CSR Paling Favorit, Penghijauan Hutan hingga Pengelolaan Sampah

Selasa, 31 Maret 2020 - 09:03 WIB
CSR Paling Favorit, Penghijauan Hutan hingga Pengelolaan Sampah
CSR Paling Favorit, Penghijauan Hutan hingga Pengelolaan Sampah
A A A
KONTRIBUSI sosial perusahaan beraneka ragam. Namun, sebagian besar perusahaan di dunia cenderung memprioritaskan kelestarian lingkungan dan pendidikan dalam program corporate social responsibilty (CSR) mereka.

Mayoritas perusahaan yang diakui sebagai "raja" CSR juga memfokuskan diri mengembangkan dua sektor tersebut. Sebab, kedua bidang itu menjadi banyak perhatian para aktivis dunia yang juga meraih beragam pengakuan. XEROX, misalnya, memiliki banyak program CSR. Setidaknya dalam beberapa dekade terakhir XEROX dikenal sebagai salah satu perusahaan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.

Majalah Corporate Responsibility bahkan menobatkan XEROX sebagai satu dari 100 perusahaan dengan CSR terbaik dalam 12 tahun terakhir secara beruntun. Salah satu program yang diakui ialah penghijauan kembali hutan. XEROX telah berpartisipasi dalam Green World Alliance sejak beberapa tahun terakhir. Kontribusinya dalam penghijauan hutan dilakukan dengan daur ulang 2,5 juta produk cartridge dan toner sehingga tidak menyisakan limbah.

Chipotle and Intermache juga fokus pada lingkungan. Perusahaan itu tidak ingin makanan mubazir begitu saja secara sia-sia sehingga mereka berupaya "menyelamatkannya" dengan menjualnya sangat murah. Statistik limbah makanan memang memprihatinkan, khususnya di AS. Berdasarkan data Food and Agricultural Organization (FAO) pada PBB, sekitar 1/3 makanan yang diproduksi di dunia telah dibuang percuma.

Sampah makanan diestimasikan mencapai hingga USD680 miliar di negara industri dan USD310 miliar di negara maju. Beruntung, sebagian perusahaan mulai mengambil tindakan untuk menangani isu tersebut.

Chipotle and Intermache membuka program The Inglorious Fruit and Vegetable untuk mengurangi limbah makanan kurang sempurna. Mereka menjualnya dengan diskon 30% dan menantang masyarakat mengikuti kontes di Instagram. Berdasarkan informasi yang dirilis Chipotle and Intermache, inisiatif ini sangat sukses karena merupakan kampanye ”win-win-win”. Konsumen mendapatkan produk dengan kualitas sama, tapi harganya lebih murah.

Sementara itu, TOMS Shoes fokus pada pendidikan. Maklum, pendiri TOMS Shoes, Blake Mycoskie terlahir dari keluarga miskin yang tidak mampu mengenyam dunia pendidikan. Blake bahkan tidak pernah mengenakan sepatu.

Dengan latar belakang itu, Blake bertekad untuk memberikan sepasang sepatu kepada orang-orang yang membutuhkan dari sepasang sepatu yang terjual. Program itu menjadi salah satu kampanye CSR paling menarik yang pernah dijalankan sebuah perusahaan. "Kami selalu berharap dapat membantu anak-anak dan masyarakat meraih akses kesehatan, pendidikan, dan ekonomi," kata Blake.

Sejak berdiri, TOMS telah menyumbangkan sekitar 60 juta sepatu kepada anak-anak di dunia. Namun, program CSR Blake tidak berhenti di situ. Sampai sekarang, dia terus meluncurkan inisiatif baru untuk membantu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat di seluruh dunia.

Beberapa contoh dari inisiatif nonsepatu itu ialah TOMS Eyewear, program pemulihan penglihatan yang sudah menjangkau 400.000 orang. Selain itu, ada juga TOMS Roasting Co, program pembukaan akses air bersih di enam negara di dunia. TOMS juga membantu memberikan layanan panduan melahirkan terhadap ibu hamil. Mereka juga menyediakan berbagai keperluan ibu hamil dan bayi. Program itu ditujukan untuk menekan angka kematian ibu hamil, terutama di wilayah Amerika Latin.

Meski hampir sama dengan TOMS, Juntos memiliki program yang lain. Mereka lebih senang memberikan keperluan pendidikan bagi anak-anak sekolah dari sepasang sepatu yang terjual di Ekuador, mulai dari pensil, bolpoin, mistar, hingga buku tulis.

Juntos telah memproduksi dan menjual sepatu El Zapato de Lona. Mereka yakin membayar kembali jasa masyarakat akan memberikan keuntungan, baik secara sosial ataupun bisnis.

Patagonia juga tak ingin ketinggalan. Perusahaan itu sangat berdedikasi untuk melindungi kesehatan lingkungan. Mereka sadar semakin besar skala produksi, dampaknya terhadap lingkungan semakin besar. “Jika kami ingin memberikan inspirasi dan menerapkan solusi terhadap krisis lingkungan, kami harus mengurangi dampak buruk terhadapnya, tak terkecuali jika harus mengurangi jumlah barang yang dapat kami perjualbelikan," kata Patagonia.

Patagonia telah menjalankan program ini langsung dari hulu. Sejak 1994 mereka mulai berganti menggunakan katun dan menjalin hubungan yang sangat dekat dengan para petani guna menjaga kualitas. Patagonia juga melarang peternak bebek untuk menganiaya ternaknya, termasuk memaksa memberi makan atau mencabut bulunya hidup-hidup. Selain itu, mereka memastikan seluruh karyawan mendapatkan hak-hak mereka dan sejahtera.

Patagonia mengaku program ini sulit, tapi mereka tidak menyerah dan masih berusaha sampai sekarang. Patagonia juga menggunakan energi terbarukan, bangunan ramah lingkungan, mengurangi gas rumah kaca, dan mendanai proyek konservasi lingkungan. (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3143 seconds (0.1#10.140)