Kelangkaan pasokan industri kerajinan rotan menurun
A
A
A
Sindonews.com – Kelangkaan rotan mentah di Jawa Barat, selama satu bulan terakhir menyebabkan pelaku industri mebel dan kerajinan berbahan baku rotan merasa cemas. Hal ini membuat volume produksi kerajinan menurun hingga 60 persen.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon Sumarca menjelaskan, kelangkaan rotan mentah terasa sejak akhir November 2011. Kelangkaan rotan mentah terjadi setelah pemerintah mencabut izin ekspor rotan ke sejumlah negara tetangga. Akibatnya, pengusaha kerajinan rotan kesulitan memenuhi permintaan pasar.
”Sejak pemerintah mencabut izin ekspor, bahan baku rotan mentah menghilang dari Cirebon. Kondisinya bahkan lebih langka dibandingkan saat kran ekspor rotan mentah masih diizinkan pemerintah. Kalaupun ada, itu pun harganya cukup mahal,” jelas Sumarca di Bandung.
Saat ini, harga rotan mentah rata-rata naik sekitar 20 persen untuk semua jenis. Hal itu tentu saja cukup memberatkan perajin.
Sumarca menduga, sejak isu akan dihentikannya ekspor rotan, para eksportir melakukan ekspor besar-besaran. Akibatnya, stok rotan dari sejumlah sentra penghasil rotan menipis bahkan habis. Tak hanya itu, sejak kran ekspor rotan mentah dihentikan, justru praktek ekspor rotan ilegal diperkirakan kian marak.
”Kami minta pemerintah melakukan pengawasan ketat. Jangan sampai, bahan baku rotan mentah keluar dari Indonesia melalui jalur ilegal,” ujarnya.
Apabila kondisi tersebut dibiarkan, dia khawatir industri kerajinan rotan yang mulai bergeliat kembali terpuruk. Padahal Sejak akhir tahun 2011, pesanan kerajinan rotan dari berbagai daerah di Indonesia bertambah, termasuk pesanan dari sejumlah negara seperti Afrika. "Order kerajinan rotan bertambah. Ini cukup menggembirakan bagi kami," tuturnya.
Namun kini sejumlah perajin kesulitan memenuhi permintaan. Dia mencontohkan, salah satu industri kerajinan di Cirebon yang telah menandatangani kontrak order sebanyak 4 ton, hanya mampu menyediakan rotan mentah sebanyak 400 kg.
Minimnya pasokan rotan mentah juga menyebabkan produksi kerajinan di Cirebon menurun.
Sebelum bulan November, setidaknya ada sekitar 1.200 kontainer yang mengangkut kerajinan rotan dari kota tersebut. Akan tetapi, pada Desember lalu, perajin Cirebon hanya mampu menyuplai sekitar 600 kontainer kerajinan saja, atau turun sekitar 60 persen dari bulan sebelumnya. ”Kerugian kami sekitar USD420.000,” tandasnya. (ank)
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon Sumarca menjelaskan, kelangkaan rotan mentah terasa sejak akhir November 2011. Kelangkaan rotan mentah terjadi setelah pemerintah mencabut izin ekspor rotan ke sejumlah negara tetangga. Akibatnya, pengusaha kerajinan rotan kesulitan memenuhi permintaan pasar.
”Sejak pemerintah mencabut izin ekspor, bahan baku rotan mentah menghilang dari Cirebon. Kondisinya bahkan lebih langka dibandingkan saat kran ekspor rotan mentah masih diizinkan pemerintah. Kalaupun ada, itu pun harganya cukup mahal,” jelas Sumarca di Bandung.
Saat ini, harga rotan mentah rata-rata naik sekitar 20 persen untuk semua jenis. Hal itu tentu saja cukup memberatkan perajin.
Sumarca menduga, sejak isu akan dihentikannya ekspor rotan, para eksportir melakukan ekspor besar-besaran. Akibatnya, stok rotan dari sejumlah sentra penghasil rotan menipis bahkan habis. Tak hanya itu, sejak kran ekspor rotan mentah dihentikan, justru praktek ekspor rotan ilegal diperkirakan kian marak.
”Kami minta pemerintah melakukan pengawasan ketat. Jangan sampai, bahan baku rotan mentah keluar dari Indonesia melalui jalur ilegal,” ujarnya.
Apabila kondisi tersebut dibiarkan, dia khawatir industri kerajinan rotan yang mulai bergeliat kembali terpuruk. Padahal Sejak akhir tahun 2011, pesanan kerajinan rotan dari berbagai daerah di Indonesia bertambah, termasuk pesanan dari sejumlah negara seperti Afrika. "Order kerajinan rotan bertambah. Ini cukup menggembirakan bagi kami," tuturnya.
Namun kini sejumlah perajin kesulitan memenuhi permintaan. Dia mencontohkan, salah satu industri kerajinan di Cirebon yang telah menandatangani kontrak order sebanyak 4 ton, hanya mampu menyediakan rotan mentah sebanyak 400 kg.
Minimnya pasokan rotan mentah juga menyebabkan produksi kerajinan di Cirebon menurun.
Sebelum bulan November, setidaknya ada sekitar 1.200 kontainer yang mengangkut kerajinan rotan dari kota tersebut. Akan tetapi, pada Desember lalu, perajin Cirebon hanya mampu menyuplai sekitar 600 kontainer kerajinan saja, atau turun sekitar 60 persen dari bulan sebelumnya. ”Kerugian kami sekitar USD420.000,” tandasnya. (ank)
()