Jutaan Perusahaan China di Ambang Kebangkrutan Terjerat Virus Corona

Selasa, 25 Februari 2020 - 18:01 WIB
Jutaan Perusahaan China di Ambang Kebangkrutan Terjerat Virus Corona
Jutaan Perusahaan China di Ambang Kebangkrutan Terjerat Virus Corona
A A A
BEIJING - Gelombang hutang telah menghantam perusahaan-perusahaan China yang tengah berjuang untuk membayar pekerja dan pemasok di tengah wabah virus corona. Sebelumnya pada akhir pekan kemarin, Presiden Xi Xinping mengatakan bahwa China tengah menghadapi ujian besar untuk memerangi wabah virus corona yang terus menyebar.

Pemerintah sendiri telah meminta perbankan untuk menawarkan lebih banyak kredit, sebagai upaya membantu perekonomian dari jeratan virus corona yang menyebar dengan cepat. Namun survei terhadap perusahaan kecil dan menengah China menemukan, fakta ada jutaan yang tengah di ambang kebangkrutan.

Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah China mengutarakan, sekitar 60% dapat bertahan untuk melakukan pembayaran rutin hanya selama satu hingga dua bulan sebelum kehabisan uang tunai. Diterangkan hanya 10% yang bisa bertahan selama enam bulan atau lebih. Pada saat yang sama, kelompok industri mengatakan bahwa "hampir 60% dari perusahaan (yang disurvei) telah kembali bekerja."

Perusahaan Kecil dan Menengah China menjadi sorotan, karena mereka merupakan 60% penyumbang ekonomi dan 80% penyerap tenaga kerja, menurut People's Bank of China. Seperti diketahui banyak perusahaan dan pekerja telah memperpanjang libur mereka sejak akhir Januari ketika China memperpanjang libur tahun baru Imlek hingga pertengahan Februari.

Ditambah pembatasan transportasi juga dilakukan di dalam negeri maupun ke luar negeri sebagai upaya untuk memerangi penyebaran virus corona. Sebelumnya lebih dari 300 perusahaan China mencari pinjaman bank untuk membantu melunakkan dampak wabah virus corona. Nilainya sekitar 57,4 miliar yuan atau setara dengan USD8,2 miliar.

Dilansir BBC, Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada akhir pertemuan G20 memperingatkan bank sentral di seluruh dunia bahwa China yang merupakan ekonomi terbesar kedua dunia akan mengalami penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini.

Skenario awal IMF saat ini melihat perekonomian China baru akan kembali normal di kuartal kedua tahun ini. "Tapi kita juga melihat skenario yang lebih mengerikan di mana penyebaran virus akan terus terjadi lebih lama dan lebih global, dan konsekuensi pertumbuhan yang lebih berlarut-larut," ujar Georgieva.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2236 seconds (0.1#10.140)