Calon dokter gigi si pembuat boneka edukasi gigi sehat
A
A
A
Sindonews.com - Hal yang besar berawal dari hal yang kecil, temukan hal sekecil apapun di sekitar, maka akan jadi peluang untuk berwirausaha. Begitulah satu kalimat inspirasi yang dipegang oleh Anggi Hayani, seorang wirausaha muda asal Medan kepada Sindonews beberapa waktu lalu di Jakarta.
Perempuan muda yang akrab dipanggil Anggi ini bersama seorang teman memulai berwirausaha pada bulan September 2010 lalu. Saat memulai dirinya baru memasuki terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Kecintaan terhadap program studi yang diambilnya membuat Anggi yang memang gemar desain dan menjahit ini, menciptakan sebuah produk boneka gigi yang bernama Kenkou Doolls.
"Pertama kali usaha ini dimulai karena aku sering melakukan penyuluhan sikat gigi yang benar, biasanya kan memakai pantom gigi yang dijual orang itu. Nah, ternyata kurang efektif untuk menarik minat anak-anak kecil dan setelah aku pikir-pikir lagi, aku coba untuk mengemas dalam bentuk boneka. Aku kenalin ke dokter-dokter gigi di sana, ternyata animo mereka tinggi dan mendukung, jadi aku bisnisin," kisah Anggi kepada Sindonews.
Produk yang ditawarkan perempuan berusia 22 tahun ini adalah boneka yang berbasis kesehatan gigi dan mulut sebagai bentuk pengganti dari pantom atau model gigi di kedokteran gigi. Boneka ini merupakan alat percobaan sikat gigi yang baik dan benar buat anak-anak. Selain memiliki karakter boneka tersebut juga sebagai story telling ke anak-anak buat motivasi mereka menjaga kesehatan giginya.
"Biasanya untuk para orangtua kan tahu cara menggosok gigi yang benar, jadi tinggal nanti orangtua yang ngajarin ke anaknya. Jadi cara sikat gigi kayak gini, nanti mereka bermain sendiri dengan bonekanya, jadi boneka tersebut disikat-sikatin dan secara tidak langsung terekam di memori otak mereka sendiri, bagaimana cara sikat gigi yang benar terus sikat gigi mereka sendri," tuturnya.
Selain boneka dengan bentuk tiga dimensi, Anggi juga memproduksi souvenir yang berbentuk dua dimensi yang terdiri dari kain flanel yang dijahit depan dan belakang dan cenderung di pesan oleh dokter gigi untuk souvenirnya kepada pasien.
Diakui Anggi, modal awal yang dipergunakan sebesar Rp4,2 juta untuk memproduksi 20 boneka dengan beberapa kali perubahan model desain hingga menemukan yang pas. Namun sekarang Anggi sudah dapat memproduksi 30 boneka perbulan yang terdiri dari dua ukuran, yang kecil dan yang besar dengan omset 50-60 juta per tahunnya. Adapun harga yang ditawarkan untuk boneka kecil sebesar Rp160 ribu dan boneka besar sebesar Rp200 ribu-Rp225 ribu.
"Untuk memproduksi ini kita menggunakan beberapa kali kajian, seperti model terus warna yang awalnya putih dan gigi sehat saja terus berubah menjadi warna biru dan merah juga di tambah bentuk gigi sakitnya. Kan kita lihat pasarnya juga, warna dan bentuk apa yang cocok baru kita produksi, sehingga produk kita juga lebih variatif kan," jelas cewek mungil ini.
Home industri yang sudah dijalani sekitar satu tahun lebih saat ini memiliki dua orang karyawan dengan penjualan ke daerah Jakarta, Yogyakarta, Padang dan Palembang serta diekspor hingga Singapura. Pola pemasaran yang masih diandalkan adalah via online meliputi jejaring sosial Facebook, Twitter dan Blog. Sedangkan sekmentasi pasar yang dituju adalah para orangtua beserta anak-anak mereka, sekolah, dan para dokter gigi.
Di tahun 2012, perempuan yang aktif berorganisasi ini berharap dapat menyelesaikan sertifikasi hak cipta, sehingga dapat mendirikan outlet dan membuka pasar lebih besar lagi. "Aku kedepannya menargetkan penjualan meningkat tiga sampai dengan lima kali lipat dan di luar itu aku juga lagi proses untuk program Medan untuk gigi sehat sehat di 2013 yang dimana semua sekolah-sekolah di sana memakai boneka ini," pungkasnya.
