Holding BUMN kertas akan dibentuk
A
A
A
Sindonews.com - Selain melakukan holdingisasi terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan dan kehutanan, pihak kementerian BUMN kini tengah mengkaji untuk dilakukannya potensi holding BUMN kertas.
"Saat ini kita sedang mengkaji apakah BUMN kertas ini berpotensi untuk dilakukan holding," ungkap Asisten Deputi Kementerian BUMN bidang industri strategis dan manufaktur, Gatot Trihargo kala ditemui usai salat jumat, di Gedung Kementerian BUMN, di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (13/1/2012).
Adapun tujuan daripada holdingisasi BUMN kertas tersebut dilakukan dalam rangka perampingan BUMN. Hingga saat ini, pengkajian tersebut sedang dilakukan oleh sebuah perusahaan konsultan guna melakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi holdingisasi BUMN kertas tersebut.
Gatot juga tidak bisa menjelaskan kapan aka dilakukannya holdingisasi BUMN kertas tersebut dikarenakan masih banyaknya permasalahan internal dalam BUMN kertas tersebut.
Sekedar informasi, saat ini terdapat beberapa BUMN kertas yaitu PT Kertas Leces, PT Kertas Padalarang dan lain-lain. Sesuai rencana, dengan adanya perampingan maka hanya akan ada 25 BUMN yang beroperasi pada 2025.
"Harusnya cuma empat hingga lima sektoral holding, yang membidangi sektor seperti infrastruktur, investasi, dan transportasi," ungkap Hatta beberapa wajtu lalu.
Pemerintah menilai perlunya dilakukan perampingan jumlah sesuai kebutuhan. Perampingan tersebut bisa dilakukan melalui merger, privatisasi, seltoral holding maupun likuidasi.
Jika mengacu pada roadmap BUMN, pada 2014 diharapkan hanya ada 78 BUMN, dan 25 BUMN pada 2025 mendatang. Kementerian BUMN sendiri berencana membentuk holding sektoral dengan tim manajemen yang kuat dan lebih fokus.
Pemerintah menilai perampingan jumlah BUMN ini telah sesuai kebutuhan. Selain efisiensi, perampingan juga dilakukan dengan melihat kinerja mereka.
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan untuk perampingan adalah masih banyaknya perusahaan BUMN yang tidak menghasilkan keuntungan. Berdasarkan data yang ada, dari total 141 perusahaan BUMN, 131 di antaranya berhasil memperoleh laba. Sementara 67 sisanya mampu memberikan dividen bagi negara.
"Sepuluh yang rugi terus. Jadi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh BUMN. Misalnya, mengakselerasi peran dan kinerja BUMN,” tandasnya.
"Saat ini kita sedang mengkaji apakah BUMN kertas ini berpotensi untuk dilakukan holding," ungkap Asisten Deputi Kementerian BUMN bidang industri strategis dan manufaktur, Gatot Trihargo kala ditemui usai salat jumat, di Gedung Kementerian BUMN, di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (13/1/2012).
Adapun tujuan daripada holdingisasi BUMN kertas tersebut dilakukan dalam rangka perampingan BUMN. Hingga saat ini, pengkajian tersebut sedang dilakukan oleh sebuah perusahaan konsultan guna melakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi holdingisasi BUMN kertas tersebut.
Gatot juga tidak bisa menjelaskan kapan aka dilakukannya holdingisasi BUMN kertas tersebut dikarenakan masih banyaknya permasalahan internal dalam BUMN kertas tersebut.
Sekedar informasi, saat ini terdapat beberapa BUMN kertas yaitu PT Kertas Leces, PT Kertas Padalarang dan lain-lain. Sesuai rencana, dengan adanya perampingan maka hanya akan ada 25 BUMN yang beroperasi pada 2025.
"Harusnya cuma empat hingga lima sektoral holding, yang membidangi sektor seperti infrastruktur, investasi, dan transportasi," ungkap Hatta beberapa wajtu lalu.
Pemerintah menilai perlunya dilakukan perampingan jumlah sesuai kebutuhan. Perampingan tersebut bisa dilakukan melalui merger, privatisasi, seltoral holding maupun likuidasi.
Jika mengacu pada roadmap BUMN, pada 2014 diharapkan hanya ada 78 BUMN, dan 25 BUMN pada 2025 mendatang. Kementerian BUMN sendiri berencana membentuk holding sektoral dengan tim manajemen yang kuat dan lebih fokus.
Pemerintah menilai perampingan jumlah BUMN ini telah sesuai kebutuhan. Selain efisiensi, perampingan juga dilakukan dengan melihat kinerja mereka.
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan untuk perampingan adalah masih banyaknya perusahaan BUMN yang tidak menghasilkan keuntungan. Berdasarkan data yang ada, dari total 141 perusahaan BUMN, 131 di antaranya berhasil memperoleh laba. Sementara 67 sisanya mampu memberikan dividen bagi negara.
"Sepuluh yang rugi terus. Jadi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh BUMN. Misalnya, mengakselerasi peran dan kinerja BUMN,” tandasnya.
()