Daya saing industri dijaga

Rabu, 25 Januari 2012 - 08:45 WIB
Daya saing industri...
Daya saing industri dijaga
A A A


Sindonews.com - Daya saing sektor industri nasional dan sektor riil harus ditingkatkan untuk mempertahankan kinerja di tengah semakin tingginya ketidakpastian perekonomian global. Dampak buruk perlambatan ekonomi dunia berpotensi masuk dan menyerang sektor riil di dalam negeri.

“Ada hal-hal yang menjadi perhatian kita untuk menjaga daya saing industri dan sektor riil,” tegas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa seusai rapat koordinasi sektor riil di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa 24 Januari 2012.

Sistem logistik nasional (sislognas) merupakan simpul utama untuk meningkatkan daya saing industri. Dalam kaitannya dengan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, sistem logistik harus terintegrasi. Kekuatan daya saing nasional bermuara pada kecepatan arus distribusi barang yang tidak boleh terhambat. Untuk itu,pemerintah menjanjikan percepatan pembangunan dan ketersediaan infrastruktur yang memudahkan industri nasional.

Pemerintah meluncurkan wacana modernisasi pelabuhan untuk mengurangi keterlambatan dan ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dengan alokasi anggaran Rp3 triliun untuk meningkatkan konektivitas antarpulau di Indonesia timur. Jajaran menteri-menteri ekonomi telah membentuk beberapa gugus tugas.

Pertama, gugus tugas penanggulangan hambatan industri dan perdagangan, di mana di dalamnya termasuk investasi. Kedua, gugus kerja perlindungan pasar dalam negeri atau save guard. Ketiga,peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Revisi Peraturan Presiden (Perpres) nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa, akan menyertakan pengawasan terhadap penggunaan belanja dalam negeri yang terkait dengan local content (muatan lokal).

“Sekarang sedang digodok. Maret mendatang semua harus sudah selesai,” katanya.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan bahan baku industri dengan mendirikan industri bahan baku dan bahan penolong di dalam negeri.

“Agar ketika industri kita tumbuh besar, maka ketergantungannya pada impor bahan baku juga berkurang,” kata mantan Menteri Perhubungan ini.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurti menambahkan, untuk perlindungan pasar dalam negeri, proteksi terhadap konsumen menjadi poin utama. Selain itu, harus dipastikan tidak ada tindakan atau perilaku tidak fair dari mitra dagang Indonesia di luar.

“Misalnya, dalam bentuk dumping, dalam bentuk membuang barang mereka ke kita dan seterusnya,” kata Bayu di tempat yang sama.

Sementara untuk kelancaran arus distribusi barang, dalam jangka pendek, beberapa titik atau simpul yang masih dinilai menjadi penghambat harus dicari pemecahannya. Dia mencontohkan hambatan di pelabuhan, masalah perizinan, dan yang berkaitan dengan ekonomi biaya tinggi. “Itu yang menjadi konsentrasi,” tandasnya.

Hambatan distribusi juga tidak terlepas dari faktor sarana dan prasarana atau infrastruktur. Pembangunan infrastruktur dalam jangka pendek akan dikonsentrasikan khusus untuk mendukung kelancaran arus barang.
Menurut dia, komitmen pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur tidak hanya berdampak positif bagi sarana dan prasarana, tapi juga pada arus logistik nasional.

Seperti diketahui, peringkat daya saing Indonesia dalam Global Competitiveness Report 2011 versi Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) turun dua peringkat ke urutan 46 dari 142 negara yang disurvei oleh WEF untuk periode 2011-2012.

Dalam catatan WEF, faktor yang memengaruhi daya saing Indonesia antara lain kondisi infrastruktur yang dianggap masih memprihatinkan.

Antara lain kualitas dari fasilitas pelabuhan dan keterbastasan pasokan listrik belum menunjukkan kemajuan.Kualitas dari fasilitas pelabuhan menempati urutan ke-103 atau turun tujuh peringkat, sedangkan pasokan listrik di urutan ke-98. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1447 seconds (0.1#10.140)