Garuda cicil utang USD131 juta
A
A
A
Sindonews.com - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berencana mencicil utang USD131 juta pada tahun ini. Pembayaran ini dapat mengurangi utang perseroan yang di akhir 2011 mencapai USD512 juta.
Direktur Keuangan GIAA, Elisa Lumbantoruan mengatakan, dana pembayaran utang berasal dari operating cashflow, sisa dana initial public offering (IPO) serta pendanaan dari financing. Untuk diketahui, pada akhir 2011 posisi utang perseroan mencapai USD512 juta dolar.
”Tahun ini, perseroan juga akan mengajukan pinjaman perbankan untuk mendanai capex 2012, namun belum bisa menyebutkan besaran angkanya. Karena harus dimintakan izin RUPS,” tuturnya kepada wartawan.
Tahun ini, lanjut dia, GIAA menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 21 persen dari pendapatan unaudited 2011 sebesar Rp27,1 triliun. Untuk itu perseroan berencana menambah 18 pesawat baru dan mempersiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) Rp1,4 triliun.
Direktur Utama GIAA, Emirsyah Satar mengatakan, tahun lalu perseroan mempergunakan 87 pesawat dan tahun ini diproyeksikan bertambah menjadi 105 unit pesawat.
Untuk itu, perseroan akan membuka sejumlah rute domestik dan internasional. Antara lain, Jakarta-Pekanbaru, Jakarta- Batam, Jakarta-Taipe, serta Jakarta-Tokyo/Haneda.
Dia berharap, adanya penambahan jumlah pesawat dapat meningkatkan jumlah penumpang yang diangkut perseroan. "Pada 2011, jumlah penumpang yang diangkut berjumlah 17,1 juta. Sementara pada 2012 kami targetkan menjadi 22 juta penumpang," katanya.
Sejalan dengan fokus pelaksanaan program quantum leap, pada 2012 untuk menuju maskapai global alliance, pada tahun ini perseroan akan melaksanakan kuasireorganisasi, spin off citilink menjadi perusahaan mandiri. Serta meresmikan Medan sebagai hub ke-4, melaksanakan pengoperasian pesawat sub-100 seater serta membuat terminal khusus di Bandara Juanda.
Pada kuartal ketiga, GIAA akan menempatkan pesawat-pesawat sub- 100 seater pada beberapa ‘hub’, yakni Makassar, Medan dan Denpasar.
Analis Etrading Securities Muhammad Wafi dalam risetnya, mengatakan proses efisiensi dan ekspansi (Quantum Leap) yang dijanjikan manajemen perseroan pada awal tahun terlihat membuahkan hasil yang cukup baik hingga saat ini.
”Kinerja bisnis perusahaan Garuda secara individu maupun grup menunjukkan perkembangan yang positif, dimana tingkat keterisian (load factor) yang menjadi acuan pendapatan perusahaan terlihat membaik dari waktu ke waktu,” paparnya.
Dia menambahkan secara industri, hingga saat ini Garuda merupakan pemimpin pasar (market leader) penerbangan. Hal ini ditunjang prospek industri penerbangan yang semakin baik dari waktu ke waktu.
”Dengan menggunakan Earning Per Share (EPS) selama 12 bulan terakhir di angka 38.46x dan harga penutupan terakhir di level Rp420 per lembar, maka price earning ratio (PER) Garuda saat ini berada di level 11x,” ujarnya.
Menurut Wafi, dibandingkan dengan maskapai lainnya, PER Garuda masih di bawah rata-rata PER maskapai lainnya. "Namun pendapatan perseroan pada kuartal IV/2011 ini diperkirakan akan naik melebihi target semula. Ini mengingat telah dimulainya musim haji sehingga tingkat keterisian penumpang juga akan ikut mengalami kenaikan.
