uang yang ditabung dapat dibelikan saham. Saham itu yang kita perbanyak setiap bulan jika memiliki dana lebih untuk jangka panjang,” jelasnya.
Nicky juga kini membina Komunitas Investor Saham Pemula yang cabangnya sudah berkembang di lebih dari 60 kota di Indonesia. Latar belakang pekerjaan anggotanya pun beragam, mulai mahasiswa, baru lulus kuliah, baru mulai bekerja, hingga pekerja yang usianya sudah tua.
Yang jelas, Nicky menegaskan bahwa investasi pasar modal kini telah banyak berubah. Jika dahulu pemahaman mengenai pasar modal identik dengan mahal dan harus memiliki modal besar, sekarang cukup dengan Rp50.000-100.000 sudah bisa membuka rekening saham.
Persepsi saham itu spekulasi dan termasuk judi pun sudah diluruskan. Menurutnya, saham itu bukan judi. Saham adalah bukti kepemilikan, dan banyak masyarakat yang lupa, bahkan tidak mengetahui hal ini. Saham juga dulu hanya untuk kalangan profesional, namun sekarang tidak lagi. Anak kuliahan pun bisa berinvestasi saham dengan uang jajan mereka.
Produk di pasar modal yang cocok juga untuk anak muda masa kini adalah reksadana. Michele Gabriela, investment analyst Sucorinvest Asset Management menjelaskan, reksa dana termasuk investasi yang lebih mudah dan tidak perlu repot. Investasi ini cocok bagi mereka yang baru belajar pasar modal karena sudah ada yang mengelola. Investor hanya perlu membandingkan sistemnya, berapa nilai indeks harga saham gabungan (IHSG), dan reksadana sahamnya.
“Jika penyimpangannya terlalu jauh,misalnya IHSG + 0,5% lalu reksa dananya -4%, berarti itu ada sesuatu yang salah. Karena itu, inisiasi terhadap IHSG-nya terlalu jauh,” jelasnya.
Reksa dana dapat mulai dari Rp100.000 tanpa harus menambahnya secara rutin setiap bulan walaupun idealnya seperti itu. Selain itu, reksa dana dapat dicairkan kapanpun. Itu semua dapat disesuaikan dengan profil risikonya. “Kalau profil risiko tinggi, berarti high return bisa mencapai 15-20%. Kalau money market bisa 5-7%,”ungkapnya.
Michele menambahkan, kini sedang tren reksa dana karena kalau seorang belajar forex atau belajar saham, itu lebih sulit. Pada investasi reksa dana, investorhanya perlu mencari profil risiko mereka, kemudian bisa langsung investasi.
“Tentu hal ini lebih mudah dibanding kita mencari tahu technical , laporan keuangan yang jauh lebih rumit pada saat seseorang berinvestasi di saham,” tuturnya.
BEI pun gencar melakukan sosialisasi investasi di pasar modal ini kepada generasi muda. Hasan Fawzi, direktur pengembangan BEI, mengakui bahwa tren investasi ini disambut baik oleh BEI denganbanyak menyelenggarakan acara dan program yang dikemas khusus untuk target investor usia muda.
BEI memiliki jaringan literasi di kampus, yakni dengan membangun galeri investasi BEI. Sampai saat ini, sudah ada 486 galeri yang tersebar di kampus seluruh Indonesia. Kampus yang dipilih menjadi mitra dengan BEI memiliki visi sama untuk mendorong anak muda berinvestasi, khususnya dipasar modal.
“Bentuknya seperti laboratorium ekonomi dan sangat lengkap, karena kami juga bermitra dengan anggota bursa sehingga dibantu memfasilitasi edukasinya,” jelas Hasan.
Di Galeri Investasi, ada suplai data transaksi sehingga mahasiswa bisa melakukan riset di sana. Kemudahan akses terhadap seluruh laporan keuangan korporat emiten. Di sana juga tersedia aplikasi sehingga mahasiswa bisa melakukan simulasi hingga transaksi langsung karena mitra bursa langsung berada di sana.
Galeri ini ditempatkan mayoritas masih di fakultas ekonomi, beberapa kampus sudah menempatkan di luar dari fakulta sekonomi atau di direktorat mereka. Namun, sebenarnya Galeri Investasi BEI ini dapat dikunjungi oleh semua sivitas akademika di kampus tersebut, bahkan menjangkau ke masyarakat di sekitarnya.
“Kami akan mewajibkan setiap tahunnya diadakan acara seperti seminar dan kompetisi, di galeri tersebut. Tujuannya agar lebih banyak mahasiswa yang mencari tahu. Bagi mereka yang sudah mulai berinvestasi untuk terus bersemangat dan bisa menularkan berinvestasi ke teman-temannya,” jelasnya.
BEI juga mendorong anggota bursa memiliki fasilitas untuk transaksi mobile online . Anggota bursa diminta untuk mengembangkan pelayanan mereka guna menyasar setiap investor muda. Menyediakan aplikasi mobile untuk transaksi di bursa efek, selain fleksibel, juga efisien, sehingga kalangan muda yang menyukai kepraktisan menjadi lebih senang.
BEI juga selalu meyakinkan generasi mudah untuk memilih investasi di pasar modal. “Mereka generasi yang memiliki risiko untuk pertumbuhan aset yang juga paling berisiko. Karena sumber daya kita semakin terbatas, menurut survei, paramilenial ini pada usia lanjut tidak akan memiliki aset rumah, karena pertumbuhan inflasi harga aset utama berupa rumah sangat cepat terjadi terutama diperkotaan,” jelas Hasan.
Dia meminta jangan sampai menjadi kebiasaan menunda-nunda hingga terlambat. Kesadaran untuk berinvestasi yang telat itu, menurut Hasan, mendorong risiko anak muda tidak bisa memiliki aset dikemudian hari. Dilihat secara nasional pun akan sangat bermanfaat jika mendorong kaum milenial berinvestasi kesadaran dari awal. “Diharapkan, mereka menjadi kelompok yang ketika usia sudah lanjut memiliki kecukupan aset untuk membiayai hidupnya sendiri. Tidak menjadi beban bagi negara,” tutupnya. (Ananda Nararya)
(ysw)