Jaringan gas kota di Surabaya prioritaskan UMKM
A
A
A
Sindonews.com - Pembangunan jaringan gas bumi di Kota Pahlawan belum merata. Warga di kawasan pinggiran tak bisa mengakses gas bumi dengan mudah.
Kondisi itu terungkap saat video conference antara Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Herawati bersama tiga wali kota di Indonesia yakni Surabaya, Palembang, dan Tarakan yang digelar di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2012).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, pemkot menargetkan pipanisasi gas untuk kebutuhan rumah tangga di seluruh kawasan akan dimulai pada 2013. Saat ini telah dipasang jaringan pipa gas rumah tangga sebagai pilot project yakni di wilayah Kali Rungkut dan Rungkut Kidul. Hasilnya cukup memuaskan dan terbukti lebih efisien dari gas elpiji yang saat ini beredar.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu menegaskan, kalau 2013 akan memulai pipanisasi untuk gas dengan pertimbangan lebih murah. Bahkan setelah dihitung bisa menghemat pengeluaran sampai separuh lebih. “Pemasangan pipa akan kami lakukan secara bertahap,” ujar Risma.
Untuk tahap awal ini pemasangan jaringan gas tidak bisa dilaksanakan untuk semua rumah tangga, melainkan diutamakan terlebih dahulu untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Omzet UMKM semakin bertambah kalau pakai jaringan pipa gas, mereka bisa berproduksi dalam jumlah besar. Salah satunya UMKM yang memproduksi lontong,” katanya.
Risma mengatakan gas bumi sangat dibutuhkan semua warga di Surabaya menyusul banyaknya rumah susun. Hal itu dikarenakan bisa menekan pengeluaran keluarga karena harganya lebih murah dari elpiji.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) itu melanjutkan, pemkot masih menyisahkan persoalan ketika semua kawasan dibangun pipa gas. Salah satunya terkait aset yang akan dipakai menjadi kewenangan pusat apa daerah.
Ernawati, salah satu warga Kali Rungkut mengatakan, dirinya senang dengan keberadaan jaringan pipa gas. Usaha makanan yang digeluti selama puluhan tahun berjalan lancar dengan bantuan pipa gas. “Bisa menghemat biaya besar,” jelasnya.
Selain itu, pemasangan pipa juga gratis. Ia tetap berharap pemerintah tak menaikan biaya gas yang dipakai warga. “Usaha kami sangat terbantu,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Rungkut Ridwan Mubarun menjelaskan, ada dua kawasan di Rungkut yang sudah masuk jaringan gas pada 2009 yakni Kali Rungkut dan Rungkut Kidul. Pemasangan jaringan gas bumi tersebut tidak merata sehingga mengakibatkan kecemburuan dan protes dari kalangan warga Rungkut lainnya.
“Memang sempat ada demo warga di kantor kecamatan menuntut soal itu,” ujarnya.
Pihak Kecamatan juga melaporkan hal itu ke Ditjen Migas dan disepakati akan dilakukan pemasangan pada 2010. “Namun sejak itu, belum ada realisasinya. Hingga kini kami terus ditanya warga kapan akan direalisasikan,” imbuhnya
Sementara itu, Dirjen Migas Evita Herawati mengatakan, pihaknya akan mencarikan solusi terkait adanya kekurangan jaringan di Kecamatan Rungkut agar bisa dilakukan pemasangan jaringan pada 2012. “Kami juga minta maaf atas persoalan ini,” ujarnya.
Tentang kepemilikan aset, Evita mengaku selama lima tahun pertama masih menjadi milik pemerintah pusat. Baru pada tahun keenam akan diserahkan ke pemerintah daerah setempat. “Nanti silakan dikelola aset itu,” pungkasnya.
Kondisi itu terungkap saat video conference antara Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Herawati bersama tiga wali kota di Indonesia yakni Surabaya, Palembang, dan Tarakan yang digelar di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/1/2012).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, pemkot menargetkan pipanisasi gas untuk kebutuhan rumah tangga di seluruh kawasan akan dimulai pada 2013. Saat ini telah dipasang jaringan pipa gas rumah tangga sebagai pilot project yakni di wilayah Kali Rungkut dan Rungkut Kidul. Hasilnya cukup memuaskan dan terbukti lebih efisien dari gas elpiji yang saat ini beredar.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu menegaskan, kalau 2013 akan memulai pipanisasi untuk gas dengan pertimbangan lebih murah. Bahkan setelah dihitung bisa menghemat pengeluaran sampai separuh lebih. “Pemasangan pipa akan kami lakukan secara bertahap,” ujar Risma.
Untuk tahap awal ini pemasangan jaringan gas tidak bisa dilaksanakan untuk semua rumah tangga, melainkan diutamakan terlebih dahulu untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Omzet UMKM semakin bertambah kalau pakai jaringan pipa gas, mereka bisa berproduksi dalam jumlah besar. Salah satunya UMKM yang memproduksi lontong,” katanya.
Risma mengatakan gas bumi sangat dibutuhkan semua warga di Surabaya menyusul banyaknya rumah susun. Hal itu dikarenakan bisa menekan pengeluaran keluarga karena harganya lebih murah dari elpiji.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) itu melanjutkan, pemkot masih menyisahkan persoalan ketika semua kawasan dibangun pipa gas. Salah satunya terkait aset yang akan dipakai menjadi kewenangan pusat apa daerah.
Ernawati, salah satu warga Kali Rungkut mengatakan, dirinya senang dengan keberadaan jaringan pipa gas. Usaha makanan yang digeluti selama puluhan tahun berjalan lancar dengan bantuan pipa gas. “Bisa menghemat biaya besar,” jelasnya.
Selain itu, pemasangan pipa juga gratis. Ia tetap berharap pemerintah tak menaikan biaya gas yang dipakai warga. “Usaha kami sangat terbantu,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Rungkut Ridwan Mubarun menjelaskan, ada dua kawasan di Rungkut yang sudah masuk jaringan gas pada 2009 yakni Kali Rungkut dan Rungkut Kidul. Pemasangan jaringan gas bumi tersebut tidak merata sehingga mengakibatkan kecemburuan dan protes dari kalangan warga Rungkut lainnya.
“Memang sempat ada demo warga di kantor kecamatan menuntut soal itu,” ujarnya.
Pihak Kecamatan juga melaporkan hal itu ke Ditjen Migas dan disepakati akan dilakukan pemasangan pada 2010. “Namun sejak itu, belum ada realisasinya. Hingga kini kami terus ditanya warga kapan akan direalisasikan,” imbuhnya
Sementara itu, Dirjen Migas Evita Herawati mengatakan, pihaknya akan mencarikan solusi terkait adanya kekurangan jaringan di Kecamatan Rungkut agar bisa dilakukan pemasangan jaringan pada 2012. “Kami juga minta maaf atas persoalan ini,” ujarnya.
Tentang kepemilikan aset, Evita mengaku selama lima tahun pertama masih menjadi milik pemerintah pusat. Baru pada tahun keenam akan diserahkan ke pemerintah daerah setempat. “Nanti silakan dikelola aset itu,” pungkasnya.
()