Arahan Bekerja di Rumah Cegah Corona, Perusahaan Dibayangi Kerugian
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani menerangkan, arahan untuk bekerja di rumah terkait dengan upaya pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19) berpotensi mengganggu produktifitas yang akhirnya bisa membuat perusahaan merugi. Kerugian ini pun ditaksir Shinta akan bergantung pada jenis usaha dan berapa banyak porsi pekerjaan yang dapat dipertahankan secara remote.
"Kalau tidak ada produktifitas sudah pasti perusahaan akan rugi. Kerugiannya berapa ya belum tahu karena tergantung jenis usahanya dan seberapa banyak porsi pekerjaan/produktifitas yang bisa dipertahankan dalam kondisi remote," kata Shinta saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (15/3/2020).
(Baca Juga: Imbas Corona, 6 Perusahaan Ini Instruksikan Karyawan Kerja di Rumah)
Dia menjelaskan, bahwa tidak seluruh perusahaan dapat menjalankan fungsi pekerjaannya tanpa interaksi langsung dan tidak berada di tempat atau kantor. Dengan tidak adanya interaksi, maka produktifitas kerja tidak akan terjadi.
"Banyak kegiatan usaha dan pekerjaan yang masih membutuhkan interaksi langsung antar manusia atau menuntut pekerjaan tersebut dilakukan di tempat tertentu. Tanpa adanya interaksi atau tidak berada di tempat tersebut, pekerjaan atau produktifitas tidak terjadi," sambungnya.
Sambung dia mengungkapkan, kerugian yang dimaksud bukan berarti perusahaan tak akan mendapat keuntungan saja, melainkan perusahaan tak akan mencapai target atau niche namun harus tetap menggelontorkan pengeluaran dengan besaran yang sama. Produktifitas dapat terjadi dengan interaksi langsung dan menciptakan penghasilan bagi perusahaan nantinya juga dinilai akan merosot.
"Kerugian yang dimaksud di sini bukan hanya masalah perusahaan tidak menciptakan keuntungan, tetapi kerugian niche karena perusahaan harus membayar pengeluaran dengan besaran yang sama (fixed cost usaha akan terus jalan) tetapi output produktifitas yang bisa menciptakan penghasilan bagi perusahaan turun secara drastis," tandasnya.
"Kalau tidak ada produktifitas sudah pasti perusahaan akan rugi. Kerugiannya berapa ya belum tahu karena tergantung jenis usahanya dan seberapa banyak porsi pekerjaan/produktifitas yang bisa dipertahankan dalam kondisi remote," kata Shinta saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (15/3/2020).
(Baca Juga: Imbas Corona, 6 Perusahaan Ini Instruksikan Karyawan Kerja di Rumah)
Dia menjelaskan, bahwa tidak seluruh perusahaan dapat menjalankan fungsi pekerjaannya tanpa interaksi langsung dan tidak berada di tempat atau kantor. Dengan tidak adanya interaksi, maka produktifitas kerja tidak akan terjadi.
"Banyak kegiatan usaha dan pekerjaan yang masih membutuhkan interaksi langsung antar manusia atau menuntut pekerjaan tersebut dilakukan di tempat tertentu. Tanpa adanya interaksi atau tidak berada di tempat tersebut, pekerjaan atau produktifitas tidak terjadi," sambungnya.
Sambung dia mengungkapkan, kerugian yang dimaksud bukan berarti perusahaan tak akan mendapat keuntungan saja, melainkan perusahaan tak akan mencapai target atau niche namun harus tetap menggelontorkan pengeluaran dengan besaran yang sama. Produktifitas dapat terjadi dengan interaksi langsung dan menciptakan penghasilan bagi perusahaan nantinya juga dinilai akan merosot.
"Kerugian yang dimaksud di sini bukan hanya masalah perusahaan tidak menciptakan keuntungan, tetapi kerugian niche karena perusahaan harus membayar pengeluaran dengan besaran yang sama (fixed cost usaha akan terus jalan) tetapi output produktifitas yang bisa menciptakan penghasilan bagi perusahaan turun secara drastis," tandasnya.
(akr)