Faisal Basri: Lupakan Dulu Ekonomi, Fokus Penanganan Corona
A
A
A
JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai pemerintah dianggap lebih mempertimbangkan perkara ekonomi dibandingkan penanganan virus corona. Menurutnya ekonomi Indonesia akan ditentukan dari bagaimana cara pemerintah melawan virus corona.
"Ekonomi nasibnya sangat ditentukan penanganan virus. Jadi lupakan dulu ekonomi, fokus penanganan virus," kata Faisal Basri di Jakarta.
Lebih lanjut terang dia, jika penyebaran virus semakin luas maka menurutnya pemerintah akan keteteran. Pasalnya tenaga medis di Indonesia jumlahnya masih kurang.
"Dokter kita terbatas hanya 0,4 per seribu penduduk. Kalau wabahnya semakin tak terkendali, dokter kita akan keteteran dan jadi rentan menjadi korban juga dari virus, untuk itu raining secepat mungkin bagaimana menghadapi kondisi darurat seperti ini," jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, Faisal menilai pemerintah tidak punya pilihan lain, selain segera melakukan karantina wilayah sembari mempercepat pendeteksian Corona. "Hampir tidak ada pilihan, karena kita menghadapi kurva yang seperti roket," tutur dia.
Diungkapkan juga olehnya dengan segera meredanya penyebaran wabah itu, maka kepercayaan pelaku ekonomi pun akan naik sehingga pemulihan ekonomi bisa lebih cepat.
Ia pun mengambil contoh India yang kasusnya lebih kecil dari Indonesia, namun mengambilkan kebijakan lockdown lebih cepat. Dengan demikian ongkos penanganan penyakit itu bisa lebih rendah dan korban diharapkan bisa ditekan jumlahnya.
Namun, tak seperti India, Faisal melihat pemerintah seakan bias untuk menjaga ekonomi. "Seolah ekonomi panglima, ini sejalan dengan akselerasi pertumbuhan, RUU Cipta Kerja dan lainnya, pemerintah lebih menjaga ekonomi," ungkapnya.
"Ekonomi nasibnya sangat ditentukan penanganan virus. Jadi lupakan dulu ekonomi, fokus penanganan virus," kata Faisal Basri di Jakarta.
Lebih lanjut terang dia, jika penyebaran virus semakin luas maka menurutnya pemerintah akan keteteran. Pasalnya tenaga medis di Indonesia jumlahnya masih kurang.
"Dokter kita terbatas hanya 0,4 per seribu penduduk. Kalau wabahnya semakin tak terkendali, dokter kita akan keteteran dan jadi rentan menjadi korban juga dari virus, untuk itu raining secepat mungkin bagaimana menghadapi kondisi darurat seperti ini," jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, Faisal menilai pemerintah tidak punya pilihan lain, selain segera melakukan karantina wilayah sembari mempercepat pendeteksian Corona. "Hampir tidak ada pilihan, karena kita menghadapi kurva yang seperti roket," tutur dia.
Diungkapkan juga olehnya dengan segera meredanya penyebaran wabah itu, maka kepercayaan pelaku ekonomi pun akan naik sehingga pemulihan ekonomi bisa lebih cepat.
Ia pun mengambil contoh India yang kasusnya lebih kecil dari Indonesia, namun mengambilkan kebijakan lockdown lebih cepat. Dengan demikian ongkos penanganan penyakit itu bisa lebih rendah dan korban diharapkan bisa ditekan jumlahnya.
Namun, tak seperti India, Faisal melihat pemerintah seakan bias untuk menjaga ekonomi. "Seolah ekonomi panglima, ini sejalan dengan akselerasi pertumbuhan, RUU Cipta Kerja dan lainnya, pemerintah lebih menjaga ekonomi," ungkapnya.
(akr)