Jelang tutup tahun, rumah kelas menengah ke atas naik 10%
Rabu, 02 November 2011 - 16:31 WIB

Jelang tutup tahun, rumah kelas menengah ke atas naik 10%
A
A
A
Sindonews.com - Bagi Anda yang berminat memiliki rumah tahun ini sebaiknya bersiap-siap merogoh kocek lebih dalam. Jelang akhir tahun, harga perumahan kelas menengah dan mewah naik sekira 10 persen. Kenaikan tersebut dipicu kenaikan harga bahan baku dan Pajak Bumi Bangunan.
Kenaikan harga perumahan pada bulan Oktober ini telah memicu inflasi, khususnya di Jawa Barat (Jabar) sebesar 0,14 persen. Penyebab utama di tunjang sektor perumahan. Wakil Bendahara Real Estate Indonesia (REI) Jabar Yuyun Yudiana mengatakan, dengan kenaikan sebesar 10 persen tersebut, maka total kenaikan harga rumah sejak Januari 2011 berkisar 30 persen. Saat ini, harga perumahan tipe 45 di bandrol antara Rp250-300 juta per unit.
"Kenaikan harga rumah terjadi pada rumah kelas menengah dan mewah. Dan saya kira itu wajar. Selain karena akhir tahun, juga dipengaruhi kenaikan bahan baku seperti batu bata, besi, dan lainnya," beber Yuyun, Rabu (2/11/2011).
Menurut dia, kenaikan bahan baku disebabkan datangnya musim penghujan yang mengakibatkan kelangkaan bahan baku seperti batu bata. Selain itu, kenaikan bahan baku imbas dari penyesuaian ongkos transportasi akibat kenaikan tarif tol.
Tak hanya itu saja, penyesuaian harga rumah kelas menengah yaitu mulai tipe 45 akibat kenaikan Pajak Bumi Bangunan (PBB). Di mana, rata rata kenaikan PBB mencapai 20% per tahun. Begitupun yang terjadi pada tahun ini. "Tahun depan pastinya PBB naik lagi. Makanya kami sebegai pengembang terus melakukan penyesuaian harga," tegas dia.
Oleh karenanya, harga perumahan dipastikan terus naik setiap tahunnya. Terlebih bila, pembangunan perumahan terpusat pada kawasan tertentu. Seperti halnya di Bandung, saat ini pengembang lebih memilih daerah Timur dan Barat. Misalnya di kawasan Cileunyi, Jatinangor, dan Cicalengka. Dia mencontohkan, harga perumahan di daerah tersebut yang awalnya bisa didapat pada kisaran Rp50-100 juta, saat ini bisa dibandrol Rp150 juta.
Lebih lanjut Yuyun mengungkapkan, kenaikan harga rumah nyaris terjadi di semua kota. Seperti halnya Bandung, Bekasi, Bogor, dan kota besar lainnya. "Daerah lain pasti melakukan penyesuaian harga juga," timpal dia.
Namun demikian, kenaikan harga perumahan tidak terjadi pada tipe rumah sederhana (RS). Mengingat, harga rumah tipe tersebut di tentukan oleh pemerintah setelah di subsidi. "Rumah sederhana tidak ada kenaikan. Ini untuk mengejar target penjualan kami bagi rakyat kelas menengah ke bawah," imbuh dia.
Untuk diketahui, beberapa hari lalu BPS Jabar merilis inflasi bulan Oktober sebesar 0,14 persen. Sektor perumahan menjadi penyokong utama terjadinya inflasi, yaitu sekitar 0,89 persen. BPS melangsir, beberapa kelompok yang menyebabkan inflasi perumahan adalah harga kontrak rumah, batu bata, sewa rumah, cat tembok, tukang, dan lainnya.
"Inflasi tertinggi terjadi di kota Tasikmalaya (0,31 persen), Kota Bogor (0,29 persen), Kota Bekasi (0,25 persen), Kota Bandung (0,19 persen), Kota Cirebon (0,16 persen), dan lainnya. Sementara deflasi terjadi di Kota Depok," kata Kepala BPS Jabar Lukman Ismail.
Kenaikan harga perumahan pada bulan Oktober ini telah memicu inflasi, khususnya di Jawa Barat (Jabar) sebesar 0,14 persen. Penyebab utama di tunjang sektor perumahan. Wakil Bendahara Real Estate Indonesia (REI) Jabar Yuyun Yudiana mengatakan, dengan kenaikan sebesar 10 persen tersebut, maka total kenaikan harga rumah sejak Januari 2011 berkisar 30 persen. Saat ini, harga perumahan tipe 45 di bandrol antara Rp250-300 juta per unit.
"Kenaikan harga rumah terjadi pada rumah kelas menengah dan mewah. Dan saya kira itu wajar. Selain karena akhir tahun, juga dipengaruhi kenaikan bahan baku seperti batu bata, besi, dan lainnya," beber Yuyun, Rabu (2/11/2011).
Menurut dia, kenaikan bahan baku disebabkan datangnya musim penghujan yang mengakibatkan kelangkaan bahan baku seperti batu bata. Selain itu, kenaikan bahan baku imbas dari penyesuaian ongkos transportasi akibat kenaikan tarif tol.
Tak hanya itu saja, penyesuaian harga rumah kelas menengah yaitu mulai tipe 45 akibat kenaikan Pajak Bumi Bangunan (PBB). Di mana, rata rata kenaikan PBB mencapai 20% per tahun. Begitupun yang terjadi pada tahun ini. "Tahun depan pastinya PBB naik lagi. Makanya kami sebegai pengembang terus melakukan penyesuaian harga," tegas dia.
Oleh karenanya, harga perumahan dipastikan terus naik setiap tahunnya. Terlebih bila, pembangunan perumahan terpusat pada kawasan tertentu. Seperti halnya di Bandung, saat ini pengembang lebih memilih daerah Timur dan Barat. Misalnya di kawasan Cileunyi, Jatinangor, dan Cicalengka. Dia mencontohkan, harga perumahan di daerah tersebut yang awalnya bisa didapat pada kisaran Rp50-100 juta, saat ini bisa dibandrol Rp150 juta.
Lebih lanjut Yuyun mengungkapkan, kenaikan harga rumah nyaris terjadi di semua kota. Seperti halnya Bandung, Bekasi, Bogor, dan kota besar lainnya. "Daerah lain pasti melakukan penyesuaian harga juga," timpal dia.
Namun demikian, kenaikan harga perumahan tidak terjadi pada tipe rumah sederhana (RS). Mengingat, harga rumah tipe tersebut di tentukan oleh pemerintah setelah di subsidi. "Rumah sederhana tidak ada kenaikan. Ini untuk mengejar target penjualan kami bagi rakyat kelas menengah ke bawah," imbuh dia.
Untuk diketahui, beberapa hari lalu BPS Jabar merilis inflasi bulan Oktober sebesar 0,14 persen. Sektor perumahan menjadi penyokong utama terjadinya inflasi, yaitu sekitar 0,89 persen. BPS melangsir, beberapa kelompok yang menyebabkan inflasi perumahan adalah harga kontrak rumah, batu bata, sewa rumah, cat tembok, tukang, dan lainnya.
"Inflasi tertinggi terjadi di kota Tasikmalaya (0,31 persen), Kota Bogor (0,29 persen), Kota Bekasi (0,25 persen), Kota Bandung (0,19 persen), Kota Cirebon (0,16 persen), dan lainnya. Sementara deflasi terjadi di Kota Depok," kata Kepala BPS Jabar Lukman Ismail.
()