Gapki sasar Timur Tengah
A
A
A
Sindonews.com – Tahun ini Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel berencana membuka pasar baru tujuan ekspor crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah) dengan sasaran Timur Tengah dan Amerika Latin. Pembukaan pasar baru ini seiring adanya penolakan ekspor CPO oleh Amerika Serikat (AS) pada 28 Januari lalu.
“Menyoal penolakan ekspor CPO Indonesia oleh AS, pada prinsipnya kami belum mengetahui hal itu. Terjadinya penolakan itu memang ada pengaruhnya terhadap penjualan CPO, tapi tidak terlalu besar,” kata Ketua Gapki Sumsel Sumarjono Saragih, Senin 30 Januari 2012.
Menurut Sumarjono, negara tujuan terbesar ekspor CPO Indonesia, termasuk dari Provinsi Sumsel, adalah Eropa, China, dan India. Khusus AS, paling hanya memberikan kontribusi ekspor penjualan CPO berkisar di bawah 10 persen. Pihaknya telah mengantisipasi menurunnya ekspor CPO dengan berupaya membuka pasar baru, khususnya di Timur Tengah dan Amerika Latin.
“Bayangkan saja, saat ini Timur Tengah belum terlalu familier dengan CPO. Masyarakat Timur Tengah lebih mengenal kedelai ketimbang minyak kelapa sawit. Tapi, kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk masuk ke pasar ini,” tandas Sumarjono.
Langkah AS dengan menolak ekspor CPO dari Indonesia tidak menutup kemungkinan juga akan diikuti negara tujuan ekspor lain, mengingat AS merupakan negara adidaya yang menjadi barometer negara-negara lainnya.
Terkait soal krisis utang yang terjadi di Eropa dan Yunani, hingga saat ini belum terlalu berpengaruh terhadap permintaan maupun volume ekspor CPO Indonesia. Hal ini disebabkan permintaan masih mengacu pada order tahun 2011.
“Kami belum menghitung berapa angka pasti ekspor CPO Sumsel ini. Dipastikan memasuki awal Februari nanti, baru akan kelihatan angka pastinya sehingga bisa diputuskan, apakah ekspor Sumsel naik atau justru menurun,” tandas dia.
Sumarjono sedikit pesimistis ekspor Sumsel akan mengalami peningkatan pada kuartal I tahun ini karena masih dibayang-bayangi krisis utang Eropa dan Yunani.Target produksi tahun ini mengalami kenaikan sebesar 2,1 juta ton.
“Mudah-mudahan dengan dibukanya pasar baru ini, dapat menyerap ekspor Sumsel secara optimal,” kata Sumarjono.
Sementara itu, ekonom Universitas Sriwijaya, Didik Susetyo, menambahkan, adanya penolakan ekspor CPO oleh AS memaksa Gapki mencari solusi dan terobosan agar CPO Sumsel tetap terserap dengan baik serta mencegah terjadinya penumpukan produksi.
“Langkah Gapki dengan membuka pasar baru hingga negara bagian Timur Asia dan Timur Tengah sangat tepat untuk menghindarkan berkurangnya permintaan sekaligus langkah antisipatif terhadap krisis utang yang terjadi di Eropa,” tuturnya. (bro)
()