BPS Catat Inflasi bulan Maret 2020 Capai 0,10%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi bulan Maret mencapai 0,10%. Adapun inflasi ini lebih rendah dibandingkan bulan Februari yang mencapai 0,28%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dengan demikian inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2020 sebesar 0,76% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar 2,96%.
"Ada kenaikan meskipun jauh lebih landai tapi ini cukup terkendali, karena inflasi di bawah 3%,"ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Dia melanjutkan, dari 90 kota yang dipantau BPS, sebanyak 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi. "Dari 90 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), 43 kota mengalami inflasi lalu 47 kota mengalami deflasi. Ini cukup stabil," katanya.
Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Lhoksumawe mencapai 6,4% lalu inflasi terendah di Surakarta yang mencapai 0,1%. Sedangkan deflasi tertinggi di Timika dan terendah di Tangerang.
Lebih lanjut Suhariyanto menambahkan, sehubungan wabah corona (Covid-19) pihaknya melakukan pengumpulan data melalui email dan alat komunikasi lainnya yang tidak memerlukan tatap muka langsung.
"Kita dengan berbagai cara untuk menghindari tatap muka dari sisi petugas maupun responnya, bahwa ada survei yang akan susah untuk interview jadi kita usahakan tidak ada tatap muka," jelasnya.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dengan demikian inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2020 sebesar 0,76% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar 2,96%.
"Ada kenaikan meskipun jauh lebih landai tapi ini cukup terkendali, karena inflasi di bawah 3%,"ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Dia melanjutkan, dari 90 kota yang dipantau BPS, sebanyak 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi. "Dari 90 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), 43 kota mengalami inflasi lalu 47 kota mengalami deflasi. Ini cukup stabil," katanya.
Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Lhoksumawe mencapai 6,4% lalu inflasi terendah di Surakarta yang mencapai 0,1%. Sedangkan deflasi tertinggi di Timika dan terendah di Tangerang.
Lebih lanjut Suhariyanto menambahkan, sehubungan wabah corona (Covid-19) pihaknya melakukan pengumpulan data melalui email dan alat komunikasi lainnya yang tidak memerlukan tatap muka langsung.
"Kita dengan berbagai cara untuk menghindari tatap muka dari sisi petugas maupun responnya, bahwa ada survei yang akan susah untuk interview jadi kita usahakan tidak ada tatap muka," jelasnya.
(ind)