Bantal peluk beromzet puluhan juta

Minggu, 29 Januari 2012 - 11:21 WIB
Bantal peluk beromzet puluhan juta
Bantal peluk beromzet puluhan juta
A A A
Sindonews.com - Bantal biasanya hanya berbentuk kotak atau bulat. Tetapi bantal peluk hasil kreasi dari dua mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Dian Nurul Farida, 20, dan R Satrio Suryo Pratomo, 24, ini lain dari biasanya.

Berawal dari iseng, bisnis ini sekarang berkembang pesat. Bantal peluk yang dihasilkan dari rumah produksi yang diberi nama “Sinfony Art” itu berbentuk cake dan buah-buahan.

Berbagai bentuk model cake seperti fruit cake, burger, hotdog hingga roti bolu ada. Dian mengaku memulai usaha membuat bantal peluk tersebut tidak serta-merta dilakukan begitu saja, melainkan melalui proses yang cukup panjang.

Awal mulanya memulai bisnis tersebut justru berawal dari pembuatan gantungan kunci dari kain flannel. ”Awalnya saya melihat di bazar kampus ada yang jualan boneka kain flannel karena saya berpikir bisa membuat kenapa tidak dicoba,” ujar mahasiswi Fakultas Bahasa dan Sastra ini.

Dari situ dan berbekal pelatihan menyulam yang diperoleh saat masih di bangku sekolah dasar, dia berhasil menciptakan gantungan kunci dengan model boneka binatang.

“Saat itu tahun 2009. Dan hasilnya saya pakai sendiri, ternyata banyak teman yang suka dan pesan,” ungkapnya. Sejak saat itu, gadis kelahiran Rembang ini bersama R Satrio Suryo Pratomo kemudian memberanikan diri untuk membuat lebih banyak dan dipasarkan sendiri dengan maksud untuk tambahan uang saku.

“Saat itu modal uang Rp45.000 untuk beli kain flanel, dan kita pasarkan sendiri melalui bazar di kampus dan dari mulut ke mulut,” kata Rimo, panggilan Satrio.

Berawal dari situlah, kemudian keduanya mengembangkan lagi dan berpikir membuat bantal peluk. “Saat membuat gantungan kunci kan juga membuat desain model roti. Akhirnya kami berpikir semisal jadi gede, mungkin akan lucu, terus kita mencoba untuk membuatnya,” katanya.

Dengan modal mesin jahit warisan dari Nenek Rimo, akhirnya dicobalah membuat bantal peluk. Hasilnya, ternyata bantal peluk dengan model roti dan buah-buahan hasil karya mereka diminati oleh teman-teman kampusnya.

Karena keduanya anak kos, bantal peluk itu pun dibuat di dalam kamar kos. “Kita awalnya membuat di kamar kos, sampai di kamar itu isinya kain semua,” ucapnya. Bermodalkan kemampuan membuat blog di internet, bantal-bantal hasil kreasi mereka promosikan melalui blog tersebut.

Pesanan pun mengalir dengan deras. Tidak hanya di Kota Semarang, pemesanan juga datang dari luar Semarang, bahkan sampai ke luar Jawa, seperti Pekanbaru, Lampung, Batam hingga Bali.

”Awalnya dari mulut ke mulut, internet sampai melalui BlackBerry Messenger,” ujarnya. Dian menambahkan, agar bantal peluk lebih menarik, dia bereksperimen dengan warna ngejreng.

”Kalau warnanya mencolok kan lebih memikat,” ujar Rimo. Untuk mengerjakan pesanan yang semakin hari kian banyak, mereka kini telah mempunyai lima karyawan yang merupakan teman-teman kampusnya. Kini keduanya sudah bisa merasakan hasil kerja keras dan kreativitasnya itu. Rekening tabungan keduanya semakin “gendut”.

Keduanya juga sudah mampu mengontrak kamar untuk tempat produksi dan gudang di Jalan Pete Utara Nomor 13, Gunungpati, Semarang.

Omzetnya produksi per bulan sudah mampu mencapai angka Rp10–20 juta. “Hasilnya paling tidak sudah bisa mengurus hidup sendiri, bayar uang kuliah sendiri, sehingga tidak tergantung orang tua,” tandasnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7875 seconds (0.1#10.140)