Kemiri Sunan dilirik jadi bahan bakar alternatif
A
A
A
Sindonews.com - Menipisnya cadangan minyak bumi membuat pemerintah terus berupaya mencari alternatif bahan bakar pengganti minyak sebagai salah satu langkah untuk mengurangi anggaran subsidi dan menjaga ketahanan energi.
Selain mengganti BBM dengan Bahan Bakar Gas (BBG), Pemerintah mulai mencari alternatif lain dengan mengalihkan pemakaian BBM dengan Bahan Bakar Nabati (BBN). Sederet nama muncul sebagai alternatif antara lain, jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae), nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan kemiri sunan (Aleurites Trisperma).
Dari ketiga alternatif pengganti BBM tersebut, kemiri sunan memiliki kandungan minyak nabati untuk keperluan bahan bakar biodiesel lebih bagus dan lebih ekonomis. Berdasarkan catatan Balai Penelitian Tanaman empah dan Aneka Tanaman Industri endosperma, biji tanaman ini mengandung minyak yang dapat diproses menjadi minyak pengganti solar atau biodiesel dengan komposisi minyaknya terdiri atas asam palimitat 10 persen, asam stearat sembilan persen, asam oleat 12 persen, asam linoleat 19 persen, dan asam a-elaeostearat 51 persen.
“Kemiri ini menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, agar pemakaian BBMnya berkurang. BBM ini menurut saya, harus dikurangi sebanyak mungkin karena kalau kita tidak memakai BBM pada dasarnya kita tidak perlu mengurangi subsidi BBM, sudah dengan sendirinya subsidinya berkurang,” ujar Wakil Menteri ESDM sebagaimana dikutip dari situs Kementerian ESDM, Minggu (29/1/2012).
Kemiri sunan juga lanjut Wakil Menteri, dapat dijadikan sebagai tanaman konservasi termasuk pada lahan bekas tambang (reklamasi paska tambang) karena pohon kemiri sunan ini tidak memerlukan air yang banyak (cocok ditanam pada lahan kritis) dan sangat rimbun sehingga suhu dibawahnya itu dapat menjadi lebih rendah 11 derajat.
Kerimbunan daun dari kemiri sunan, lebih dari 80 ribu helai/phn, diperkirakan mampu mengikat CO2 dalam jumlah besar untuk kemudian menghasilkan O2. Disamping itu tanaman kemiri sunan juga memiliki akar yang kuat dan dalam. Dalam 4 tahun pajang akar bisa mencapai 4 meter.
“Pemanfaatan kemiri sunan sebagai bahan bakar alternatif juga sangat bagus digunakan untuk daerah-daerah terisolir dan perbatasan untuk menuju Desa Mandiri Energi (DME),” tambahnya.
Untuk mengembangkan kemiri sunan ini Wakil Menteri ESDM mengatakan, diperlukan kerjasama dengan instansi-instansi lainnya. Seperti dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perhubungan, karena kegagalan pengembangan BBN yang lalu-lalu menurut Wamen adalah akibat kurangnya koordinasi dan komunikasi antar instansi dan masyarakat.
Tanaman yang diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad ke-19 oleh pedagang asal Cina ini sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai bahan baku bahan bakar nabati. Dari pertanaman Kemiri Sunan setiap 1 ha bisa diperoleh 10 ton minyak kasar/ tahun. Hasil ini jauh lebih tinggi dari kelapa sawit yakni sekitar enam ton/ha/tahun minyak kasar. Tentu hasil ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jarak pagar.
Hal ini dimungkinkan karena rendemen dari biji kemiri sunan bisa mencapai 50 persen. Menariknya lagi, dari minyak kasar bisa diperoleh 88 persen bio-diesel dan 12 persen Gliserol. Sehingga dapat disimpulkan kemiri sunan relatif cukup efisien sebagai bahan baku bahan bakar nabati. Disamping itu minyak kasar kemiri sunan bisa digunakan untuk memproduksi sabun, briket, pupuk organik, bio pestisida, cat, resin, pelumas, kampas, dll.
Produksi buah kemiri sunan bisa mencapai 50–289 kg/pohon/tahun. Tanaman mulai berbuah sejak umur 5–25 tahun. Dengan rendemen minyak mencapai 50 persen. Namun dengan pemuliaan tanaman diperkirakan bisa dihasilkan tanaman dengan masa panen yang lebih cepat kurang dari lima tahun. Mengingat saat ini Balittri masih dalam proses pemilihan blok penghasil tinggi.
