Menyulap kain perca, hasilkan rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Kain yang semula tanpa bernilai seni di tangan S. Nisa Hariadi, (38) dirubah menjadi sebuah karya yang anggun dan cantik.
Berawal dari kesenangannya dengan keterampilan jahit-menjahit sewaktu SMU membuatnya sangat tertarik untuk semakin menekuninya sebagai usaha yang mampu menghasilkan.
Perempuan dengan sempat mengenyam pendidikan di Politeknik Institut Teknologi Bandung bidang perbankan ini, dalam perjalanannya membuat Nisa memilih menjadi pengrajin quilt berupa hiasan dinding, sarung bantal, selimut, taplak meja, bedcover, bahkan sajadah.
Hobi quilt yang sekarang dijadikannya sebagai bidang usaha, diawali dari perkenalannya dengan bidang ini di Dallas, Texas USA tahun 1994. Dilanjutkan pada tahun 1998 dirinya mulai serius belajar seni quilting ini dibawah asuhan seorang teman, Tita Adrian Zen di Rumbai (Pekanbaru).
"Setelah mengikuti beragam kursus quilting dan pelatihan di Riau dan Houston (Amerika Serikat), baru pada 2005, akhirnya saya berani membuat qulting menjadi usaha,” kata Nisa, yang memperkenalkan karyanya di website dan mengikuti pameran-pameran.
Quilting sendiri adalah seni menggabungkan kain dengan ukuran dan potongan tertentu membentuk motif yang unik. Gabungan kain tersebut menggunakan teknik jahitan model jelujur. Di tanah air seni ini biasa kita sebut dengan kerajinan kain perca. “Pada pembuatan quilt kita mengenal tiga metode yaitu patchwork, apligue, serta paper piecing. Semuanya diakhiri dengan proses finishing dengan teknik quilt,” jelas Nisa kepada Sindonews.
Dengan modal kurang lebih Rp10 juta kini dalam menjalankan usahanya, Nisa telah dibantu empat karyawannya yang bekerja di rumahnya, sedangkan lainnya pekerjaan mereka dapat dibawa kerumah. Selain menjalankan usahanya dengan mengusung nama The Art Of Guilting, dirinya juga mengajarkan seni Quilt dimana muridnya telah mencapai 275 orang-300 orang.
“Pada usaha ini kita harus pintar mempertahankan karyawan, karena seni ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran extra,” tambah ibu dua anak ini.
Nisa sehari-hari juga berperan dalam menjahit produknya di rumah yang sekaligus menjadi bengkel di South Victoria Town House, di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan.
Bisnis ini terbilang menjanjikan karena Nisa bisa meraup kurang lebih Rp50 juta per dua bulan. Adapun kisaran harga produknya bervariasi, mulai dari dari Rp250 ribu per buah untuk sajadah ukuran kecil hingga selimut ukuran king (besar) mencapai harga Rp4 juta.
Tingginya harga produk, berkorelasi dengan bahan baku impor yang digunakan. Walaupun sibuk dirinya tidak pernah melupakan perannya sebagai ibu dari dua anak. “Bagi saya kegiatan ini hanya sebagai hobi yang kebetulan menghasilkan tanpa melupakan keluarga,” tandasnya.
Berawal dari kesenangannya dengan keterampilan jahit-menjahit sewaktu SMU membuatnya sangat tertarik untuk semakin menekuninya sebagai usaha yang mampu menghasilkan.
Perempuan dengan sempat mengenyam pendidikan di Politeknik Institut Teknologi Bandung bidang perbankan ini, dalam perjalanannya membuat Nisa memilih menjadi pengrajin quilt berupa hiasan dinding, sarung bantal, selimut, taplak meja, bedcover, bahkan sajadah.
Hobi quilt yang sekarang dijadikannya sebagai bidang usaha, diawali dari perkenalannya dengan bidang ini di Dallas, Texas USA tahun 1994. Dilanjutkan pada tahun 1998 dirinya mulai serius belajar seni quilting ini dibawah asuhan seorang teman, Tita Adrian Zen di Rumbai (Pekanbaru).
"Setelah mengikuti beragam kursus quilting dan pelatihan di Riau dan Houston (Amerika Serikat), baru pada 2005, akhirnya saya berani membuat qulting menjadi usaha,” kata Nisa, yang memperkenalkan karyanya di website dan mengikuti pameran-pameran.
Quilting sendiri adalah seni menggabungkan kain dengan ukuran dan potongan tertentu membentuk motif yang unik. Gabungan kain tersebut menggunakan teknik jahitan model jelujur. Di tanah air seni ini biasa kita sebut dengan kerajinan kain perca. “Pada pembuatan quilt kita mengenal tiga metode yaitu patchwork, apligue, serta paper piecing. Semuanya diakhiri dengan proses finishing dengan teknik quilt,” jelas Nisa kepada Sindonews.
Dengan modal kurang lebih Rp10 juta kini dalam menjalankan usahanya, Nisa telah dibantu empat karyawannya yang bekerja di rumahnya, sedangkan lainnya pekerjaan mereka dapat dibawa kerumah. Selain menjalankan usahanya dengan mengusung nama The Art Of Guilting, dirinya juga mengajarkan seni Quilt dimana muridnya telah mencapai 275 orang-300 orang.
“Pada usaha ini kita harus pintar mempertahankan karyawan, karena seni ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran extra,” tambah ibu dua anak ini.
Nisa sehari-hari juga berperan dalam menjahit produknya di rumah yang sekaligus menjadi bengkel di South Victoria Town House, di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan.
Bisnis ini terbilang menjanjikan karena Nisa bisa meraup kurang lebih Rp50 juta per dua bulan. Adapun kisaran harga produknya bervariasi, mulai dari dari Rp250 ribu per buah untuk sajadah ukuran kecil hingga selimut ukuran king (besar) mencapai harga Rp4 juta.
Tingginya harga produk, berkorelasi dengan bahan baku impor yang digunakan. Walaupun sibuk dirinya tidak pernah melupakan perannya sebagai ibu dari dua anak. “Bagi saya kegiatan ini hanya sebagai hobi yang kebetulan menghasilkan tanpa melupakan keluarga,” tandasnya.
()