Diancam penutupan, RIM enggan investasi

Kamis, 12 Januari 2012 - 14:04 WIB
Diancam penutupan, RIM enggan investasi
Diancam penutupan, RIM enggan investasi
A A A
Sindonews.com - Keengganan produsen perangkat telepon genggam BlackBerry Research in Motion (RIM) berinvestasi di Indonesia semakin kuat setelah merasa mendapat ancaman dari pihak pemerintah Indonesia.

Disinyalir karena pemerintah kecewa oleh keputusan Research in Motion (RIM), yang memilih membangun pabrik di Malaysia.

"Jika tidak memenuhi ketentuan atau komitmen sesuai dengan badan regulator telekomunikasi Menkominfo maka operasinya akan ditutup," kata Deputi Menko Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawa di Jakarta, Kamis (12/1/2012).

Pemerintah mengajukan beberapa tuntutan yang dilayangkan kepada RIM, mulai dari meminta RIM agar buka perwakilan di Indonesia, dimana pelanggan RIM di Indonesia untuk Blackberry mencapai lebih dari 2 juta. Serta meminta agar RIM membuka service center di Indonesia untuk melayani & mudahkan pelanggan mereka dan juga merekrut dan menyerap tenaga kerja Indonesia secara layak dan proporsional.

Pemerintah juga mendesak RIM menggunakan konten lokal Indonesia, khususnya mengenai software, dan memasang software blocking terhadap situs-situs porno, sebagaimana operator lain sudah mematuhinya. Serta hormati & patuhi Peraturan Perundangan yang berlaku di Indonesia, terkait UU 36/1999, UU 11/2008 dan UU 44/2008.

Tuntutan ini mendapatkan tanggapan lambat di pihak RIM karena adanya ketakutan dari RIM untuk berinvestasi diakibatakan kekhawatiran akan dikenakan pajak ganda. Edy, mengatakan itu adalah informasi yang salah. Sebab, Indonesia dan Kanada punya kerjasama sehingga perusahaan tidak harus dua kali membayar pajak. “Maka, saya katakan kepada RIM, kenapa Anda tidak tanya ke pemerintah? Itu kesalahan fatal Anda,” kata Edy.

Dirinya juga menambahkan, yang membuat kecewa BlackBerry dengan Indonesia adalah ditahannya Presiden PT RIM Indonesia Andrew, terkait Penjualan Blackberry Bellgio di Pasific Place beberapa waktu lalu, di mana BlackBerry tidak tahu peraturan apa yang dilanggar.

"Mereka tidak terima teguran tertulis resmi tentang pelanggaran hukum yang dilakukan. Dubesnya kirim surat juga," tambah Edy.

Edy juga mengaku selama ini pihak RIM juga sudah datang ke Indonesia menanggapi adanya permasalahan ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa pernah mengatakan bila tidak dipilihnya Indonesia oleh produsen BlackBerry, Research In Motion (RIM) untuk investasi jangan ditanggapi seperti orang kebakaran jenggot. Yang harus dilakukan adalah memperbaiki iklim investasi Indonesia untuk ke depannya.

"Pada akhirnya BlackBerry tidak memilih kita, jangan ngambek. Jangan kebakaran jenggot, sudahlah," ungkap Hatta beberapa waktu lalu.

Walaupun demikian, Hatta mengatakan, kalau peluang BlackBerry untuk investasi di Indonesia masih ada, karena memang pangsa pasar Indonesia yang cukup luas. "Saya kira peluang untuk itu masih ada, bukan hanya RIM loh, Iphone sudah meningkat juga," pungkasnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4231 seconds (0.1#10.140)