Konversi BBM ke BBG terganjal converter kit
A
A
A
Sindonews.com - Pengalihan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) ternyata membutuhkan sebuah alat yang dinilai bisa menjadi alternatif dalam pembatasan BBM bersubsidi. Yaitu converter kit, sebuah alat yang berfungsi menyalurkan bahan bakar gas ke mesin sebagai pengganti BBM.
Menurut General Manager PT Autogas Indonesia Christianti, saat ini di Indonesia masih belum ada produk mobil pribadi yang berbahan bakar gas tanpa menggunakan converter kit. Maka tak heran, jika alat converter kit ini masih belum familiar di masyarakat. "Converter kit itu sebenarnya alat penambahan untuk kendaraan, yang biasa pakai BBM, bisa pakai gas," ungkap Christianti saat dihubungi melalui telepon seluler.
Dia menjelaskan, fungsi dari konverter kit adalah pengguna kendaraan bisa memilih menggunakan BBM atau BBG. Sehingga, nantinya jika pemerintah memberlakukan pembatasan BBM bersubsidi, yang salah satunya adalah dengan memberlakukan konversi BBM ke gas, masyarakat bisa menentukan pilihannya. "Jadi kalau dengan converter kit, bisa pakai gas atau BBM, punya dua pilihan," terangnya.
Sayangnya, alat yang dinilai sebagai salah satu cara untuk bisa merealisasikan rencana pemerintah dalam pembatasan BBM ini cukup mahal. Satu unit konnverter kit dibanderol Rp9-15 juta per unit. Maklum saja, alat tersebut harus diimpor langsung dari Italia, karena Indonesia belum memproduksi converter kit. "Sebenarnya harga variatif tergantung kualitas. Kita mendatangkan yang dari Italia, kualitasnya yang bagus," tuturnya.
Ada beberapa negara lain penghasil converter kit seperti China dan Pakistan. Namun, kualitas converter kit dari negara tersebut diakuinya masih jauh dibanding dengan Eropa yang memang sudah terlebih dahulu menggunakan gas sebagai bahan bakar transportasi. "Negara-negara Eropa sudah pakai lama," jelasnya singkat.
Diberitakan sebelumnya, untuk pembatasan penggunaan BBM subsidi pada April 2012 mendatang, pemerintah mempunyai opsi untuk mengalihkan pengguna BBM subsidi ke Liquified Gas for Vehicle (LGV) atau Compressed Natural Gas (CNG). Guna merealisasikan rencana pembatasan BBM tersebut, converter kit akan diprioritaskan untuk kendaraan umum atau angkot yang banyak digunakan di Jakarta. Kabarnya, converter kit akan diberikan secara cuma-cuma kepada kendaraan umum tersebut.
Program konversi BBM ke BBG ini masih terganjal kesiapan industri mobil. Perusahaan mobil asal Jepang misalnya, masih harus berdialog dulu dengan kantor pusat mereka di Tokyo mengenai kemungkinan mobil keluaran mereka dikonversi ke BBG menggunakan alat konversi (converter kit).
Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR mengaku baru mendengar mengenai rencana konversi BBM ke BBG. Karena itu, belum lama ini dia menyampaikan program itu ke pusat namun belum ada keputusan bagaimana menyikapinya. Dia menjelaskan, jika ada pembeli mobil Daihatsu yang ingin dibuatkan converter kit, harus meminta agar spesifikasinya disesuaikan dengan kendaraannya. Bahkan, Daihatsu di Jepang juga tidak memiliki converter kit keluaran Dahaitsu.
“Kami baru mendengar rencana pemerintah tersebut. Kami baru bicara pada principal (kantor pusat di Jepang). Kalau nanti dipasangkan converter kit, comply (sesuai) tidak dengan kendaraan yang sekarang ini kita produksi,” ujarnya belum lama ini.
Namun, dia menyatakan siap melakukan penyesuaian menjadi kendaraan berconverter kit. Sudirman optimisis hal itu bisa dilakukan, setelah dibicarakan dengan principal di Jepang. Sebab, principal merupakan pemegang merek. Selanjutnya akan dipertimbangkan apakah produk-produk Daihatsu, khususnya yang keluaran terdahulu, cocok dipasangkan dengan converter kit tertentu. Pembahasan itu masih dilakukan.
“Kira-kira harga coverter kitnya Rp 10-15 juta. Kita belum kontak langsung sih dengan pembuat converter kitnya. Pada prinsipnya sih kita mendukung program ini,” lanjut Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) itu.
Lebih lanjut Sudirman menjelaskan, perbedaan biaya produksi antara kendaraan yang menggunakan converter kit dan yang tidak. Menurutnya, selisihnya tergantung berapa harga converter kit-nya. Menurut Sudirman, perbandingan kendaraan yang memakai converter kit dengan tanpa converter kit sama seperti kendaraan yang menggunakan Air Conditioner (AC) dan yang tanpa AC.
“Misalnya begini, pakai AC mahal. Lalu pembeli memilih yang tanpa AC. Kira-kira begitu. Jadi kalau mau menggunakan BBM terus kan tidak butuh converter kit. Tapi kalau dia mau pindah menggunakan gas, ya harus beli converter kitnya,” katanya.