Selain mengganti BBM dengan Bahan Bakar Gas (BBG), Pemerintah mulai mencari alternatif lain dengan mengalihkan pemakaian BBM dengan Bahan Bakar Nabati (BBN). Sederet nama muncul sebagai alternatif antara lain, jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae), nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan kemiri sunan (Aleurites Trisperma).
Dari ketiga alternatif pengganti BBM tersebut, kemiri sunan memiliki kandungan minyak nabati untuk keperluan bahan bakar biodiesel lebih bagus dan lebih ekonomis. Berdasarkan catatan Balai Penelitian Tanaman empah dan Aneka Tanaman Industri endosperma, biji tanaman ini mengandung minyak yang dapat diproses menjadi minyak pengganti solar atau biodiesel dengan komposisi minyaknya terdiri atas asam palimitat 10 persen, asam stearat sembilan persen, asam oleat 12 persen, asam linoleat 19 persen, dan asam a-elaeostearat 51 persen.
“Kemiri ini menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, agar pemakaian BBMnya berkurang. BBM ini menurut saya, harus dikurangi sebanyak mungkin karena kalau kita tidak memakai BBM pada dasarnya kita tidak perlu mengurangi subsidi BBM, sudah dengan sendirinya subsidinya berkurang,” ujar Wakil Menteri ESDM sebagaimana dikutip dari situs Kementerian ESDM, Minggu (29/1/2012).
Kemiri sunan juga lanjut Wakil Menteri, dapat dijadikan sebagai tanaman konservasi termasuk pada lahan bekas tambang (reklamasi paska tambang) karena pohon kemiri sunan ini tidak memerlukan air yang banyak (cocok ditanam pada lahan kritis) dan sangat rimbun sehingga suhu dibawahnya itu dapat menjadi lebih rendah 11 derajat.
Kerimbunan daun dari kemiri sunan, lebih dari 80 ribu helai/phn, diperkirakan mampu mengikat CO2 dalam jumlah besar untuk kemudian menghasilkan O2. Disamping itu tanaman kemiri sunan juga memiliki akar yang kuat dan dalam. Dalam 4 tahun pajang akar bisa mencapai 4 meter.
“Pemanfaatan kemiri sunan sebagai bahan bakar alternatif juga sangat bagus digunakan untuk daerah-daerah terisolir dan perbatasan untuk menuju Desa Mandiri Energi (DME),” tambahnya.
Untuk mengembangkan kemiri sunan ini Wakil Menteri ESDM mengatakan, diperlukan kerjasama dengan instansi-instansi lainnya. Seperti dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perhubungan, karena kegagalan pengembangan BBN yang lalu-lalu menurut Wamen adalah akibat kurangnya koordinasi dan komunikasi antar instansi dan masyarakat.
Tanaman yang diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad ke-19 oleh pedagang asal Cina ini sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai bahan baku bahan bakar nabati. Dari pertanaman Kemiri Sunan setiap 1 ha bisa diperoleh 10 ton minyak kasar/ tahun. Hasil ini jauh lebih tinggi dari kelapa sawit yakni sekitar enam ton/ha/tahun minyak kasar. Tentu hasil ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jarak pagar.
Hal ini dimungkinkan karena rendemen dari biji kemiri sunan bisa mencapai 50 persen. Menariknya lagi, dari minyak kasar bisa diperoleh 88 persen bio-diesel dan 12 persen Gliserol. Sehingga dapat disimpulkan kemiri sunan relatif cukup efisien sebagai bahan baku bahan bakar nabati. Disamping itu minyak kasar kemiri sunan bisa digunakan untuk memproduksi sabun, briket, pupuk organik, bio pestisida, cat, resin, pelumas, kampas, dll.
Produksi buah kemiri sunan bisa mencapai 50–289 kg/pohon/tahun. Tanaman mulai berbuah sejak umur 5–25 tahun. Dengan rendemen minyak mencapai 50 persen. Namun dengan pemuliaan tanaman diperkirakan bisa dihasilkan tanaman dengan masa panen yang lebih cepat kurang dari lima tahun. Mengingat saat ini Balittri masih dalam proses pemilihan blok penghasil tinggi.
()