Perempuan muda yang akrab dipanggil Anggi ini bersama seorang teman memulai berwirausaha pada bulan September 2010 lalu. Saat memulai dirinya baru memasuki terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Kecintaan terhadap program studi yang diambilnya membuat Anggi yang memang gemar desain dan menjahit ini, menciptakan sebuah produk boneka gigi yang bernama Kenkou Doolls.
"Pertama kali usaha ini dimulai karena aku sering melakukan penyuluhan sikat gigi yang benar, biasanya kan memakai pantom gigi yang dijual orang itu. Nah, ternyata kurang efektif untuk menarik minat anak-anak kecil dan setelah aku pikir-pikir lagi, aku coba untuk mengemas dalam bentuk boneka. Aku kenalin ke dokter-dokter gigi di sana, ternyata animo mereka tinggi dan mendukung, jadi aku bisnisin," kisah Anggi kepada Sindonews.
Produk yang ditawarkan perempuan berusia 22 tahun ini adalah boneka yang berbasis kesehatan gigi dan mulut sebagai bentuk pengganti dari pantom atau model gigi di kedokteran gigi. Boneka ini merupakan alat percobaan sikat gigi yang baik dan benar buat anak-anak. Selain memiliki karakter boneka tersebut juga sebagai story telling ke anak-anak buat motivasi mereka menjaga kesehatan giginya.
"Biasanya untuk para orangtua kan tahu cara menggosok gigi yang benar, jadi tinggal nanti orangtua yang ngajarin ke anaknya. Jadi cara sikat gigi kayak gini, nanti mereka bermain sendiri dengan bonekanya, jadi boneka tersebut disikat-sikatin dan secara tidak langsung terekam di memori otak mereka sendiri, bagaimana cara sikat gigi yang benar terus sikat gigi mereka sendri," tuturnya.
Selain boneka dengan bentuk tiga dimensi, Anggi juga memproduksi souvenir yang berbentuk dua dimensi yang terdiri dari kain flanel yang dijahit depan dan belakang dan cenderung di pesan oleh dokter gigi untuk souvenirnya kepada pasien.
Diakui Anggi, modal awal yang dipergunakan sebesar Rp4,2 juta untuk memproduksi 20 boneka dengan beberapa kali perubahan model desain hingga menemukan yang pas. Namun sekarang Anggi sudah dapat memproduksi 30 boneka perbulan yang terdiri dari dua ukuran, yang kecil dan yang besar dengan omset 50-60 juta per tahunnya. Adapun harga yang ditawarkan untuk boneka kecil sebesar Rp160 ribu dan boneka besar sebesar Rp200 ribu-Rp225 ribu.
"Untuk memproduksi ini kita menggunakan beberapa kali kajian, seperti model terus warna yang awalnya putih dan gigi sehat saja terus berubah menjadi warna biru dan merah juga di tambah bentuk gigi sakitnya. Kan kita lihat pasarnya juga, warna dan bentuk apa yang cocok baru kita produksi, sehingga produk kita juga lebih variatif kan," jelas cewek mungil ini.
Home industri yang sudah dijalani sekitar satu tahun lebih saat ini memiliki dua orang karyawan dengan penjualan ke daerah Jakarta, Yogyakarta, Padang dan Palembang serta diekspor hingga Singapura. Pola pemasaran yang masih diandalkan adalah via online meliputi jejaring sosial Facebook, Twitter dan Blog. Sedangkan sekmentasi pasar yang dituju adalah para orangtua beserta anak-anak mereka, sekolah, dan para dokter gigi.
Di tahun 2012, perempuan yang aktif berorganisasi ini berharap dapat menyelesaikan sertifikasi hak cipta, sehingga dapat mendirikan outlet dan membuka pasar lebih besar lagi. "Aku kedepannya menargetkan penjualan meningkat tiga sampai dengan lima kali lipat dan di luar itu aku juga lagi proses untuk program Medan untuk gigi sehat sehat di 2013 yang dimana semua sekolah-sekolah di sana memakai boneka ini," pungkasnya.
()