Converter kit andalkan impor dari Italia

Sabtu, 14 Januari 2012 - 11:01 WIB
Converter kit andalkan impor dari Italia
Converter kit andalkan impor dari Italia
A A A
Sindonews.com – Sekitar 60 persen komponen atau bahan baku converter kit akan mengandalkan produk impor dari Italia. Namun, proses merakit produk tersebut dilakukan di Indonesia di bawah koordinasi PT Dirgantara Indonesia (DI).

Wakil Menteri Energi SumberDaya Mineral(ESDM) Widjajono Partowidagdo mengatakan, produksi converter kit tahap awal, Indonesia masih perlu mengimpor komponen dari Italia. Komponen yang diimpor yaitu alat-alat yang belum bisa diproduksi di Indonesia dan harga jualnya relatif rendah. Sisanya menggunakan komponen buatan dalam negeri.

”Tabung termasuk salah satu komponen yang kita buat sendiri,”ujar Widjajono di Kantor PT Dirgantara Indonesia, Kota Bandung,kemarin.

Paling tidak sampai akhir 2012, impor komponen bisa diperkecil menjadi 30 persen, sehingga 70 persen komponen lainnya dari dalam negeri. Komponen impor dan lokal akan dirakit di Indonesia menjadi converter kit untuk CNG dan LPG.

Proses perakitan komponen dilakukan di bawah koordinasi PT DI melibatkan sejumlah BUMN dan kalangan swasta. Seperti PT Pindad, PT INTI, PT Krakatau Steel,dan lainnya.

Menurut dia, converter kit CNG dan LPG akan dikembangkan di Indonesia. Masyarakat akan memilih sendiri penggunaan converter kit CNG atau LPG. Keduanya memiliki kelebihan. CNG memiliki harga gas lebih murah daripada LPG. Namun, pasokan LPG lebih mudah didapat daripada CNG. Menurut dia, harga jual CNG yaitu Rp4.100 per kg atau bahkan lebih murah dari harga premium bersubsidi.

Sementara harga jual LPG masih lebih mahal yaitu Rp5.600 per kg. Itu pun disubsidi oleh pemerintah sebesar Rp1.000 per kg.”Tahun ini kita akan membangun 110 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) di Pulau Jawa. Saat ini baru ada sekitar 19 SPBBG di Jakarta,”katanya.

Pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp1 triliun. Dana itu untuk menyubsidi pembelian 44 ribu converter kit kendaraan umum.

Disinggung kesiapan pasokan gas seiring digulirkannya pembatasan BBM bersubsidi dan konversi BBM ke BBG, ESDM telah menyiapkannya jauh-jauh hari, karena produksi gas dalam negeri lima kali lipat dari produksi minyak. Menurut Program Manager BBG dari PT DI Achmad Saichu, beberapa komponen yang masih diimpor di antaranya multivalve, reducer, injector, ecu, filter, dan lainnya. Harga komponen impor tidak lebih dari 40 persen dari total ongkos produksi converter kit.

Karena, ongkos produksi terbesar berasal dari komponen tabung. ”Makanya, tabung dibuat di dalam negeri, karena ongkos produksi tabung mencapai 60 persen dari total ongkos produksi converter kit,” ujarnya.

Sales Direktur PT Dirgantara Indonesia Eka Wahyono memastikan produksi tabung untuk converter kit akan berjalan sesuai rencana termasuk standar kualitas produk.

PT DI sebagai leader dari proyek tersebut akan berperan sebagai BUMN yang merancang bangun, prototipe,serta sertifikasi produk. PT DI telah melakukan uji coba produk tersebut sejak September 2011 dengan memproduksi 500 converter kit. Produk itu telah digunakan di dua daerah di Indonesia yaitu 200 converter kit di Palembang dan 300 converter kit di Jakarta.

Biaya Impor Rp3 Triliun


Pemerintah menyiapkan dana Rp3 triliun untuk mengimpor converter kit atau alat konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas guna mendukung program pembatasan konsumsi BBM bersubsidi. Biaya impor tersebut akan diambil dari dana internal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012.

”Dana yang itu Rp3 triliun yang disediakan APBN kita. Ini sedang didiskusikan,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa saat berdiskusi dengan wartawan di Jakarta kemarin.

Hatta mengatakan,untuk sementara pemerintah akan mengimpor converter kit dari beberapa negara seperti Italia dan Argentina. Alat konversi tersebut dipastikan akan aman karena telah mendapatkan sertifikasi. Namun, dalam jangka panjang alat tersebut sudah harus diproduksi di dalam negeri dengan memberdayakan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Ke depan Indonesia membutuhkan jutaan converter kit untuk mendukung upaya konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG). ”Converter kit menumbuhkan semangat menggunakan produksi dalam negeri. PT DI diharapkan memproduksi itu, tapi kita ingin cepat (pengadaannya). Nanti kita cari celah seperti apa, kembangkan produk nasional ke depan,” kata Hatta.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6749 seconds (0.1#10.140)