2011, PTPN IX cetak laba Rp234 M
2011, PTPN IX cetak laba Rp234 M
A
A
A
Sindonews.com – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX sepanjang 2011 berhasil mencetak laba sebesar Rp234 miliar setelah pajak dari hasil penjualan sejumlah komoditas. Kontribusi cukup besar didapat dari perolehan ekspor karet.
Realisasi ekspor karet hingga akhir tahun lalu mencapai 85 persen. Sedangkan sisanya dari penjualan kopi, kakao, teh, gula serta sektor pariwisata agro. Direktur SDM dan Umum PTPN IX Iman Nugroho menjelaskan, perolehan laba sebelum pajak mencapai Rp350 miliar. Ini melebihi target dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011 sebesar Rp207 miliar.
”Perolehan laba mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Iman kemarin.
Diakui, peningkatan laba banyak didorong dari tingginya produktivitas komoditas karet.Setelah dilakukan upaya menggantikan tanaman kakao menjadi karet, terutama yang produktivitasnya mulai menurun.
”Selain itu, harga karet di pasaran dunia yang terus menguat juga menjadi faktor pendukung. Sebab, hingga akhir tahun 2011 harga komoditas itu sudah menembus USD4 per kilogram,”tuturnya.
Komoditas karet hingga saat ini masih menjadi menunjang pendapatan laba perseroan. Dari sisi produktivitas terjadi peningkatan selama 2011 yang mencapai 26 ribu ton.
Pencapaian tersebut melebihi RKAP sebesar 25 ribu ton. Produksi karet PTPN IX sebanyak itu merupakan hasil dari panen di lahan pohon karet seluas 23 ribu hektare (ha) yang tersebar di beberapa wilayah di Jateng.
Sementara itu, Kepala Bagian Personalia dan Umum PTPN IX, Cristina menginformasikan, PTPN IX tahun ini menargetkan pertumbuhan laba hingga 15 persen dibandingkan progonosa 2011 sebesar Rp234 miliar.
Selain karet, jenis tanaman lainnya seperti kopi, kakao, dan teh diharapkan bisa mengalami peningkatan. Mengingat beberapa komoditas itu selama ini belum mampu menyumbangkan kontribusi riil.
Bahkan,kakao justru membebani biaya operasional BUMN ini hingga berpontesi rugi. Untuk mendukung target pertumbuhan laba, kata dia, PTPN IX kini gencar berupaya memacu produktivitas.
Pasalnya, lahan yang dimiliki cukup luas yaitu 77.300 hektare. Apalagi lahan ini masih dapat diolah secara inovatif, termasuk guna mengembangkan di sektor agrowisata.
Realisasi ekspor karet hingga akhir tahun lalu mencapai 85 persen. Sedangkan sisanya dari penjualan kopi, kakao, teh, gula serta sektor pariwisata agro. Direktur SDM dan Umum PTPN IX Iman Nugroho menjelaskan, perolehan laba sebelum pajak mencapai Rp350 miliar. Ini melebihi target dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011 sebesar Rp207 miliar.
”Perolehan laba mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Iman kemarin.
Diakui, peningkatan laba banyak didorong dari tingginya produktivitas komoditas karet.Setelah dilakukan upaya menggantikan tanaman kakao menjadi karet, terutama yang produktivitasnya mulai menurun.
”Selain itu, harga karet di pasaran dunia yang terus menguat juga menjadi faktor pendukung. Sebab, hingga akhir tahun 2011 harga komoditas itu sudah menembus USD4 per kilogram,”tuturnya.
Komoditas karet hingga saat ini masih menjadi menunjang pendapatan laba perseroan. Dari sisi produktivitas terjadi peningkatan selama 2011 yang mencapai 26 ribu ton.
Pencapaian tersebut melebihi RKAP sebesar 25 ribu ton. Produksi karet PTPN IX sebanyak itu merupakan hasil dari panen di lahan pohon karet seluas 23 ribu hektare (ha) yang tersebar di beberapa wilayah di Jateng.
Sementara itu, Kepala Bagian Personalia dan Umum PTPN IX, Cristina menginformasikan, PTPN IX tahun ini menargetkan pertumbuhan laba hingga 15 persen dibandingkan progonosa 2011 sebesar Rp234 miliar.
Selain karet, jenis tanaman lainnya seperti kopi, kakao, dan teh diharapkan bisa mengalami peningkatan. Mengingat beberapa komoditas itu selama ini belum mampu menyumbangkan kontribusi riil.
Bahkan,kakao justru membebani biaya operasional BUMN ini hingga berpontesi rugi. Untuk mendukung target pertumbuhan laba, kata dia, PTPN IX kini gencar berupaya memacu produktivitas.
Pasalnya, lahan yang dimiliki cukup luas yaitu 77.300 hektare. Apalagi lahan ini masih dapat diolah secara inovatif, termasuk guna mengembangkan di sektor agrowisata.
()
Explore More