Dia mengakui butuh investasi tambahan untuk pemasangan dan penyesuaian converter kit. Namun yang paling utama adalah membuat kendaraan berconverter kit aman. “Terkait pipa dan komponen pendukung lainnya sedang dibicarakan,” tutup Sudirman. (bro)
Menurut General Manager PT Autogas Indonesia Christianti, saat ini di Indonesia masih belum ada produk mobil pribadi yang berbahan bakar gas tanpa menggunakan converter kit. Maka tak heran, jika alat converter kit ini masih belum familiar di masyarakat. "Converter kit itu sebenarnya alat penambahan untuk kendaraan, yang biasa pakai BBM, bisa pakai gas," ungkap Christianti saat dihubungi melalui telepon seluler.
Dia menjelaskan, fungsi dari konverter kit adalah pengguna kendaraan bisa memilih menggunakan BBM atau BBG. Sehingga, nantinya jika pemerintah memberlakukan pembatasan BBM bersubsidi, yang salah satunya adalah dengan memberlakukan konversi BBM ke gas, masyarakat bisa menentukan pilihannya. "Jadi kalau dengan converter kit, bisa pakai gas atau BBM, punya dua pilihan," terangnya.
Sayangnya, alat yang dinilai sebagai salah satu cara untuk bisa merealisasikan rencana pemerintah dalam pembatasan BBM ini cukup mahal. Satu unit konnverter kit dibanderol Rp9-15 juta per unit. Maklum saja, alat tersebut harus diimpor langsung dari Italia, karena Indonesia belum memproduksi converter kit. "Sebenarnya harga variatif tergantung kualitas. Kita mendatangkan yang dari Italia, kualitasnya yang bagus," tuturnya.
Ada beberapa negara lain penghasil converter kit seperti China dan Pakistan. Namun, kualitas converter kit dari negara tersebut diakuinya masih jauh dibanding dengan Eropa yang memang sudah terlebih dahulu menggunakan gas sebagai bahan bakar transportasi. "Negara-negara Eropa sudah pakai lama," jelasnya singkat.
Diberitakan sebelumnya, untuk pembatasan penggunaan BBM subsidi pada April 2012 mendatang, pemerintah mempunyai opsi untuk mengalihkan pengguna BBM subsidi ke Liquified Gas for Vehicle (LGV) atau Compressed Natural Gas (CNG). Guna merealisasikan rencana pembatasan BBM tersebut, converter kit akan diprioritaskan untuk kendaraan umum atau angkot yang banyak digunakan di Jakarta. Kabarnya, converter kit akan diberikan secara cuma-cuma kepada kendaraan umum tersebut.
Program konversi BBM ke BBG ini masih terganjal kesiapan industri mobil. Perusahaan mobil asal Jepang misalnya, masih harus berdialog dulu dengan kantor pusat mereka di Tokyo mengenai kemungkinan mobil keluaran mereka dikonversi ke BBG menggunakan alat konversi (converter kit).
Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR mengaku baru mendengar mengenai rencana konversi BBM ke BBG. Karena itu, belum lama ini dia menyampaikan program itu ke pusat namun belum ada keputusan bagaimana menyikapinya. Dia menjelaskan, jika ada pembeli mobil Daihatsu yang ingin dibuatkan converter kit, harus meminta agar spesifikasinya disesuaikan dengan kendaraannya. Bahkan, Daihatsu di Jepang juga tidak memiliki converter kit keluaran Dahaitsu.
“Kami baru mendengar rencana pemerintah tersebut. Kami baru bicara pada principal (kantor pusat di Jepang). Kalau nanti dipasangkan converter kit, comply (sesuai) tidak dengan kendaraan yang sekarang ini kita produksi,” ujarnya belum lama ini.
Namun, dia menyatakan siap melakukan penyesuaian menjadi kendaraan berconverter kit. Sudirman optimisis hal itu bisa dilakukan, setelah dibicarakan dengan principal di Jepang. Sebab, principal merupakan pemegang merek. Selanjutnya akan dipertimbangkan apakah produk-produk Daihatsu, khususnya yang keluaran terdahulu, cocok dipasangkan dengan converter kit tertentu. Pembahasan itu masih dilakukan.
“Kira-kira harga coverter kitnya Rp 10-15 juta. Kita belum kontak langsung sih dengan pembuat converter kitnya. Pada prinsipnya sih kita mendukung program ini,” lanjut Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) itu.
Lebih lanjut Sudirman menjelaskan, perbedaan biaya produksi antara kendaraan yang menggunakan converter kit dan yang tidak. Menurutnya, selisihnya tergantung berapa harga converter kit-nya. Menurut Sudirman, perbandingan kendaraan yang memakai converter kit dengan tanpa converter kit sama seperti kendaraan yang menggunakan Air Conditioner (AC) dan yang tanpa AC.
“Misalnya begini, pakai AC mahal. Lalu pembeli memilih yang tanpa AC. Kira-kira begitu. Jadi kalau mau menggunakan BBM terus kan tidak butuh converter kit. Tapi kalau dia mau pindah menggunakan gas, ya harus beli converter kitnya,” katanya.
Dia mengakui butuh investasi tambahan untuk pemasangan dan penyesuaian converter kit. Namun yang paling utama adalah membuat kendaraan berconverter kit aman. “Terkait pipa dan komponen pendukung lainnya sedang dibicarakan,” tutup Sudirman. (bro)
()