Pedagang Pasar Perumnas keluhkan pendapatan anjlok 80%

Kamis, 26 Januari 2012 - 16:37 WIB
Pedagang Pasar Perumnas keluhkan pendapatan anjlok 80%
Pedagang Pasar Perumnas keluhkan pendapatan anjlok 80%
A A A
Sindonews.com - Akibat belum terbangunnya Pasar Perumnas pasca kebakaran 2010 lalu, pedagang Pasar Perumnas mengeluhkan omzet pendapatan yang menurun hingga 80 persen.

Kondisi itu diperparah dengan utang sewa kios mereka kepada bank yang masa kontraknya masih sekitar enam tahun lagi. Mereka pun mendesak Pemkot Cirebon melalui DPRD untuk segera membangun pasar yang baru.

Desakan itu disampaikan kemarin dengan kedatangan mereka ke Gedung DPRD di Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, kepada Komisi B. Para pedagang yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Pasar (IPP) Perumnas mengeluhkan Pemkot yang dinilai lamban serta kekurangpekaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar sebagai pengelola pasar.

Ketua IPP Perumnas M Hasir mengungkapkan, pasca kebakaran 16 Juni 2010 yang mengakibatkan sekitar 100 kios terbakar, para pedagang tidak bisa berjualan lagi seperti sedia kala. Sejumlah keterbatasan harus mereka hadapi karena pemerintah belum membangun kembali pasar yang representatif.

“Musim hujan seperti sekarang jalan di pasar jadi becek, kadang banjir semata kaki. Konsumen barangkali malas datang berbelanja hingga akhirnya pelan-pelan pelanggan kami berkurang. Rata-rata 80 persen pendapatan kami berkurang setiap harinya,” papar Hasir ditemui usai hearing.

Kondisi itu membuat para pedagang kebingungan karena mereka memiliki kewajiban membayar utang sewa kios kepada bank. Hasir sendiri berutang sekitar Rp100juta.

Menurut dia, puluhan pedagang bahkan terpaksa menyewakan kios darurat yang ada sekarang dan menjalani profesi lain, misalnya menarik becak. Sementara itu, penasihat IPP Perumnas Erlinus Tahar mengusulkan kepada DPRD untuk menyusun regulasi perlindungan asuransi kepada pedagang pasar, yang bisa jadi masuk dalam retribusi.

“Selama ini PD Pasar menarik restribusi dari para pedagang. Sebelum kebakaran, Rp9.000 dan setelah kebakaran Rp4.000. Tapi retribusi itu nyatanya tidak memberikan dampak positif apa-apa kepada pedagang. Jangankan perlindungan, pemeliharaan pasar saja minim,” beber dia.

Sementara itu, Ketua Komisi B Ahmad Azrul Juniarto mengatakan, dalam APBD 2012 telah dialokasikan Rp2 miliar untuk pembangunan kembali Pasar Perumnas. Meski begitu, diakuinya jumlah tersebut kurang.

“Kalau harus representatif lengkap dengan fasilitas jalan yang bagus, bisa sampai Rp7,5 miliar. Tapi masih bisa ditekan Rp5 miliar. Hanya saja, kemampuan Pemkot tidak bisa sampai jumlah itu, makanya kami berharap bantuan Pemprov Jabar bisa membantu,” tutur dia.

Peluang bantuan pemprov dalam hal ini pun, lanjut dia, tergantung pada peran aktif anggota DPRD. Mengingat pos bantuan pemprov sudah diplot untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

Wakil Ketua DPRD Edi Suripno menyebutkan, anggaran Rp2 miliar sejauh ini diperuntukkan bagi pembangunan konstruksi, struktur, hingga atap bangunan Pasar Perumnas yang baru. “Tapi itu pun sebagian lainnya digunakan untuk kegiatan relokasi pedagang pesar selama pembangunan dilakukan,” tambah dia.

Meski sudah didesak, pihaknya belum memutuskan waktu realisasi pembangunan kembali Pasar Perumnas. Namun pihaknya berjanji akan menyegerakan dan mengawasi prosesnya hingga selesai.

Di Kota Cirebon, setidaknya terdapat 11 pasar tradisional yang beberapa di antaranya telah diubah menjadi lebih modern secara fisik. Di antaranya Pasar Pagi yang berada dalam kompleks Pusat Grosir Cirebon (PGC), Pasar Gunungsari dalam kompleks Gunungsari Trade Center (GTC), Pasar Balong, Pasar Jagasatru, maupun Pasar Kramat yang masih dalam proses revitalisasi.

Sekalipun secara fisik, pasar-pasar tradisional tersebut telah berubah layaknya pasar modern yang mengutamakan kebersihan, menurut Azrul, nyatanya sistem transaksi yang dijalankan masih tradisional.

“Sistem transaksinya masih tawar menawar meski fisiknya lebih baik seperti berlantai keramik dan memiliki sistem udara lebih baik. Sementara kalau pasar modern sudah tidak ada tawar menawar lagi,” cetus dia.

Kondisi itu menurutnya lebih disebabkan besarnya segmen pasar yang menginginkan proses tawar menawar tetap berjalan. Lebih jauh, dia menyebutkan, tahun ini hanya Pasar Perumnas yang anggarannya dialokasikan untuk pembangunannya kembali pasca kebakaran.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5549 seconds (0.1#10.140)