Antisipasi harga minyak dunia, APBN-P bisa dipercepat
Kamis, 26 Januari 2012 - 15:03 WIB

Antisipasi harga minyak dunia, APBN-P bisa dipercepat
A
A
A
Sindonews.com - Blokade di Selat Hormuz oleh pemerintah Iran yang mendongkrak harga minyak dunia membuat pemerintah mempersiapkan langkah antisipasi. Salah satunya yaitu dengan kemungkinan mempercepat pembahasan APBN Perubahan (APBN-P) tanpa harus menunggu bulan Agustus mendatang.
"selalu ada ruang untuk perubahan tersebut, seandainya ada selisih harga yang terlalu besar terhadap asumsi ICP kita, tentu kita akan melakukan APBN-P, dan itu setiap saat kita sudah siap untuk lakukan bahkan sebelum penetapannya," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo ketika ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (27/1/2012).
Agus menyebutkan pemerintah mulai saat ini mewaspadai dengan seksama, sehingga bisa merespon dengan cepat segala apa yang terjadi di ekonomi global yang ikut mempengaruhi ekonomi nasional dalam bentuk policy-policy.
"Kita meyakini policy itu dapat membuat iklim ekonomi kita akan terjaga dengan baik. Sehingga APBN kita kredible, tetap sehat dan sesuai target," pungkas dia.
Sementara itu, terkait opsi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk mengurangi beban subsidi juga dinilai sebagai sebagai salah satu langkah yang tepat. Pengamat Perminyakan Priagung Rakhmanto menegaskan kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000-Rp1.500 adalah opsi yang paling cocok dalam kondisi jika terjadinya kenaikan minyak dunia.
"Jika tidak ingin dana subsidi terus membengkak, maka harga BBM dinaikkan adalah opsi yang pas, karena memang lebih baik dana Rp150 triliun tersebut dialokasikan ke hal-hal lain kan seperti infatruktur dan yang lainnya, seperti yang saya sudah usulkan ke DPR beberapa waktu lalu," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, blokade Selat Hormuz yang akan dilakukan Iran memang akan berdampak kepada negara-negara yang masih melakukan impor minyak dalam jumlah banyak, termasuk Indonesia. Dan untuk mengatasi kenaikan harga minyak pemerintah kemungkinan akan menambah biaya subsidi.
"Kita tidak akan langsung menaikkan harga minyak, tapi kita akan nambah biaya subsidi yang setiap waktu terus membengkak dan Indonesia selalu rugi," ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widjajono Partowidagdo kepada Sindonews kemarin.
Menurut Widjajono, harga minyak dunia pasti akan mendongkrak harga Indonesia Crude Price (ICP). Kondisi selama ini Indonesia masih bergantung pada Bahan Bakar Minyak, maka ketika ada permasalahan global yang menyebabkan harga minyak dunia naik, hanya dampak negatif akan didapatkan.
Masih menurut Widjajono, nominal kerugian yang akan diterima Indonesia karena blokade Selat Hormuz ini belum dapat dipastikan. Karena sampai saat ini juga belum ada kepastian nominal kenaikan harga tersebut.
"Kalau untuk angka-angka kita memang belum bisa prediksi karena belum ada kejelasan juga. Jadi, apapun yang terjadi nanti, tapi kita akan terus cari solusi alternatifnya," pungkasnya.
"selalu ada ruang untuk perubahan tersebut, seandainya ada selisih harga yang terlalu besar terhadap asumsi ICP kita, tentu kita akan melakukan APBN-P, dan itu setiap saat kita sudah siap untuk lakukan bahkan sebelum penetapannya," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo ketika ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (27/1/2012).
Agus menyebutkan pemerintah mulai saat ini mewaspadai dengan seksama, sehingga bisa merespon dengan cepat segala apa yang terjadi di ekonomi global yang ikut mempengaruhi ekonomi nasional dalam bentuk policy-policy.
"Kita meyakini policy itu dapat membuat iklim ekonomi kita akan terjaga dengan baik. Sehingga APBN kita kredible, tetap sehat dan sesuai target," pungkas dia.
Sementara itu, terkait opsi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk mengurangi beban subsidi juga dinilai sebagai sebagai salah satu langkah yang tepat. Pengamat Perminyakan Priagung Rakhmanto menegaskan kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000-Rp1.500 adalah opsi yang paling cocok dalam kondisi jika terjadinya kenaikan minyak dunia.
"Jika tidak ingin dana subsidi terus membengkak, maka harga BBM dinaikkan adalah opsi yang pas, karena memang lebih baik dana Rp150 triliun tersebut dialokasikan ke hal-hal lain kan seperti infatruktur dan yang lainnya, seperti yang saya sudah usulkan ke DPR beberapa waktu lalu," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, blokade Selat Hormuz yang akan dilakukan Iran memang akan berdampak kepada negara-negara yang masih melakukan impor minyak dalam jumlah banyak, termasuk Indonesia. Dan untuk mengatasi kenaikan harga minyak pemerintah kemungkinan akan menambah biaya subsidi.
"Kita tidak akan langsung menaikkan harga minyak, tapi kita akan nambah biaya subsidi yang setiap waktu terus membengkak dan Indonesia selalu rugi," ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widjajono Partowidagdo kepada Sindonews kemarin.
Menurut Widjajono, harga minyak dunia pasti akan mendongkrak harga Indonesia Crude Price (ICP). Kondisi selama ini Indonesia masih bergantung pada Bahan Bakar Minyak, maka ketika ada permasalahan global yang menyebabkan harga minyak dunia naik, hanya dampak negatif akan didapatkan.
Masih menurut Widjajono, nominal kerugian yang akan diterima Indonesia karena blokade Selat Hormuz ini belum dapat dipastikan. Karena sampai saat ini juga belum ada kepastian nominal kenaikan harga tersebut.
"Kalau untuk angka-angka kita memang belum bisa prediksi karena belum ada kejelasan juga. Jadi, apapun yang terjadi nanti, tapi kita akan terus cari solusi alternatifnya," pungkasnya.
()