Meski begitu perusahaan tidak berani menghitung berapa kenaikan pendapatan yang akan disumbangkan dari musim haji ini mengingat margin keuntungan yang didapat tidak terlalu besar serta beban operasional perusahaan yang besar,” pungkasnya. (ank)
Direktur Keuangan GIAA, Elisa Lumbantoruan mengatakan, dana pembayaran utang berasal dari operating cashflow, sisa dana initial public offering (IPO) serta pendanaan dari financing. Untuk diketahui, pada akhir 2011 posisi utang perseroan mencapai USD512 juta dolar.
”Tahun ini, perseroan juga akan mengajukan pinjaman perbankan untuk mendanai capex 2012, namun belum bisa menyebutkan besaran angkanya. Karena harus dimintakan izin RUPS,” tuturnya kepada wartawan.
Tahun ini, lanjut dia, GIAA menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 21 persen dari pendapatan unaudited 2011 sebesar Rp27,1 triliun. Untuk itu perseroan berencana menambah 18 pesawat baru dan mempersiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) Rp1,4 triliun.
Direktur Utama GIAA, Emirsyah Satar mengatakan, tahun lalu perseroan mempergunakan 87 pesawat dan tahun ini diproyeksikan bertambah menjadi 105 unit pesawat.
Untuk itu, perseroan akan membuka sejumlah rute domestik dan internasional. Antara lain, Jakarta-Pekanbaru, Jakarta- Batam, Jakarta-Taipe, serta Jakarta-Tokyo/Haneda.
Dia berharap, adanya penambahan jumlah pesawat dapat meningkatkan jumlah penumpang yang diangkut perseroan. "Pada 2011, jumlah penumpang yang diangkut berjumlah 17,1 juta. Sementara pada 2012 kami targetkan menjadi 22 juta penumpang," katanya.
Sejalan dengan fokus pelaksanaan program quantum leap, pada 2012 untuk menuju maskapai global alliance, pada tahun ini perseroan akan melaksanakan kuasireorganisasi, spin off citilink menjadi perusahaan mandiri. Serta meresmikan Medan sebagai hub ke-4, melaksanakan pengoperasian pesawat sub-100 seater serta membuat terminal khusus di Bandara Juanda.
Pada kuartal ketiga, GIAA akan menempatkan pesawat-pesawat sub- 100 seater pada beberapa ‘hub’, yakni Makassar, Medan dan Denpasar.
Analis Etrading Securities Muhammad Wafi dalam risetnya, mengatakan proses efisiensi dan ekspansi (Quantum Leap) yang dijanjikan manajemen perseroan pada awal tahun terlihat membuahkan hasil yang cukup baik hingga saat ini.
”Kinerja bisnis perusahaan Garuda secara individu maupun grup menunjukkan perkembangan yang positif, dimana tingkat keterisian (load factor) yang menjadi acuan pendapatan perusahaan terlihat membaik dari waktu ke waktu,” paparnya.
Dia menambahkan secara industri, hingga saat ini Garuda merupakan pemimpin pasar (market leader) penerbangan. Hal ini ditunjang prospek industri penerbangan yang semakin baik dari waktu ke waktu.
”Dengan menggunakan Earning Per Share (EPS) selama 12 bulan terakhir di angka 38.46x dan harga penutupan terakhir di level Rp420 per lembar, maka price earning ratio (PER) Garuda saat ini berada di level 11x,” ujarnya.
Menurut Wafi, dibandingkan dengan maskapai lainnya, PER Garuda masih di bawah rata-rata PER maskapai lainnya. "Namun pendapatan perseroan pada kuartal IV/2011 ini diperkirakan akan naik melebihi target semula. Ini mengingat telah dimulainya musim haji sehingga tingkat keterisian penumpang juga akan ikut mengalami kenaikan.
Meski begitu perusahaan tidak berani menghitung berapa kenaikan pendapatan yang akan disumbangkan dari musim haji ini mengingat margin keuntungan yang didapat tidak terlalu besar serta beban operasional perusahaan yang besar,” pungkasnya. (ank)
()