Volume penjualan kaca diprediksi naik 6,5%

Senin, 23 Januari 2012 - 14:43 WIB
Volume penjualan kaca...
Volume penjualan kaca diprediksi naik 6,5%
A A A
Sindonews.com - Volume penjualan kaca nasional pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 1,17-1,2 juta ton. Jumlah itu mengalami kenaikan sekitar 6,5 persen dari tahun lalu yang juga diperkirakan sebesar 1,1 juta ton.

Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan, sebesar 70-75 persen dari total penjualan pada tahun lalu adalah dikonsumsi oleh sektor properti.

"Tahun 2012, kami sedikit pesimis. Kalau penjualan tumbuh sesuai pertumbuhan ekonomi, sudah bagus. Mungkin, bisa tumbuh sekitar 6,5 persen," kata Yustinus di Jakarta kemarin. Sedangkan sisanya 25-30 persen digunakan oleh sektor automotif.

"Sekitar 45 persen dari produksi kita ekspor. Terutama, untuk kaca lembaran. Karena sektor properti di luar memang masih bagus. Tapi, kita juga khawatir. Karena, Januari ini, mulai terjadi pengurangan ekspor," tuturnya.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto pernah mengatakan, pertumbuhan penjualan kaca nasional memang didorong oleh sektor automotif dan properti."Kalau pasar tumbuh, itu mengikuti automotif dan properti. Namun, impor kaca memang tinggi, seperti kaca patri dan pengaman," kata Panggah.

Lebih lanjut Yustinus mengatakan, kapasitas terpasang industri kaca nasional saat ini mencapai 1,43 juta ton. "Saat ini, utilisasi industri hampir 85 persen. Sampai saat ini, belum ada gejala ekspansi yang terlihat. Kalau pun ada kenaikan permintaan, masih diatasi dengan peningkatan produktivitas," jelasnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pertumbuhan industri kaca lembaran nasional pada tahun ini ditentukan oleh pasokan dan harga gas bumi. Dia mencontohkan, harga gas bumi untuk industri di wilayah Jawa Timur naik 36 persen.

"Kenaikan harganya luar biasa. Kondisi ini diperparah dengan rencana kenaikan TDL sebesar 10 persen. AKLP dan industri-industri yang tergabung dalam FIPGB terus berjuang untuk mendapat kepastian suplai gas" tegasnya.

Kondisi itu, kata dia, akan menyebabkan kenaikan harga produk. "Saat ini, kebutuhan di dalam negeri sekitar 600 ribu-650 ribu ton per tahun. Dengan bea masuk murah, akan lebih mudah mengimpor karena produksi di dalam negeri mahal," ucapnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6374 seconds (0.1#10.140)