Inflasi Capai 0,10%, BI Konsisten Stabilkan Harga
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam sasaran sebesar 3,0%±1% pada 2020.
Menurut BI, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2020 tetap rendah dan terkendali. Inflasi IHK pada Maret 2020 tercatat 0,10% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,28% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK Maret 2020 tercatat tetap terkendali sebesar 2,96% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 2,98% (yoy).
"Perkembangan ini dipengaruhi kelompok volatile food dan administered prices yang mencatat deflasi, serta inflasi inti, di luar harga emas, yang tetap terkendali," ujar Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Sementara itu, inflasi inti secara umum tetap terkendali, meskipun secara bulanan meningkat. Inflasi inti tercatat 0,29% (mtm), meningkat dari inflasi bulan Februari 2020 sebesar 0,14% (mtm). Peningkatan inflasi inti ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia.
Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Februari 2020 sebesar 2,76% (yoy). Inflasi inti yang tetap terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi tetap terjaga.
Inflasi kelompok volatile food mengalami deflasi dipengaruhi koreksi beberapa harga pangan. Koreksi harga terjadi pada beberapa komoditas seperti aneka cabai, ikan segar, bawang putih, dan minyak goreng.
"Perkembangan ini menyebabkan kelompok volatile food mencatat deflasi 0,38% (mtm), berubah dibandingkan dengan inflasi bulan Februari 2020 yang mencatat inflasi sebesar 1,27% (mtm)," katanya.
Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food pada bulan Maret 2020 tercatat 6,48% (yoy), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 6,68% (yoy).
Kelompok administered prices kembali mencatat deflasi sebesar 0,19% (mtm). Deflasi yang terjadi pada Maret 2020 ini lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,11% (mtm).
Perkembangan ini terutama didorong oleh berlanjutnya koreksi tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi aneka rokok meningkat sebagai dampak dari kenaikan cukai tembakau yang masih tertransmisikan secara bertahap hingga bulan Maret 2020.
Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,16% (yoy), lebih rendah dari realisasi inflasi bulan Februari 2020 sebesar 0,54% (yoy).
Menurut BI, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2020 tetap rendah dan terkendali. Inflasi IHK pada Maret 2020 tercatat 0,10% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,28% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK Maret 2020 tercatat tetap terkendali sebesar 2,96% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 2,98% (yoy).
"Perkembangan ini dipengaruhi kelompok volatile food dan administered prices yang mencatat deflasi, serta inflasi inti, di luar harga emas, yang tetap terkendali," ujar Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Sementara itu, inflasi inti secara umum tetap terkendali, meskipun secara bulanan meningkat. Inflasi inti tercatat 0,29% (mtm), meningkat dari inflasi bulan Februari 2020 sebesar 0,14% (mtm). Peningkatan inflasi inti ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia.
Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Februari 2020 sebesar 2,76% (yoy). Inflasi inti yang tetap terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi tetap terjaga.
Inflasi kelompok volatile food mengalami deflasi dipengaruhi koreksi beberapa harga pangan. Koreksi harga terjadi pada beberapa komoditas seperti aneka cabai, ikan segar, bawang putih, dan minyak goreng.
"Perkembangan ini menyebabkan kelompok volatile food mencatat deflasi 0,38% (mtm), berubah dibandingkan dengan inflasi bulan Februari 2020 yang mencatat inflasi sebesar 1,27% (mtm)," katanya.
Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food pada bulan Maret 2020 tercatat 6,48% (yoy), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 6,68% (yoy).
Kelompok administered prices kembali mencatat deflasi sebesar 0,19% (mtm). Deflasi yang terjadi pada Maret 2020 ini lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,11% (mtm).
Perkembangan ini terutama didorong oleh berlanjutnya koreksi tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi aneka rokok meningkat sebagai dampak dari kenaikan cukai tembakau yang masih tertransmisikan secara bertahap hingga bulan Maret 2020.
Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,16% (yoy), lebih rendah dari realisasi inflasi bulan Februari 2020 sebesar 0,54% (yoy).
(ven)