Akuisisi Bank Mutiara belum dalam waktu dekat
A
A
A
Sindonews.com - Rencana Yawadwipa Companies yang siap mengakuisisi 99 persen saham PT Bank Mutiara Tbk diyakini tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
"Saya belum dapat nama lain. Apa mereka mau menjurus ke siapa tetapi pertimbangannya bukan karena komersial belaka. Saya pikir ini belum dalam waktu dekat," kata Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono usai Pembukaan BNI International Seminar Workshop, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (7/2/2012).
Menurutnya, dari sisi penyelamatan bank, pemerintah ingin meminimalisir kerugian. Namun, dalam waktu yang pendek ini, apabila ada yang ingin mengembalikan kerugian senilai Rp6,7 triliun dinilai berlebihan.
"Kalau ada yang bisa kembalikan Rp6,7 triliun itu terlalu berlebihan. Harus realistis," jelasnya.
Dia mengimbau untuk dalam melakukan penilaian jangan terlalu cepat. Karena ada krisis dan bank yang diselamatkan, di mana begitu dilakukan pemulihan, pertimbangannya bukanlah dilihat dari sisi keuntungan.
"Ini kan meminimalisir kerugian bukan memaksimalisasi keuntungan. Sama dengan kredit macet. Kalau dapat recovery 100 persen bagus, tapi kita minimalisir kerugian. Mengharap 100 persen dalam waktu singkat itu sulit," ungkapnya.
Dirinya mengatakan ada dua motivasi investor dalam mengelola perbankan, pertama untuk mendapat capital gain jangka pendek. Kedua adalah mendapatkan capital gain untuk jangka panjang.
Sigit juga berharap investor yang meminati eks Bank Century tersebut bukan hanya spekulan perbankan saja. "Bukan spekulasi yang nantinya cuma poles-poles lalu jual lagi," tegas dia.
Bagi Sigit, tidak menjadi masalah apakah investor yang meminati Bank Mutiara tersebut merupakan investor lokal ataupun asing. "Yang penting investor berorientasi jangka panjang, bukannya hanya cari capital gain sekalipun itu legal," tandasnya. (ank)
"Saya belum dapat nama lain. Apa mereka mau menjurus ke siapa tetapi pertimbangannya bukan karena komersial belaka. Saya pikir ini belum dalam waktu dekat," kata Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono usai Pembukaan BNI International Seminar Workshop, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (7/2/2012).
Menurutnya, dari sisi penyelamatan bank, pemerintah ingin meminimalisir kerugian. Namun, dalam waktu yang pendek ini, apabila ada yang ingin mengembalikan kerugian senilai Rp6,7 triliun dinilai berlebihan.
"Kalau ada yang bisa kembalikan Rp6,7 triliun itu terlalu berlebihan. Harus realistis," jelasnya.
Dia mengimbau untuk dalam melakukan penilaian jangan terlalu cepat. Karena ada krisis dan bank yang diselamatkan, di mana begitu dilakukan pemulihan, pertimbangannya bukanlah dilihat dari sisi keuntungan.
"Ini kan meminimalisir kerugian bukan memaksimalisasi keuntungan. Sama dengan kredit macet. Kalau dapat recovery 100 persen bagus, tapi kita minimalisir kerugian. Mengharap 100 persen dalam waktu singkat itu sulit," ungkapnya.
Dirinya mengatakan ada dua motivasi investor dalam mengelola perbankan, pertama untuk mendapat capital gain jangka pendek. Kedua adalah mendapatkan capital gain untuk jangka panjang.
Sigit juga berharap investor yang meminati eks Bank Century tersebut bukan hanya spekulan perbankan saja. "Bukan spekulasi yang nantinya cuma poles-poles lalu jual lagi," tegas dia.
Bagi Sigit, tidak menjadi masalah apakah investor yang meminati Bank Mutiara tersebut merupakan investor lokal ataupun asing. "Yang penting investor berorientasi jangka panjang, bukannya hanya cari capital gain sekalipun itu legal," tandasnya. (ank)
()